KALABUTA HENINGNAGARI

Kepada Ruhyati Binti Satubi*

Oleh: Achmad Faizal

 

Ruhyati,

siapa kau sebenarnya

tiada dikenal dan tak pula memperkenalkan diri

sontak saja, ringkih-rontamu terendus abadi

tercatat dalam noktah darah tangis kepedihan

kau hanya terngiang surga kelabu dini hari

antara samudera dan padang tandus

pada mimpi-mimpimu yang menaklukkan

titik didih darah di jantungmu

 

Ruhyati,

kau merantau bukan kepalang

seru deru rindumu lepuh di kerongkongan

lindap suaramu lenyap di atas batu duka

hatimu gurun, dari lesung dahaga yang tak kunjung sarat hujan kurma manis

tergantikan sebongkol balutan mori

sebagai penampung darah perihmu

 

Ruhyati, Ruhyati yang kepalang

pemujaan oasis tergerus sabit kemarau

badai debu telah menghamburkan jasadmu lebih dulu

sebelum pasung mengempiskan paruh jantungmu

lalu memancungmu

lalau menadah darahmu

lalu…

 

“Aku sendiri, perih, mati”

kau berperang tak berpanglima

tak pula berperisai baja Gajah Mada

 

“Aku sendiri, perih, mati”

namamu hilang sepenggal cerita terhempas dari kesenyapan

larung hidupmu adalah taruhan yang tak sebanding

lantaran badut lempeng perak ini tak dihirau nagari

——————————————————————-

kau tak tau apa-apa, safarimu tak dijamin siapa-siapa

nagari ini sudah tuli, sudah bisu, sudah  buta, sudah tak bisa mengapa-apa

sekembalimu kini hanya air mata yang menggumpal

dan aku hanya bisa menulisi residu waktu kesahmu

 

“Aku sendiri, perih, dan mati”

keluhmu kini menjadi sisa mimpi yang tersengal hunus duri dahan kurma

hikayatmu tamat dipintal malam durja

sebentuk tegarun bercak merah ini

adalah gambar diri menuju pusara

tempatmu mengubur sesungging senyum, dan mimpi yang tiada

sedang negeri ini, masih buta dari heningnya.

Juli, 2011

*sosok TKW yang kehilangan nyawa setelah bertaruh nyawa di Arab Saudi

#puisi ini juara 1 cipta puisi sosial, budaya, dan agama tingkat nasional pada Desember 2015 oleh Spai Publishing Jakarta.

Related Post