Assalamu’alaikum Taiwan

ASSALAMU’ALAIKUM TAIWAN

*Oleh : Nur Izzatul Maulida*

Saat tulisan ini dibuat, Taiwan menunjukkan pukul 09.00 p.m (jam 9 malam) waktu Taiwan, sepertinya 1 jam lebih cepat dibandingkan Waktu Indonesia bagian Barat.  Suasana Taiwan sedang panas. Ya, kebetulan Taiwan sedang summer, mungkin memasuki sekitar oktober akan mendekati winter, yang udaranya akan lebih menggigil dibandingkan Ledokombo, Antirogo atau Malang dan Batu sekalipun. Hari ini saya baru saja selesai dalam sebuah kegiatan, “Host Family Taiwan” namanya. Sebuah kegiatan yang mempertemukan mahasiswa internasional diseluruh dunia untuk dipertemukan dengan keluarga di Taiwan yang akan mengenalkan budaya, makanan, tarian dan segala hal tentang Taiwan. Ada berbagai macam Negara yang ikut andil,  diantaranya Polandia, Jerman, Perancis, Mongolia, China, Jepang, Korea, Indonesia dan masih banyak yang lain, termasuk USA_ Amerika Serikat. Tentunya ada banyak hal yang unik dan menjadi kebanggaan tersendiri menjadi orang Indonesia, khususnya sebagai Muslim.

Kebanyakan Taiwanese beragama Budha, namun tak jarang yang menganut agama Kristen dan katolik. Walau muslim menjadi minoritas di Negara ini, hal tersebut tidak menyurutkan mahasiswa dan penduduk muslim di Taiwan untuk tetap beribadah. Biasanya bagi mahasiswa muslim mereka akan memanfaatkan tempat kosong seperti balkon, ruang bawah tangga atau apapun itu untuk beribadah. and, it’s okey. Bukan masalah yang berarti. Saat idul adha kemaren, kebetulan saya dan teman-teman muslim bisa melaksanakan sholat idul adha, walau pelaksanaanya hanya ditoko  muslim dan kebetulan berasal dari Indonesia. Dan tentunya itu ini bukan hari libur, setelah sholat Ied selesai, kita kembali pada aktifitas masing-masing, kuliah. Ya, kuliah lagi seperti hari biasa. Iri rasanya lihat teman-teman di Indonesia bisa bakar-bakar sate qurban (hehehe).

Sebulan di Taiwan, saya tentu bahagia. Saya tidak pernah menyangka akan mendapat kesempatan untuk belajar di luar negeri. Bersyukur sekali karena mendapat banyak suntikan semangat dan motivasi belajar baik sejak sekolah di SMA NURIS JEMBER maupun saat kuliah di Universitas Brawijaya. Kalau ditanya apa yang saya lakukan hingga bisa kuliah di luar negeri, saya juga tidak tahu. Saya hanya melakukan apa yang seharusnya dilakukan dan bisa saya lakukan, ketika di SMA dan dipondok saya mencoba untuk membantu apa yang saya bisa, melaksanakan apa yang diperintahkan oleh kyai, bunyai, guru, dan pengurus semampu saya, tidak ada yang berlebihan dan terlihat istimewa. Pun saat kuliah, tidak ada yang patut dibanggakan, saya bergabung menjadi pendamping/volunteer untuk mahasiswa yang berkebutuhan khusus seperti tuli, autis, buta, tuna daksa dan sebagainya untuk didampingi saat mereka kuliah dan praktikum. Namun prinsip saya adalah “Lakukan sepenuh hati, dan semuanya akan baik-baik saja”.  Bukankah kalau kita menyayangi yang di bumi, yang dilangit akan menyayangi kita?? (ini kata buguru, hehehe).

Memang ada banyak yang berbeda antara Taiwan dan Indonesia. Dan saya rindu tempe, cilok, sempol, rujak, mie pangsit, ayam krispi dan segala kuliner Indonesia. satu potong tempe goreng seukuran 10×7 cm seharga Rp 7500. Saya belum pernah beli cilok, kalo tidak salah Rp 20.000-an perbungkus kecil. Tapi, yang paling penting sekarang adalah saya harus menyelesaikan studi saya tepat waktu. dan bisa segera mengabdi untuk Indonesia. Masih banyak yang belum saya ceritakan, tentang sistem belajar di Taiwan, tentang budaya Taiwan, tentang transportasi di Taiwan, tentang keseharian di Taiwan dan sebagainya. Untuk itu, saya tunggu kalian di Taiwan. Lalu, ucapkan Assalamu’alaikum Taiwan bersama-sama. //nim22//

Taiwan, 24 September 2016 (09.00 p.m)

*Alumni SMA Nuris lulusan tahun 2011/2012

(Artikel Terkait : Santri Nuris Kuliah di Ibu Kota, Keajaiban “The Power Of Kepepet”)

(Artikel Terkait : Kejutan! SMA Nuris Sabet Juara 2 Nasional Karya Tulis Ilmiah Bidang Kesehatan di UNIBRAW Malang)

Related Post