Membaca Taradhdhi

Soal:
Setiap menyebutkan nama sahabat biasanya diiringi dengan kata radhiyallahu anhu. Begitu pula ketika menyampaikan khutbah, katib selalu mengucapkan taradhdhi, yaitu bacaan

اَللّهُمَّ وَارْضَ عَنِ الخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ الَّذِيْنَ قَضَوْا بِالحَقِّ وَكَانُوْا بِهِ يَعْدِلُوْنَ أبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ وَعُثْمَانَ وَعَلِيٍّ وَعَنِ السِّتَّةِ المُتَمِّمِيْنَ لِلعَشَرَةِ الكِرَامِ وَعَنْ سَاءِرِ أصْحَابِ نَبِيِّكَ أجْمَعِيْنَ.

Ya Allah, mudah-mudahan Engkau memberikankeridha’an-Mu kepada Khulafa’ al-Rasyidun yang telah Engkau pastikan mereka dengan kebenarana, dan dengan kebenaran yang Engkau berikan itu mereka berbuat adil. Yakni Abu Bakr RA, ‘Umar RA, ‘Utsman RA dan ‘Ali RA. Begitu pula dengan enam sahabat yang lain dari sepuluh sahabat yang mulia (yang telah dijamin masuk surga ) serta semua sahabat Nabi-Mu.”

Apa yang menjadi dasar bacaan do’a tersebut?
Jawab:

Mendo’akan seseorang mulia adalah dianjurkan dalam Islam.Tujuannya adalah agar kita mendapatkan aliran barokahnya. Seperti halnya kita dianjurkan membaca shalawat kepada para Nabi dan para sahabat Nabi muhammad SAW. Ini disebabkan Nabi Muhammad SAW adalah manusia pilihan Allah SWT yang lain.

Begitu pula dengan taradhdhi yang merupakan do’a untuk para sahabat Nabi SAW. Membaca taradhdhi itu memang sejatinya mengikuti apa yang ada di dalam al-qur’an seperti dalam (QS. al-Taubah 100) ada ungkapan:

رَضِيَ اللهُ عَنْهُمْ وَرَضُوْا عَنْهُ

“Allah SAW telah rida kepada mereka dan mereka juga ridha kepadanya.” (QS. Al-Taubah, 100)

Karena itu Imam Syafi’i RA memberi contoh di dalam membaca taradhdhi.

عَنِ الرَّ بِيْعِ عَنِ الشَّا فِعِيِّ أَنَّهُ قَالَ أَفْضَلُ النَّاسِ بَعْدَ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَبُوْ بَكْرٍثُمَّ عُمَرُ ثُمَّ عُثْمَانُ ثُمَّ عَلِيُّ رِضْوَانُ اللهِ عَلَيْهِمْ . (مناقب الشافعي ، ج ١ ص ٤٣٣)

“Diriwayatkan dari al-Rabi’ dari al-Syafi’i bahwa beliau barkata, “Manusia yang paling utama setelah Rasulullah SAW adalah Abu Bakar, Utsman kemudian kemudian Ali. Semoga keridhaan Allah SWT selalu tercurahkan kepada mereka.” (Manaqib al-Syafi’i, hal 433)

Di dalam riwayat ini menunjukkan bahwa Imam Syafi’i memberikan contoh membaca taradhdhi. Dan beliau ternyata sangat memulyakan para sahabat Nabi, terutama empat sahabat tersebut, sebagaimana ajaran Ahlussunnah Wa Al-Jama’ah.

Maka jika ada sebagian kalangan yang menuduh Imam Syafi’i termasuk golongan Rafidhah, yakni golongan yang menolak kepemimpinan sahabat Abu Bakar RA, Umar RA dan Utsman RA, maka tuduhan ini disangka sendiri oleh beliau dalam bait syairnya:

قَالُوْا تَرَفَّضْتَ قُلْتُ كَلاً (*) مَا الرَّفْضُ دِيْنِيْ وَلاَ اعْتِقَادِيْ

(ديوان الإمام الشافعي ، ٣٥)

“Mereka mengatakan, “Engkau termasuk golongan Rafidhah.”Aku jawab, ‘tidak’. Rafidhah bukan agamaku juga bukan Keyakinanku”.

Di antara alasan kecintaan kami (golongan ahlussunnah wa al-jama’ah) kepada para sahabat, sehingga kita merasa perlu untuk membaca taradhdhi kepada mereka, adalah karena para sahabat adalah orang-orang yang berkumpul dengan Nabi SAW. Bahu membahu, dalam segala keadaan berjuang menyebarkan agama Islam bersama Rasulullah SAW. Di samping itu, para sahabat (khususnya Khulafa’ al-Rasyidun) memiliki hubungan kekerabatan yang sangat dekat dengan Rasulullah SAW.

Dapat diketahui bahwa  antara Nabi Muhammad SAW dan Khulafa’ al-Rasydun terdapat pertalian darah, terlebih sayyidina ‘Utsman RA yang merupakan putra dari sepupu Nabi SAW yakni Arwa, sebagai putri dari bibi Nabi Muhammad SAW yang bernama al-Baidha’ binti Abdul Muththolib. Sedangkan sayyidina Ali RA adalah sepupu Nabi Muhammad SAW. Di samping itu, keduanya merupakan menantu Nabi Muhammad SAW. Sayyidina ‘Utsman menikah dengan dua putri Rasulullah SAW secara bergantian, yakni sayyidatuna Ruqayyah RA dan sayyidatuna Ummu Kultsum RA. Sedangkan sayyidina Ali RA menikah dengan sayyidatuna Fathimah RA.

Begitu pula dengan sayyidina Abu Bakar RA dan sayyidina Umar RA yang merupakan mertua Nabi Muhammad SAW. Nabi Muhammad SAW menikah dengan ‘Aisyah binti Abu Bakr RA dan Hafshah binti ‘Umar RA.

Inilah beberapa alasan mengapa golongan Ahlusunnah selalu membaca taradhdhi kepada para sahabat Nabi Muhammad SAW atau setiap nama-nama sahabat Nabi Muhammad SAW yang mulia itu disebutkan.

Sumber: KH Muhyiddin Abdusshomad. 2010. Fiqih Tradisionalis. Surabaya: Khalista.

 

 

Related Post