Sejarah Munculnya Sajadah

Penulis: Alfin Selfiana

Dalam kajian riwayat-riwayat dan kitab-kitab sejarah tentang keadaan dan perkembangan masjid pada masa Rasulullah SAW dan khalifah yang empat (Abu Bakar As Siddiq, Umar bin Khatab, Ustman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib) dapat kita ketahui dengan jelas dan pasti bahwa masjid-masjid ketika itu lantainya tidak dihampari karpet, permadani atau sajadah bahkan juga tidak dihampari tikar yang terbuat dari daun-daun pelepah korma atau dedaunan pohon-pohon lainnya walaupun diperbolehkan sujud di atasnya. Sejarah menjelaskan baik secara langsung atau tidak bahwa kain sudah ada sejak sebelum Rasulullah SAW lahir.

Pada zaman khalifah empat, masjid-masjid tetap tidak dihampari permadani bukan karena mereka tak punya ide atau keinginan untuk itu.  Namun, karena hal itu dilarang oleh Syari’at Islam dan tidak boleh sujud ketika shalat kecuali di atas tanah secara langsung serta menganggap bahwa hal itu bid’ah, sebagaimana dalam riwayat-riwayat ketika terik matahari panas para sahabat rasulullah saw menggenggam batu-batu kecil untuk pendingin dan mereka gunakan untuk alat sujud. As-Sakhawi berkata, ”Sesungguhnya masjid-masjid sampai pada tahun 131 H atau 132 H masih tetap menggunakan tanah atau batu-batu kecil.”

(baca juga: Distorsi Sejarah Penemuan Benua Amerika)

Sehubungan dengan masalah sajadah dapat kita ketahui secara jelas dengan merujuk pada Ensiklopedia islam pada kitab itu disebutkan bahwa “Istilah sajadah tidak ditemukan di dalam kitab suci Al-Qur’an dan hadist-hadist yang sahih,kata sajadah dapat di jumpai satu abad setelah enulisan hadist-hadist tersebut”. Dalam kitab Ibnu Batutah,Raihlah Ibnu Batutah berkata “Orang-orang pinggiran di Kairo Mesir telah terbiasa keluar rumah untuk melaksanakan Shalat jum’at. Para pembantu mereka biasanya membawakan sajadah yang terbuat dari pelepah-pelepah pisang dan menghamparkannya untuk keperluan shalat mereka, pada masa ini (masa Ibnu Batutah) penduduk mekah melaksanakan shalat di masjid jami’ menggunakan sajadah.Kaum muslim yang pulang haji membawa banyak sajadah yang bergambar, salah satunya gambar salib. Sajadah masuk ke Mesir melalui jalan impor dari Asia yang digunakan sebagai alas shalat orang-orang kaya yang di dalamnya bergambar mihrab yang menghadap kiblat.”

(baca juga: Thifan Po Khan, Kungfu Muslim Berusia 1000 Tahun)

Dalam kitab Ittihaful Muttaqin Syaikh Murtada Az-zubaidi berkata bahwa sang musalli hendaknya tidak sujud di atas sejadah atau permadani bergambar dan dihiasi oleh berbagai gambar karna hal tersebut membuat sang musalli tidak Khusyu’ dalam shalatnya sebab perhatiannya terfokus pada warna-warni sajadah atau permadani itu.”

Penulis merupakan siswa SMA Nuris Jember kelas X IPA B. Penulis aktif sebagai anggota ekstrakurikuler Jurnalistik Website Pesantrennuris.net.

Related Post