Resensi Teacher’s Diary: Romantisme, Satire, dan Kritik Pendidikan

Resensi Teacher’s Diary: Romantisme, Satire, dan Kritik Pendidikan

Oleh: Achmad Faizal*

Hakikat cinta itu tak berbentuk, sebab hati tempat cinta itu tumbuh subur, bukan mata atau materi lainnya. Lalu, Pernahkah kamu merindukan seseorang yang tak pernah kamu lihat atau kamu jumpai sebelumnya?

Kisah bermula dari peran Song yang merupakan mantan pegulat dan memutuskan untuk mengabdikan dirinya menjadi seorang guru. Ia melamar menjadi guru di sebuah sekolah di Chiang Mai (Thailand). Namun, boro-boro dijadikan guru di sekolah yang bagus, ia malah dikirim menjadi guru di sekolah kapal (sekolah terapung) di daerah pedalaman Thailand.

Di sekolah itu hanya ada empat orang siswa dengan karakter yang unik dan berbeda-beda. Di sana, Song harus beradaptasi dengan keadaan yang serba kekurangan, tanpa listrik, air bersih susah dan kondisi tong air yang sering tersumbat, sinyal hp yang sulit, dan lagi ia harus berjauhan dengan kekasihnya. Hal itu awalnya dihadapi Song dengan cukup semangat, apalagi itu adalah pengalaman pertamanya menjadi guru. Pekerjaan baru yang diidamkannya.

Beberapa hari kian berlalu, ia merasa kesepian dan tidak betah. Ditambah lagi pacarnya berselingkuh dengan lelaki lain karena menganggap Song tak punya masa depan yang cerah. Sebab, guru di sebuah daerah pedalaman tak punya gaji mapan. Hal ini sungguh membuatnya frustasi hingga di suatu waktu ia menemukan sebuah diari usang milik seorang guru yang sebelumnya pernah mengajar di sekolah kapal itu, atas nama pemilik Ann. Halaman demi halaman dia baca dengan saksama dan penghayatan. Dia seolah mampu mengimajinasikan perjuangan guru Ann saat berada di sekolah tersebut.

Lewat diari itu, ia seperti menemukan kembali semangat mengajar dan juga ia menjadi semakin dekat dengan murid-muridnya. Hari demi hari Song selalu membaca diari milik Ann, tentang pengalaman-pengalamannya selama mengajar di sekolah kapal. Semakin hari pula Song semakin memiliki rasa kekaguman yang berbeda akan sosok Ann, meski mereka belum pernah bertemu sebelumnya.

(baca juga: Literasi Santri dan Jejak Pesantren dalam Sosiologi Sastra)

Semakin lama, rasa kagum itu berubah menjadi rasa rindu bahkan cinta, membuatnya sangat ingin bertemu dengan Ann. Rangkaian cerita diri yang bu guru Ann tulis dalam diari itu semakin membuat guru Song berdecak kagum. Hatinya bergetar, senyumnya mereka, gairah hidupnya berkembang meski harus patah ditinggal kekasihnya. Ia seolah mampu melupakan pahitnya rasa itu, dan kelamnya mengajar di sekolah apung tersebut. Semakin penasaran pula guru Song terhadap sosok guru Ann tersebut.

Berbagai upaya yang dilakukan guru Song lakukan. Ia pun mencari tahu segala hal tentang Ann, ia bahkan menyuruh murid-muridnya untuk menggambar sosok Ann, yaa… meskipun hasilnya seperti gambar anak SD pada umumnya. Termasuk dia berusaha membayangkan tinggi badan guru Ann saat dia mengetahui terdapat catatan tinggi guru Ann dan siswa-siswanya di salah satu tiang sekolah kapal itu. Akhirnya, Song memutuskan untuk menanyakan langsung kepada kepala yayasan. Tak diduga, kepala yayasan mengatakan bahwa Ann akan menikah dengan kekasihnya dalam waktu dekat.

Betapa terpukulnya guru Song mengetahui itu. Di saat dia mulai tumbuh gairah hidup atas jasa sosok guru Ann melalui diarinya, belum sempat bertemu guru Ann, malah akan menikah. Sebelumnya, dia juga termotivasi melakukan metode pembelajaran dan pendekatan kepada siswanyanya melalui kisah guru Ann dalam diarinya. Mulai dari cara mengingat nama, melatih tanggung jawab, disiplin dan kemandirian atas sarana pembelajaran yang minim, memotivasi siswa untuk terus semangat belajar dalam kelulusan sekolah dasar, hingga kreativitas dalam mempraktikan pola pembelajaran yang aplikatif dan dapat dipahami siswa secara empiris.

(baca juga: Resensi Novel ELIANA (Serial Anak-anak Mamak))

Guru Song menjadi pendidik sekaligus orang tua di sekolah kapal tersebut. Ketika terdapat salah satu siswa yang ingin tahu naik kereta yang terdapat dalam buku, guru Song dengan kreatif mengajak anak-anak menaiki kapal kecil lalu memasang tali penarik kepada sekolah apung mereka. Dengan gembira ria mereka menikmati laju tarikan kapal itu seperti kereta. Banyak lagi hal lain yang dibuat guru Song untuk member kesepahaman siswanya dalam belajar.

Di sela kegalauannya, guru Song pun juga menulis kisahnya di antara baris kata dalam diari milik guru Ann. Guru Ann yang berniat menyampaikan undangan pernikahan ke kepala yayasan mendapat informasi bahwa terdapat guru Song yang menanyakannya dan ingin bertemu. Guru Ann biasanya saja mulanya. Namun, juga sebenarnya dia juga rindu pada anak didiknya. Sebelum menikah, dia hendak menemui mereka.

Singkat cerita, setiba guru Ann di sekolah kapal itu, dia mendapat cerita dari anak-anak didiknya mengenai guru Song yang kebetulan sedang izin ke kota. Kemudian dia mendapati diari usangnya mulai ada sedikit perubahan bentuk. Penasaran, dia membaca ulang diarinya itu. Seraya tersenyum, dia mendapati tulisan guru Song di bagian kosong kertas diarinya. Perlahan, ada rasa kagum dan seolah ada kesamaan visi mereka dalam mendidik siswa meski dalam keterbatasan. Dari tulisan itu, timbul rasa ingin bertemu pula dalam diri guru Ann terhadap guru Song.

(baca juga: Resensi Buku Cara Sakti Bikin Otak dan Ingatanmu Secerdas EINSTEIN dan Setajam SILET!)

Dari rangkaian kisah dalam diari inilah, emosi tokoh guru Song dan guru Ann yang semakin diuji. Tiba-tiba mereka seolah merasakan hal yang berbeda dan baru mereka sadari dalam hidup dan cinta saat mereka berbagi diari meski tak sempat bertemu. Seolah mereka bertemu meski dalam imaji, seolah ada yang tumbuh dalam hati meski lewat cerita yang bersambung padu, seolah ada rindu yang beradu meski tanpa kata cinta sebelumnya. Di sini lah menariknya betapa cinta itu saling mempertemukan tanpa kita harus kemudikan arahnya.

Betapa konflik hidup dan isu pendidikan berpadu dalam keseharian kisah yang sederhana ini sangat menarik. Film lawas dari Negara Thailand yang dirilis sejak tahun 2014 bergenre komedi, motivasi, dan romantis dengan jalan cerita yang unik. Film produksi GTH, sutradara Nithiwat Tharathorn recommended sekali dengan sedikit tentang kritik pendidikan kekinian.

Film berdurasi 90 menit ini diperankan berbagai artis Thailand terkenal yakni, Laila Boonyasak sebagai Ann; Sukrit Wisetkaew sebagai Song; Sukollawat Kanarot sebagai Nui; dan Chutima Teepanat sebagai Nam.

*staff pengajar Bahasa dan Sastra Indonesia di MA Unggulan Nuris

cover kartun dua pemeran utama film Teacher’s Diary

pemeran sosok guru Ann dalam film Teacher’s Diary

Related Post