Elegi Burung Besi, dan Nasib Tuti di Arab Saudi

Elegi Burung Besi, dan Nasib Tuti di Arab Saudi

Penulis: Achmad Faizal*

#1

kepada negeri yang terlanjur aku cintai. kukirim surat sebentuk puisi melalui udara yang landai. menembus mega-mega abu memucat pasai. kutuju alamat rumah langit melalui pintu hati

aku mengetuk dada yang terlanjur sesak dengan perih. sampai tak mampu napas kudesah. di antara ketidakmampuan diri atau pasrah. bertubi negeriku dirundung kemelut dan gelisah

ratusan nyawa melayang dalam lorong burung besi yang rapuh. seolah nalar ini lumpuh tak kuasa menahan keluh. bagaimana mungkin, mudahnya temuan teknologi canggih ini jatuh. tak berdaya landas, puing-puingnya lepas menjadi remah.

(baca juga: Sumpah Pemuda Milenial)

setibanya air mata meledak bersama deburan laut. karam di dasar 35 meter yang berlumpur pekat. di mana tanggung jawab berpaut. bukan soal ganti rugi, tapi air mata yang terlanjur menganak laut.

sudah saatnya duhai pemegang kuasa menekan tuas erat. sebelum berangkat, mari bersiap keselamatan diperketat. agar tak lagi ada ledakan air mata yang menimbulkan sekarat. menyeka trauma yang melekat di mata yang sepat

(baca juga: Pahlawan, Maafkan Kami)

#2

seperti pilu hati yang memalu di dada keluarga Tuti. selepas kabar terlambat menusuk relung nurani. lenyapnya nyawa Tuti Tursilawati di Arab Saudi. pejuang koin masa depan keluarga harus terhenti

siapa yang mau tahu bagaimana mungkin bisa diakhiri. sudah ribuan nyawa migran melayang di perantauan negeri. kita seolah tak berdaya melawan kelengahan ini. antara upaya dan hukum yang dijunjung tinggi

apa, lalu apa lagi wahai kemanusiaan di dunia. biar pun aku tak terlalu mengerti soal diplomasi. setidaknya suratku ini terus melayang dari pintu ke pintu langit. menyapamu, hati, dan yang berkuasa atas tanggung jawabnya.

berdasarkan 29 Oktober 2018

*penulis adalah guru pengajar Bahasa dan Sastra Indonesia di MA Unggulan Nuris

Related Post