Eksistensi Pesantren Mahasiswa sebagai Benteng Moral Remaja

Penulis: Nailul Fauziyah/MN

Di tengah perkembangan zaman yang semakin global, krisis moral kian mengenaskan. Semakin pesatnya perkembangan informasi telah membawa perubahan besar bagi masyarakat, khususnya moral mahasiswa yang berperan sebagai agent of change bagi kemajuan tanah air guna membangun tatanan masyarakat yang sesuai dengan harapan bangsa. Terlebih bagi mahasiswa muslim yang melabelkan status Islam, menjadi tonggak yang kuat pula guna membangun agama dan tanah air. Jika mereka (mahasiswa) kurang bermoral atau bahkan tidak sesuai dengan yang diharapkan, bagaimana nasib Islam dan Indonesia ke depan? Masihkah akan tertib? Damai? Atau justru sebaliknya?

Untuk itulah, mahasiswa harus pintar-pintar memilih segala sesuatunya. Mana yang harus didekati serta mana yang harus dijauhi. Salah satu jalan penguat benteng moral serta penjaga diri mahasiswa adalah berada di lingkungan pesantren. Pesantren yang berada di dunia kampus menjadi tempat bernanung mahasiswa yang sedang mengembara ilmu di jenjang yang lebih tinggi, namun tetap dapat berada dalam lingkungan kepesantrenan dengan kegiatan dan ritual keagamaan yang tidak jauh berbeda dengan pesantren biasanya. Di tengah arus pergaulan di kalangan mahasiswa yang bisa terbilang bebas, penting untuk tetap berada di lingkungan pesantren. Meski sebenarnya, semua kembali pada diri sendiri dalam berprinsip. Namun, alangkah lebih baiknya jika pada saat menempuh kuliah tetap berada di lingkup pesantren guna lebih mawas diri dengan lingkungan perkuliahan yang terbilang bebas. Karena pesantrenlah lingkungan yang sangat efisien untuk mematangkan kepribadian baik dalam beragaman serta memandirikan diri.

Tidak hanya mengajarkan ilmu agama saja, pesantrenlah yang juga mengajarkan bagaimana hidup bersosial dan berprinsip. Dari budaya antri makan, mandi hingga mencuci pakaian. Mengikuti kegiatan-kegiatan yang sudah terjadwal serta menyetor hafalan dengan rutin. Kegiatan-kegiatan tersebut yang tanpa disadari justru membentuk moral dalam diri santri.

Namun banyak pertanyaan dan pernyataan yang sering muncul di kalangan mahasiswa yang tidak menetap di pesantren, yang entah tujuannya untuk menjauh dari dunia pesantren atau hanya menumpuk alibi-alibinya sendiri. Mahasiswa bukan lagi anak kecil ataupun remaja yang masih harus menunggu suapan dari orang tua, guru, maupun dosen untuk mengatur tingkahnya. Sebab itulah, mereka yang saat ini berperan membentuk moral sebaik mungkin. Jika pesantren dianggap bukan merupakan hal yang wajib ada dalam dunia perkuliahan, sepatutnya mahasiswa menyiapkan benteng yang lebih menguatkan prinsipnya suoaya mampu bertahan saat menghadapi kuatnya arus globalisasi yang kian menggerus moral.

 

Related Post