Pentingnya Dekat dengan Ulama

Pentingnya Dekat dengan Ulama

Penulis: M. Fuad Abdul Wafi*

Bukan hanya dianggap penting, bahkan Nabi Muhammad SAW serta para sahabatnya pun sangat menganjurkan kita untuk selalu bersandingan dengan orang yang ahli ilmu atau kita sebut dengan ulama. Semua itu tidak lain hanya untuk meneguhkan hati agar selalu ada di jalan yang benar dan terus mengintropeksi diri akan kelalaian dan ketidaktahuan mengenai apa yang baik bagi kita dalam arti sebuah kehidupan.

Para ulama sepakat bahwa majelis yang paling mulia adalah majelis ilmu. Yaitu majelis yang dipimpin oleh ulama untuk menyampaikan ilmu agama. Terkait hal ini sahabat Ibnu Umar RA berkata:

مَجْلِسُ فِقْهٍ خَيْرٌ مِنْ عِبَادَةٍ سِتِّيْنَ سَنَةً

Majelis fikih jauh lebih baik dari pada ibadah (sunnah) 60 tahun.”

Allah SWT juga berfirman dalam Al-Quran:

وَاصْبِرْ نَفْسَكَ مَعَ الَّذِينَ يَدْعُونَ رَبَّهُمْ بِالْغَدَاةِ وَالْعَشِيِّ يُرِيدُونَ وَجْهَهُ وَلَا تَعْدُ عَيْنَاكَ عَنْهُمْ تُرِيدُ زِينَةَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَلَا تُطِعْ مَنْ أَغْفَلْنَا قَلْبَهُ عَنْ ذِكْرِنَا وَاتَّبَعَ هَوَاهُ وَكَانَ أَمْرُهُ فُرُطًا

Dan bersabarlah kamu bersama-sama dengan orang-orang yang menyeru Tuhannya di pagi dan senja hari dengan mengharap keridhaan-Nya; dan janganlah kedua matamu berpaling dari mereka (karena) mengharapkan perhiasan dunia ini; dan janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingati Kami, serta menuruti hawa nafsunya dan adalah keadaannya itu melewati batas.”[1]Ayat tersebut  menurut Syekh Yahya bin Abi Kastir menganjurkan kita untuk selalu mujalasah dengan para ahli fikih di majlis majlis fikih mereka.[2]

Dalam hadis Rasulullah SAW bersabda riwayat dari sahabat Anas bin malik:

“ إِنَّ لِلَّهِ تَبَارَكَ وَتَعَالَى مَلاَئِكَةً سَيَّارَةً فُضْلاً يَتَبَّعُونَ مَجَالِسَ الذِّكْرِ فَإِذَا وَجَدُوا مَجْلِسًا فِيهِ ذِكْرٌ قَعَدُوا مَعَهُمْ وَحَفَّ بَعْضُهُمْ بَعْضًا بِأَجْنِحَتِهِمْ حَتَّى يَمْلَئُوا مَا بَيْنَهُمْ وَبَيْنَ السَّمَاءِ الدُّنْيَا”

“Sesungguhnya Allah Yang Maha Suci & Maha Tinggi mempunyai beberapa malaikat yg terus berkeliling mencari majelis dzikir. Apabila mereka telah menemukan majelis dzikir tersebut, maka mereka terus duduk di situ dengan menyelimutkan sayap sesama mereka hingga memenuhi ruang antara mereka dan langit dunia” (HR. Muslim).

(baca juga: Tiga Tokoh Nahdlatul Ulama yang Membumi di Dunia Sastra Indonesia)

Menurut imam Muhammad Atha` bin Abi Rabbah bahwa yang dimaksud dengan halaqoh dzkir di dalam dua hadist tersebut adalah majlis ilmu. Yaitu sebuah majlis yang membahas hukum fikih, seperti jual beli atau hal yang berkaitan dengan halal dan haram, mengetahui tata cara shalat, puasa, haji, masalah pernikahan dan lain sebagainya.[3]

Tidak selesai sampai di situ, bahkan secara empiris makna dari keterangan di atas juga menjelaskan betapa pentingnya dekat atau mujalasah dengan orang alim. Oleh karena itu, mari kita budayakan gemar belajar agama dengan para ulama, agar masa depan agama lebih indah dan terjaga keilmuannya.

Zaman ini, di mana ilmu agama sedikit peminatnya, aliran sesat semakin tumbuh pesat, pertarungan pemikiran telah umum dan tak sedikit dari kita yang tidak dapat membentengi agama dengan baik, orang yang ilmunya memadai semakin tak ada. Maka sampai kapan kita akan tersenyum dan tak mau menelaah semua ini dengan bijak? Kita tau bahwa tidak semua dari kita yang dapat memahami ilmu agama dengan baik, namun perlu diketahui, berkumpul dan belajar bersama ulama dapat mencerdaskan akal pikiran, sesuai yang dikatakan  Imam syafii:

اَرْبَعَةٌ تَزِيْدُ فِيْ الْعَقْلِ تَرْكُ فُضُوْلِ الْكَلَامِ وَالسِّوَاكُ وَمُجَالَسَةُ الصَّالِحِيْنَ وَالْعُلَمَاءُ

“Ada empat perkara yang dapat  menmabah kecerdasan akal. Meninggalkan berlebihan dalam berbicara, menggunakan siwak, mujalasah dengan orang orang salih dan terakhir mujalasah dengan orang orang alim( ulama`).”[4]

*penulis adalah staff pengajar Fiqih, Ilmu Tafsir, BMK di MA Unggulan Nuris


[1] QS al-Kahfi` ayat 28

[2] Manhajus Sawi Syarhu Usul Tariqah Ali Ba Alawi hal 163

[3] Manhajus Sawi Syarhu Usul Tariqah Ali Ba Alawi hal 164

[4] Manhajus Sawi Syarhu Usul Tariqah Ali Ba Alawi hal 170

Related Post