Ajarkan Pendidikan Karakter pada Anak Usia Dini Bersama Ekstrakurikuler Petran (Permainan Tradisional)

Penulis : Ana Mutia

Perkembangan teknologi yang semakin pesat, ternyata memengaruhi kegiatan bermain anak. Saat ini, anak-anak lebih suka bermain permainan yang memanfaatkan teknologi atau digital. Salah satunya adalah game online. Mereka merasa lebih keren bermain game online karena karena dimainkan menggunakan peralatan yang canggih dengan teknologi yang mutakhir yaitu gadget. Berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh theAsianparent Insights (2014), pada lingkup studi kawasan Asia Tenggara, dengan melibatkan setidaknya 2.417 orang tua yang memiliki gadget dan anak dengan usia 3 – 8 tahun pada 5 negara yakni Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand dan Philipina.

Perkembangan teknologi yang semakin pesat, ternyata memengaruhi kegiatan bermain anak. Saat ini, anak-anak lebih suka bermain permainan yang memanfaatkan teknologi atau digital. Salah satunya adalah game online. Mereka merasa lebih keren bermain game online karena karena dimainkan menggunakan peralatan yang canggih dengan teknologi yang mutakhir yaitu gadget. Berdasarkan hasil survei yang dilakukan oleh theAsianparent Insights (2014), pada lingkup studi kawasan Asia Tenggara, dengan melibatkan setidaknya 2.417 orang tua yang memiliki gadget dan anak dengan usia 3 – 8 tahun pada 5 negara yakni Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand dan Philipina.

Dengan sejumlah sampel orang tua tersebut, diperoleh 3.917 sampel anak-anak dengan usia 3 – 8 tahun. Sembilan puluh delapan persen responden anakanak usia 3 – 8 tahun merupakan pengguna gadget, 67% diantaranya menggunakan gadget milik orang tua mereka, 18% lainnya menggunakan gadget milik saudara atau keluarga, dan 14% sisanya menggunakan gadget milik sendiri.

Padahal terdapat banyak dampak negatif yang ditimbulkan oleh game online. Melalui game online menjadikan anak malas belajar, berperilaku agresif, menjerumuskan pada tindakan kriminal seperti pencurian dan pemerkosaan, serta menjadikan anak memiliki kepribadian ganda. Cahyono (2011:1) dan Misbach (2006:3) mengemukakan bahwa permainan digital seperti video games dan games online, lebih banyak dimainkan secara statis, anak bermain dalam keadaan pasif. Mereka duduk dan diam, yang bekerja hanya jemarinya saja.

Hal ini  menyebabkan anak menjadi tidak peduli pada lingkungan yang akan mempengaruhi interaksi sosial anak, akibatnya, anak berkembang menjadi pribadi yang pemalu, penyendiri, dan individualistis. Berdasarkan hal tersebut, dapat dikatakan bahwa tingkat kecanduan anak terhadap game online di Indonesia sangat tinggi. 

Masa anak-anak merupakan masa bermain, dengan bermain anak bisa belajar permainan. Melalui permainan, seorang anak akan melakukan suatu aktivitas atau kegiatan yang terikat oleh aturan tertentu untuk mencapai tujuan tertentu. Misbach (2006:5) menyatakan bahwa permainan adalah situasi bermain yang terkait dengan beberapa aturan atau tujuan tertentu, yang menghasilkan kegiatan dalam bentuk tindakan bertujuan. Selain itu, bagi seorang anak permainan dan bermain memiliki fungsi tertentu dalam mestimulasi tumbuh kembang. Menurut Mutiah (2010: 113) fungsi tersebut di antaranya sebagai sarana menumbuhkan kemampuan sosialisasi pada anak, sarana mengembangkan kemampuan dan potensi anak, dan sebagai sarana mengembangkan emosi anak.

(baca juga: 10 Sahabat Nabi Muhammad SAW Dijamin Surga)

Dengan bermain seorang anak dapat belajar mengenal dan menghargai orang lain. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Eliasa (2012:50) yang menyatakan bermain juga dapat mengajari anak mengurangi egosentrisnya karena berusaha bersaing dengan jujur, sportif, tahu akan haknya dan peduli dengan hak orang lain, sarana belajar berkomunikasi dan berorganisasi. Oleh karena itu, bermain dan permainan menjadi sesuatu yang sangat penting bagi seorang anak dan harus berdampak positif pada anak.

Permainan tradisional sebagai salah satu bentuk permainan yang telah ada secara turun temurun. Bangsa Indonesia memiliki segudang permainan tradisional sebagai sarana edukasi pada anak karena kaya dengan nilai moral. Salah satu ciri yang menonjol dari permainan tradisional adalah dilakukan oleh dua orang atau lebih secara bertatap muka, keadaan ini memungkinkan anak untuk berinteraksi dengan teman bermainnya. Saat memainkan permainan tradisional, anak-anak diajak untuk berkumpul dan mengenal teman sepermainannya. Permainan tradisional dapat memberikan alternatif yang berbeda dalam kehidupan anak. Permainan tradisional tersebut meliputi terompa batok, serabut kelapo dorong, suruk-surukan batu, kalung tangkai ubi, rajo-rajoan atau ratu-ratuan, congklak/ dakon, peperangan/ bedil bambu, baling-baling terbang, gasing, kelereng/ ekal, permainan lompat karet/ main tali, setinjak/egrang, tangkup, dan sebagainya.

Ariani (1998) menyebutkan bahwa ada beberapa nilai yang terkandung dalam permainan tradisional yang dapat ditanamkan dalam diri anak antara lain rasa senang, adanya rasa bebas, rasa berteman, rasa demokrasi, penuh tanggung jawab, rasa patuh dan rasa saling membantu yang kesemuanya merupakan nilai-nilai yang sangat baik dan berguna dalam kehidupan bermasyarakat. Beragam nilai luhur yang terdapat dalam permainan tradisional menunjukkan bahwa permainan tradisional dapat digunakan sebagai media yang tepat untuk membentuk kepribadian anak.

(baca juga: Meluruskan Penafsiran Yang Menyimpang)

Berdasarkan pemaparan di atas,  diperlukan sebuah upaya untuk menyosialisasikan permainan tradisional di lingkungan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), serta Taman Kanak-kanak. Feldman dalam Asmani (2009:24) menyatakan bahwa usia dini merupakan masa emas yang tidak akan berulang, karena merupakan masa paling penting dalam pembentukan dasar-dasar kepribadian, kemampuan berpikir, kecerdasan, keterampilan dan kemampuan bersosialisasi. Peran lembaga Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan Taman Kanak-kanak memiliki peranan penting dalam membentuk karakter anak.  Salah satu upaya Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan Taman Kanak-kanak untuk memberikan pendidikan karakter pada anak adalah melalui kegiatan esktrakurikuler Petran (Permainan Tradisional) di lingkungan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan Taman Kanak-kanak dengan memanfaatkan buku saku permainan tradisional sebagai sarananya.

Ekstrakurikuler Petran merupakan kegiatan kurikuler bagi peserta didik di lingkungan Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dan Taman Kanak-kanak dan dilaksanakan  di luar jam belajar, dimana dalam ekstrakurikuler tersebut siswa diajak untuk bermain beragam permainan tradisional. Untuk memudahkan pelaksanaan esktrakurikuler tersebut digunakan buku saku permainan tradisional sebagai pedoman. Buku saku tersebut berisi bagaimana cara memainkan beragam permainan tradisional yang dilengkapi dengan gambar-gambar yang menarik untuk anak-anak, sehingga guru dan siswa mudah mengaplikasikan.

Ekstrakurikuler Petran ini dilaksanakan satu minggu dua kali di luar jam belajar atau sepulang sekolah.  Ekstrakurikuler tersebut akan mengajarkan siswa belajar bermain permainan tradisional dan juga memahami maknanya. Permainan tradisional yang diajarkan di antaranya, Terompa Batok, Serabut Kelapo Dorong, Suruk-surukan, Kalung Tangkai, Rajo-rajoan/ Ratu-ratuan,  Congklak/ Dakon, Peperangan/ Bedil Bambu, Baling-baling Terbang, Gasing, Kelereng/ Ekal,  Permainan Lompat Karet/ Main Tali, Setinjak / Egrang, dan Tangkup. Permainan tradisional diajarkan sesuai dengan urutan yang terdapat pada buku saku.

Daftar pustaka

Ariani, C. (1998). Pembinaan Nilai Budaya Melalui Permainan Rakyat Daerah Istimewa Yogyakarta. Yogyakarta: Depdikbud, Dirjen Kebudayaan, Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional

Cahyono, N. 2011. “Transformasi Permainan Anak Indonesia”.  Artikel. http://permata-nusantara.blogspot.com. Diakses pada tanggal 17 Maret 2019.

Eliasa, E.I. 2012. “Pentingnya Bermain Bagi Anak Usia Dini”. http://staff.uny.ac.id, Diakses tanggal 17 Maret 2019.

Jamal Ma’mur Asmani. 2009. Manajemen Strategis Pendidikan Anak Usia Dini. Jogjakarta: Diva Press

Misbach, I. 2006. ”Peran Permainan Tradisional yang Bermuatan Edukatif dalam Menyumbang Pembentukan Karakter dan Identitas Bangsa”. Laporan Penelitian. Bandung: Universitas Pendidikan Indonesia. Tidak diterbitkan.

Mutiah, D. 2010. Psikologi Bermain Anak Usia Dini. Kencana: Jakarta.

Saputra Eka, H. P., Handoyo, P, (2017). Permainan Tradisional sebagai Upaya Peningkatan Kemampuan Dasar Anak. Jurnal Psikologi Jambi Vol. 02 Nomor2. Universitas Jambi

Penulis adalah siswa MA Unggulan Nuris yang juga merupakan anggota ekstrakurikuler Jurnalistik Website Pesantrennuris.net

Related Post