4 Macam Hukum Puasa yang Harus Diketahui

 4 Macam Hukum Puasa Yang Harus Diketahui

Oleh; Muhammad Hamdi, S.Sy*

Ditinjau dari segi hukumnya, puasa memiliki 4 hukum, yaitu wajib, sunnah, makruh dan haram. Dengan demikian, dalam Islam ada puasa wajib, puasa sunnah, puasa makruh dan puasa haram.  Berikut penjelasannya:

  1. Puasa Wajib

Puasa wajib itu ada enam macam, yaitu puasa Ramadhan, puasa qadha’ (membayar hutang puasa wajib), puasa kaffarah (seperti kaffarah/tebusan dzihar, membunuh atau melakukan jima’ pada bulan Ramadhan), puasa pada saat haji dan umrah sebagai ganti dari penyembelihan hewan sebagai fidyah (tebusan), puasa pada saat sholat minta hujan (istisqa’) ketika diperintah oleh imam dan puasa nadzar.

2. Puasa Sunnah

Puasa sunnah dibagi menjadi 3 (tiga), yaitu:

A. Puasa sunnah tahunan, yaitu puasa hari Arafah, puasa tasu’a’ (tanggal 9 Muharram), puasa asyura’ (tanggal 10 Muharram), puasa tanggal 11 Muharram, puasa 6 hari bulan Syawal, puasa pada bulan-bulan mulia (Dzul Qa’dah, Dzul Hijjah, Muharram dan Rajab), puasa 10 hari pertama dari bulan Dzul Hijjah dan lain sebagainya.

B. Puasa sunnah bulanan, yaitu puasa ayyaamil bidh/hari-hari putih (yaitu hari ke 13, 14 dan 15 dari setiap bulan hijriyah), puasa ayyaamissuud/hari-hari hitam (yaitu hari ke 28,29 dan 30 dari setiap bulan hijriyah). Dinamakan ayyaamil bidh/hari-hari putih sebab pada malam harinya keadaan malam terang benderang dikarenakan bentuk bulan tampak sempurna (bulan purnama).Dinamakan ayyaamissuud/hari-hari hitam sebab pada malam harinya keadaan malam tidak terang benderang dikarenakan bentuk bulan yang tidak tampak sempurna. Lalu pada puasa ayyaamissuud/hari-hari hitam, apabila dalam sebulan hanya sampai 29 hari, maka puasa hari ketiganya dilakukan pada tanggal 1 bulan berikutnya.

C. Puasa sunnah mingguan, yaitu seperti puasa Senin dan Kamis.

Dan dari sekian banyak puasa sunnah, yang paling utama adalah puasa sehari dan tidak puasa sehari, yaitu puasanya Nabi Dawud alaihissalaam.

3. Puasa Makruh

Puasa dihukumi makruh ketika menyendirikan hari Jum’at, Sabtu atau Ahad dengan puasa. Apabila puasa dua hari sekaligus, semisal Jum’at dengan Sabtu atau Sabtu dengan Ahad atau juga puasa 3 hari tersebut, maka hukumnya tidak makruh. Begitu juga termasuk puasa makruh adalah puasa setahun penuh bagi seseorang yang khawatir akan terjadi hal-hal yang berbahaya apabila berpuasa atau bagi seseorang yang ketinggalan amalan-amalan sunnah sebab berpuasa setahun.

4. Puasa Haram

Puasa haram dibagi menjadi 2 (dua), yaitu:

A. Haram tapi sah, yaitu puasa sunnahnya seorang istri tanpa izin suaminya dan puasa sunnahnya seorang budak tanpa izin tuannya.

B. Haram serta tidak sah, yaitu puasa hari raya idul fitri (tanggal 1 Syawwal), puasa hari raya idul adha (tanggal 10 Dzulhijjah), puasa hari-hari tasyriq (yaitu tanggal 11, 12 dan 13 Dzul Hijjah), puasa separuh akhir bulan Sya’ban (yaitu mulai tanggal 16 sampai akhir bulan) dan puasa hari syak (yaitu hari ke 30 dari bulan Sya’ban ketika orang-orang memperbincangkan perihal dilihatnya hilal atau telah bersaksi melihat hilal orang yang tidak bisa diterima persaksiannya perihal melihat hilal, seperti seorang perempuan atau anak kecil).

Khusus puasa pada separuh akhir bulan Sya’ban dan hari syak pada keadaan tertentu bisa menjadi boleh, yaitu:

Pertama; melaksanakan puasa wajib, seperti puasa qadha’, kaffarah atau nadzar.

Kedua; melaksanakan puasa sunnah yang sudah menjadi kebiasaannya, seperti puasa Senin dan Kamis. Perihal kebiasaan ini sudah mencukupi dengan pernah melakukan puasa tersebut sekali.

Ketiga; ketika menyambung separuh akhir bulan Sya’ban dengan hari sebelumnya, semisal telah dulu puasa pada hari ke-15, maka boleh melanjutkan puasa pada hari ke-16, lalu boleh melanjutkan lagi pada hari ke-17 dan seterusnya sampai akhir bulan, kecuali apabila puasa tersebut dipotong, semisal hari ke-20 tidak puasa, maka seterusnya tidak boleh berpuasa lagi.

Demikianlah ulasan tentang hukum-hukum puasa yang ada 4 (empat). Semoga bermanfaat.

Wallaahu a’lam bisshowab.

Sumber; Taqriratussadidah fil Masa’il al-Mufidah, Hal 434-437

*penulis adalah staf pengajar BMK di MA Unggulan Nuris

Related Post