Iffa Afida: Jangan Takut Bermimpi

Penulis: Ana Muthiah Fajriyah dan Rintan Setyo Minarti*

Kuliah di luar negeri tentunya menjadi impian banyak orang, apalagi dengan beasiswa penuh. Seperti halnya Iffa Afida Nailil Faiza, alumni MA Unggulan Nuris tahun 2014. Ia berhasil mendapatkan beasiswa penuh di Universitas Al Ahgaff Yaman. Ia ingin berbagi kisah dan pengalamannya selama menempuh pendidikan di sana. Berikut wawancara tim jurnalistik Ana Muthiah Fajriyah dan Rintan Setyo Minarti dengan Iffa Afida Nailil Faiza.

Mengapa Anda ingin kuliah di Yaman?

Alasan saya ingin kuliah di Yaman adalah ingin lebih mempelajari agama, karena Yaman merupakan kota yang masih murni keaswajaannya dan sumber ilmu agama pusatnya di Yaman seperti Ratib Al-Haddad yang pencetusnya di sana.

Apa usaha yang Anda lakukan sehingga bisa kuliah di Yaman?

Saya merupakan angkatan pertama MA Unggulan Nuris yang kuliah di Yaman. Usaha saya untuk kuliah di Yaman adalah bermodal nekat dan yakin, motivasi dari ustadzah Warda Badriyah B.Sc yang juga lulusan Al Ahgaff Yaman, dukungan pengasuh dan kerabat saya, serta dorongan dari orang tua membuat saya yakin akan hal itu.

Awalnya saya punya keinginan untuk kuliah di Mesir, namun takdir Allah mengarahkan saya untuk pergi ke Yaman. Sebelum berangkat ke sana saya mempunyai kesempatan dari pengasuh untuk belajar privat Bahasa Arab dan kitab di Malang,  kepada syekh alumni Al Ahgaff Yaman kurang lebih 10 hari.

Pengalaman apa yang Anda dapatkan ketika kuliah di  Yaman?

Banyak pengalaman yang saya dapatkan disana, mulai dari berkunjung ke makam habib-habib, karena di Yaman di juluki kota seribu wali dan kebanyakan pencetus-pencetus kitab berasal dari Yaman, tentunya saya sangat bersyukur alhamdulillah bisa belajar di Yaman.

(Baca juga: Ayu Novitasari Menulis Itu Prioritas Dan Kebutuhan)

Bagaimana sistem pembelajaran di Yaman?

Sistem pembelajaran di sana sama seperti sekolah formal MA/sederajat, guru masuk kelas lalu menjelaskan sehingga guru sangat berperan penting, kita hanya memahami serta menjadi pendengar setia. Jadi sistemnya beda dengan di Indonesia yang sering presentasi sedangkan di sana kita sering mendengarkan guru, mengartikan dan menjelaskan isi dari kitab kuning.

Apa yang ingin Anda lakukan setelah lulus?

Setelah skripsi saya rampung, saya sempat ingin melanjutkan pascasarjana di Brunei Darussalam dan hafalan Alquran, tetapi kemudian memutuskan kembali ke Indonesia untuk kuliah S2 ke IAIN Jember sambil mengadi di almamater Pesantren Nuris Jember.

Bagi saya Nuris adalah salah satu pencerah dan penunjuk masa depan. Semoga Nuris semakin maju dan terus mencetak insani yang cerdas dan berakhlakul karimah.

(Baca juga: Keterampilan Desain Asah Kreativitas)

Apa pesan Anda kepada kami agar termotivasi untuk kuliah di Yaman?

Jangan takut bermimpi dan jangan sampai mempunyai mindset kuliah di Yaman takut ada perang, kita harus tetap semangat belajar. Apapun cita-cita kita dan dimana pun kita menuntut ilmu tergantung niat kita. Man Jadda Wa Jadda.

Penulis merupakan siswa kelas XI SMA Nuris Jember yang aktif di ekstrakurikuler jurnalistik

Related Post