Siswa SMK Nuris Jember Ikuti Pelatihan Wirausaha Di Hotel Ebizz Jember

Ikuti Pelatihan Wirausaha, Siswa SMK Nuris Siap Jadi Pengusaha

Pesantren Nuris- Siswa SMK Nuris Jember mendapatkan pelatihan pembuatan alat perajang aneka keripik di Hotel Ebizz jalan Kalimantan Jember, pada 28 Oktober hingga 29 Oktober 2019. Pelatihan ini dilaksanakan oleh Dinas Industri dan Desperindak Provinsi Surabaya, yang mengambil peserta dari SMK yang berbasis pesantren, dan SMK Nuris Jember menjadi rujukannya.

Peserta dari pelatihan ini merupakan siswa kelas XII TKR dan TSM SMK Nuris Jember yang berjumlah 27 Siswa. Acara ini berjudul “Bimbingan Teknis Pembuatan Mesin  Perajang Aneka Keripik Bagi Calon Wirausaha Baru Untuk Masyarakat Kabupaten Jember” dengan dua pemateri yakni seorang dosen dan maker (istilah untuk mereka yang ahli membuat produk pada dunia industri disebut maker) .

(Baca juga: Pesantren Nuris Adakan Pelatihan Cara Membuat Sabun Anti Kuman)

Tujuan acara ini untuk meningkatkan  atau melahirkan pengusaha-pengusaha baru di kalangan usaha kecil menengah di Kabupaten Jember. Harapannya mereka nanti bisa berwirausaha di bidang pembuatan alat perajang keripik, karena SMK Nuris Jember merupakan jurusan teknik maka pelatihan di fokuskan pada pembuatan alatnya.

Acara hari pertama dimulai pada 07.00 WIB hingga pukul 17.00 WIB. Setelah pembukaan dilakukan pretest yakni para peserta diminta untuk mengerjakan 15 soal pilihan ganda. Tujuan pretest ini untuk mengetahui sejauh mana peserta mengerti materi yang akan disampaikan, materi menitik beratkan pada materi logam dan paduan logam.

“Kategori soal termasuk sulit untuk siswa SMK Nuris Jember karena materinya tentang kemesinan sedang di SMK Nuris Jember itu jurusannya Otomotif,” ujar M. Fikri Haikal, selaku guru pendamping dari kelas TSM.

Pada hari pertama peserta diberi pelatihan tentang materi dasar logam, paduan logam, material-material logam yang menjadi alat utama pembuatan alat perajang dan bahan-bahan pengganti yang setara dengan itu.

“Kami juga diperkenalkan dengan istilah baru, yakni semacam bahan yang memiliki standart makanan, bahan logam yang mana ketika logam bersentuhan dengan makanan dia tidak akan berdampak buruk, atau tidak berdampak apa-apa. Kualitas logam yang bagus untuk makanan, intinya tidak semua logam bisa digunakan untuk alat pembuatan makanan. Seperti besi misalnya yang dapat berkarat jadi berbahaya jika bercampur dengan makanan,” tambahnya

Beliau juga memaparkan bahwa ada standart khusus untuk bahan yang digunakan dalam pembuatan alat ini, namun jika menggunakan standart industri bahannya akan sangat mahal dan itu kurang cocok untuk industri menengah ke bawah. Nah untuk mengatasi hal tersebut para peserta dikenalkan dengan beberapa bahan pengganti seperti plastic. Tetapi plastik dengan kualitas bagus yang masih murni sifatnya, bukan plastik daur ulang.

Setelah istirahat siang, materi dilanjutkan dengan praktek pembuatan alat. Para peserta diminta untuk merancang dan menggambar gambar, sedang bahan dan alat disediakan oleh panitia.

(Baca juga: Ekstrakurikuler Nonsains Nuris Adakan Pelatihan Bagi Anggota-PMR)

Pada hari kedua materi melanjutkan hari pertama, yakni praktek pembuatan alat. Para peserta diminta mengelas menyatukan besi satu dengan lainnya hingga menjadi rangka bangun suatu mesin tadi, lalu finishing rangka. Kemudian proses perakitan, dimulai dari mata pisaunya, pisau potongnya, covernya, tutupnya sampai ke mesin pembuatnya, kemudian di uji coba dengan berbagai macam bahan.

Bahan yang diuji coba yakni singkong, telo rambat, dan talas. Pengujian berhasil, mesin berfungsi dan dapat digunakan, namun masih terlalu tebal. Maka perlu dilakukan setting ulang yang di akhir untuk menyesuaikan ketebalan sesuai keinginan. Jika kripik yang dibuat langsung digoreng maka harus tipis, berbeda dengan talas yang bertekstur halus, maka harus tebal karena bisa hancur.

Harga alat pemotong ini jika dijual dipasaran harganya bisa sampai  2,5 juta hingga 3,5 juta. Sedang pembuatannya untuk pemula membutuhkan modal kira-kira 2 juta, namun jika sudah professional bisa hanya 1,5 juta. Hal tersebut sudah dapat dilihat laba yang bisa didapat dengan penjualan satu alat.

“Untuk listrik yang dihabiskan untuk menggerakkan alat ini hanya 220 volt dengan daya 300 watt, listrik rumahan dengan subsidi pun sanggup menggerakkan. Dan untuk mengukur masa pakai yang jelas mesin itu butuh perawatan, berdasarkan hasil pembuatan tadi mata pisaunya 4 jam sehari nonstop setiap satu minggu sudah harus ganti mata pisau, dan sebelum dan setelah penggunaan alat harus dibersihkan. Dan bagian-bagian yang berputar harus diberi pelumasan/oli,” Kata Firlani selaku guru pembimbing dari kelas TKR.

Di hari terakhir para peserta juga dilakukan tes dengan soal yang sama, hal tersebut bertujuan untuk melihat seberapa besar peserta menyerap materi yang disampaikan, dan untuk membandingkan perbedaan jawaban siswa dari sebelum mendapat materi dengan setelah mendapat materi.

“Anak-anak sangat antusias dan memahami, tetapi mereka ragu bagaimana cara memasarkan produk tersebut. Kecuali digunakan pribadi atau pesanana mereka tidak akan ragu untuk membuat. Dan saya yakin para siswa SMK Nuris mampu untuk membuat alat ini. Pembuatan digunakan waktu empat har sampai satu minggu jika dikerjakan sendiri. Asalkan tidak ada kendala dana dan alat,” Tambah Firlani. [Red.Dev]

Related Post