Sebelum Terpecah

Penulis: Dias Wahyu Utami*

Semilir angin malam menyapu ke hulu
Pernah ku dengar semesta merindu padamu yang dulu
Pernah kulihat semesta mengadu
Sampai ia menitihkan air mata sendu
Air matanya memintakan maaf untuk semua rasa malu

Hari ini,
Hujan sudah jatuh ke tanah, pecah di bawah langit abu
Menandakan ia tengah memaku angan bersama awan kelabu
Pendar sinar mentari tak lagi membayang lugu
Langit tak lagi membiru kala itu

Wahai bumi, bersabarlah kau
Angin kini tengah menghembus tanpa permisi pada mereka yang ambigu
Cahaya redup membelah kerumunan harapan pilu
Berharap mereka dapat menghalu

Namun semua harapan dianggap benalu
Waktu bergulir kian menjuru
Semesta berharap – harap ragu
Dapatkah ia melihatmu yang dulu?

Bumi yang penuh dengan perilaku lugu
Bumi yang dahulu selalu menjadikan langit tempat mengadu
Bumi yang dulu selalu menerima dipecahi hujan
Tapi kini kau malah memayungi dengan payung tak peduli

Wahai bumi, lihatlah
Semesta menangis berkidung do’a

Penulis merupakan pemenang pertama lomba puisi Pondok Metting Asrama Dalem Timur Pesantren Nuris Jember

Related Post