Tabayyun: Konsep Ahlusunnah Wal Jamaah

Penulis: Muhammad Qorib Hamdani*

Nahdlatul Ulama’ (NU) adalah salah satu ormas Islam di Indonesia yang didirikan oleh KH. Hasyim Asyari pada tahun 1926. Ormas ini menganut paham ahlusunnah wal jamaah (Aswaja). Aswaja terdiri dari tiga kata. Pertama kata ahlu, yang artinya adalah suatu kelompok atau golongan. Kedua kata sunnah, yang berarti suatu hal yang disandarkan kepada nabi, baik berupa perkataan, perbuatan, pengakuan serta keinginan nabi. Ketiga adalah kata jamaah, yang berarti suatu kesepakatan para sahabat di masa khulafaur rasyidin.

Bisa kita definisikan bahwa Aswaja adalah suatu golongan yang melakukan suatu perbuatan yang disandarkan kepada nabi baik berupa perkataan, perbuatan, pengakuan nabi dan telah disepakati oleh para sahabat di masa khulafaur rasyidin.

(Baca juga: Mengkaji beberapa keutamaan berpuasa di bulan rajab)

Semua orang ataupun organisasi mempunyai karakter sendiri untuk menghadapi beberapa permasalahan. Paham aswaja ini juga mempunyai karakter tersendiri untuk menghadapi masalah, terutamanya dalam masalah berita yang kini selalu beredar di tengah-tengah masyarakat dengan nama berita hoax.

Dalam masalah ini aswaja menggunakan metode kalrifikasi atau metode tabayyun. Metode ini adalah cara yang bisa digunakan oleh semua orang karena hal ini ada dalam al-quran surat al-Hujurat ayat 6, yang berbunyi, “Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu berita, maka periksalah dengan teliti agar kamu tidak menimpakan suatu musibah kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas perbuatanmu itu.”

Ada beberapa penafisran mengenai ayat ini, salah satunya tafsir al-Muyassar yang menafsiri ayat di atas dengan perkataan, “Wahai orang-orang yang beriman kepada Allah dan mengerjakan apa yang disyariatkan, jika seorang yang fasik datang kepadamu dengan membawa kabar tentang suatu kaum maka periksalah kebenaran kabar berita tersebut dan janganlah tergesa-gesa membenarkannya, karena dikhawatirkan kalian akan menimpakan musibah kepada suatu kaum tanpa kalian ketahui yang sebenarnya apabila kalian membenarkan kabar itu tanpa menelitinya terlebih dahulu, sehingga setelah menimpakan musibah kepada mereka kalian menjadi menyesal ketika mengetahui kebohongan kabar itu.”

Maksud dari ayat dan penafsiran di atas adalah jika ada suatu hal atau berita yang baru sebaiknya diteliti dulu agar tidak terjadi kesalah fahaman yang bisa mengakibatkan pertengkaran antar sesama. Hal ini sudah jelas bahwasannya konsep tabayyun yang digunakan oleh Aswaja sangatlah baik dan sudah diterangkan dalam al-Quran yang sudah dipastikan kebenarannya.

(Baca juga: Ternyata lailatul qadar mungkin terjadi pada selain bulan ramadhan)

Apabila berita itu sudah sangat jelas salah menurut pandangan Islam maka janganlah diterima karena sudah tampak bahwa berita itu adalah salah. Ada ayat yang juga menguatkan kalimat di atas pada quran surat al-Isra’ ayat 36 yang berbunyi, “Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu tidak mempunyai pengetahuan tentangnya. Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati, semuanya itu akan diminta pertanggungan jawabnya.”

Ada banyak tafsir yang menjelaskan maksud dari surat al-Isra’ ayat 36, salah satunya tafsir al-Muyassar yang berbunyi, “Wahai anak Adam! Janganlah kamu mengikuti sesuatu yang tidak kamu ketahui, sehingga kamu hanya mengikuti prasangka dan insting belaka, sebab manusia pasti akan mempertanggungjawabkan baik-buruknya penggunaan alat pendengaran, penglihatan, dan hatinya, yang baik akan diberikan pahala dan ganjaran, sedangkan yang buruk akan diberikan hukuman dan azab.”

Bisa kita simpulkan dari teks di atas bahwasannya kita sebagai umat Islam tidak boleh semena-mena menerima berita yang dibawa oleh seseorang, karena belum tentu berita yang dibawanya itu benar. Apabila sudah diklarifikasi atau tabayyun dan sudah jelas bahwasannya berita itu salah maka jangan diikuti karena semua perbuatan yang kita lakukan di bumi akan dipertanggung jawabkan di akhirat kelak.

Penulis merupakan siswa kelas XI PK MA Unggulan Nuris yang aktif di ekstrakurikuler jurnalistik

Related Post