Tahukah, Apa Husnul Khuluq? Bagaimana Kita Meraihnya

Penulis: Abd. Halim W.H.*

Husnul khuluq (akhlak yang baik) merupakan sifat yang sangat terpuji. ia juga salah satu tujuan utama Baginda Nabi diutus kepada ummatnya (“bu’itstu li utammima makârimal akhlâq”). Ia bisa mengarahkan pemiliknya kepada perbuatan-perbuatan terpuji yang lain.

Akhlak yang baik ini bisa didapat dengan 2 (dua) cara:

Pertama: Jûdin Ilâhiy (Murni karunia Allah Swt).

Dalam hal ini, akhlak didapat dengan serta merta sebagai anugerah (fadhal) dari Allah SWT.

Kedua: Mujâhadah (usaha) dan Riyâdhah (latihan).

Dalam hal ini, seorang hamba harus menjalani Mujâhadah dengan cara takalluf (memaksa) dan shabr (sabar) dalam proses Mujâhadahnya. Tidak didapat dengan cuma-cuma, karena bukan fadhal . Tidak hanya dilakukan sekali dua kali. Harus berulang-ulang.

(baca juga: Santri Harus Melek Pasar Modal)

Seorang hamba juga harus yakin, bahwa dalam proses Mujâhadahnya pasti akan dituntun oleh Allah SWT. Walladzina jâhadû finâ la nahdiyannahum subulanâ.

Mujâhadah di sini antara lain bisa dalam hal kedermawanan (tidak kikir, tidak pelit) dan tawâdhu (rendah hati). Jika ingin menjadi orang yang dermawan, maka berusaha dan berlatih sebagaimana orang yang dermawan (suka member, mengayomi, dst…). Begitupun jika ingin menjadi orang yang tawâdhu, maka berusaha dan berlatih sebagaimana orang-orang yang tawâdhu.

Ada sebuah doa yang diajarkan oleh Habib Umar agar kita bisa mendapatkan akhlak yang baik. Doa ini biasa dibaca ketika Qiyâmul lail (Bangun Malam):

اللهم اهْدِنَا لِأَحْسَنِ الْأَعْمَالِ وَالْأَخْلَاقِ لَا يَهْدِيْ لِأَحْسَنِنَا إِلَّا أَنْتَ. وَاصْرِفْ عَنَّا سَيِّئَهَا لَا يَصْرِفُ عَنَّا سَيِّئَهَا إِلَّا أَنْتَ.

“Ya Allah, berilah kami hidayah (petunjuk) untuk beramal dan berakhlak baik. Tidak ada yang bisa menunjukkan kebaikan-kebaikan (amal dan akhlak) kami kecuali Engkau. Dan jauhkanlah akhlak yang jelek dari kami. Tidak ada yang bisa menjauhkan akhlak yang jelek kecuali Engkau.”

(baca juga: Gaya Ramdlan Santri Nuris dengan Pengajian 2 Kirab Kuning)

Terakhir, ada pernyataan menarik dari Habib Umar:

إذا كانت النفس بالعادة تستلذُّ بالباطل وتميل إليه فكيف لا تستلذ الحق إذا رُدَّت إليه والتزمت المواظبة عليه ؟

“Jika nafsu dibiarkan dalam kelalaian dan kemaksiatan sampai merasakan lezatnya, bagaimana tidak ia juga akan merasakan kelezatan manakala disimpan dalam beribadah kepada Allah SWT..?”

sumber foto sampul: umroh.com

►Diadaptasi dari pengajian kitab Qabs an-Nûr al-mubîn min Ihyâ_i ‘Ulûm ad-Dîn (ringkasan kitab Ihyâ’ ‘Ulûmuddîn karya Imam Ghazali) karya al Habib Umar bin Muhammad bin Salim bin Hafizh yang diselenggarakan oleh Majelis Muwâsholah Baina Ulamâ_il muslimîn Jember yang disampaikan oleh Al Habib Nizar bin Husni Al Aydrus (Jember) dan Al Habib Hasan bin Isma’il Al Muhdhor (Probolinggo) pada hari Kamis (siang), 22 Agustus 2019, di PP. Nuris Jember.

*Penulis adalah Khâdim di PTQ Anak & Balita, MTs Unggulan, dan MA Unggulan Nuris Program Tahfidz NURIS, Jember

Related Post