Ujub dan Riya’: Sepucuk Perbedaan Agar Tidak Terjerumus di Dalamnya

Penulis: Muhammad Qorib Hamdani*

“Yang bersandang pangkat menghakimi seorang yang melarat, bermegah-megahan dalam menjalankan kehidupan. Mereka berpangkat hingga lupa bahwa berdiri dengan sombong, juga mereka dianggap ujub dan riya’”

Mereka selalu mendebatkan dirinya sebagai orang yang hebat, seakan-akan dialah yang paling berhak berdiri di atas bumi pertiwi dengan sombongnya, sampai dia tak sadarkan diri mereka sedang sombong, ujub atau riya’. Mungkin mereka hanya mengetahui bahwa dialah yang paling berkuasa, lalu mereka bertanya, apa perbedaan ujub dan riya’? apakah keduanya termasuk peilaku yang tercela? Yuk lebih lengkapnya di bawah!

(Baca juga: Tips atasi kantuk saat tarawih)

 Dia selalu berbuat baik pada semua mahluk di atas bumi dan merasa dialah yang paling besar melakukan sesuatu kepada Allah dari pada yang lain, sehingga hatinya menganggap remeh orang lain yang tidak sebaik dirinya berbuat, maka dia termasuk kategori sifat ujub.

Jika dialokasikan atau didefinisikan tentang ujub yaitu sebuah sifat tercela yang berperasaan merasa lebih baik dari orang lain. Padahal kita tidak ada apa-apanya dibandingkan bumi, langit dan penciptanya.

Imam Al Ghozali menyebutkan bahwa perasaan ‘ujub adalah kecintaan seseorang akan suatu karunia yang ada pada dirinya dan merasa memilikinya sendiri serta tidak menyadari bahwa karunia tersebut adalah pemberian Allah SWT. Orang yang memiliki sifat ujub tidak akan mengembalikan keutamaan yang dimiliki tersebut kepada Allah SWT”

Sedangakan riya’ adalah memperlihatkan suatu amal kebaikan kepada sesama manusia, secara istilah riya’ bermakna melakukan ibadah dengan niat dalam hati karena demi manusia, dunia yang di pijaknya dan tidak ada niat beribadah kepada Allah Subhanallahu wa taala.

(Baca juga: Tips memilih masker cegah covid-19)

Allah berfirman,“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu menghilangkan (pahala) sedekahmu dengan menyebut-nyebutnya dan menyakiti (perasaan si penerima), seperti orang yang menafkahkan hartanya karena riya’ kepada manusia.” (Q. S. Al-Baqarah : 264).

Al-Hafidz Ibnu Hajar al-Asqolani mengatakan dalam kitabnya Fathul Bari, riya’ adalah menampakkan ibadah dengan tujuan ingin dilihat oleh manusia lalu mereka memuji perilaku tersebut.

Itulah sepucuk penjelasan mengenai perbedaan antara riya’ dan uju, keduanya sama-sama perbuatan tercela, sehingga Allah membenci orang yang berperilaku baik dengan tujuan ingin dipuji orang.

Sumber gamber: news.berdakwah.net

Penulis merupakan siswa kelas XI PK MA Unggulan Nuris yang aktif di ekstrakurikuler jurnalistik

Related Post