Filosofi, dan Makna Istilah Jawa Ketupat Lebaran

Penulis: M. Irfan Maulana*

Ketupat merupakan makanan yang wajib ada ketika lebaran tiba, khususnya di pulau Jawa. Bentuknya pun juga sangat khas, yakni dibungkus menggunakan daun kelapa yang masih muda (janur). Daun kelapa muda tersebut di anyam sedemikian rupa hingga membentuk sebuah belah ketupat, kemudian di isi dengan beras, lalu di rebus. Ketupat biasanya dihidangkan dengan sayur lodeh, atau opor ayam. Nah apakah sahabat tau sebenarnya apa sih makna filosofi dari ketupat? Yuk simak uraian berikut.

Sebelumnya kita telaah dulu yuk sejarah Ketupat. Ketupat diperkenalkan oleh Kanjeng Sunan Kalijaga pada masyarakat Jawa. Sunan Kalijaga membudayakan 2 kali bakda, yaitu Bakda Lebaran dan Bakda Kupat. Bakda Kupat dimulai seminggu sesudah lebaran. Pada hari yang disebut bakda kupat tersebut, di tanah Jawa waktu itu hampir setiap rumah terlihat menganyam ketupat dari daun kelapa muda.

(Baca juga: Makna Filosofi Warna Hitam)

Setelah selesai dianyam, ketupat diisi dengan beras kemudian dimasak. Ketupat tersebut diantarkan ke kerabat yang lebih tua, sebagai lambang kebersamaan.

Dalam filosofi Jawa, ketupat lebaran bukanlah sekedar hidangan khas hari raya lebaran. Ketupat memiliki makna khusus, makna dari segi bahasa. Ketupat atau kupat dalam bahasa Jawa merupakan kependekan dari Ngaku Lepat dan Laku Papat. Ngaku lepat artinya mengakui kesalahan. Dan Laku papat artinya empat tindakan.

Ngaku Lepat, makna kata tersebut adalah mengaku atas segala kesalahan, biasanya orang Jawa ada tradisi sungkeman, yakni bersimpuh dihadapam orang tua seraya memohon maaf atas segala kesalahan. Sungkeman mengajarkan pentingnya menghormati orang tua, bersikap rendah hati, memohon keikhlasan dan ampunan dari orang lain, khusunya orang tua.

Laku Papat, artinya empat tindakan dalam perayaan Lebaran. Nah empat tindakan itu adalah lebaran, luberan, leburan, dan laburan. Lebaran bermakna usai, menandakan berakhirnya waktu puasa. Berasal dari kata lebar yang artinya pintu ampunan telah terbuka lebar. Luberan, bermakna meluber atau melimpah. Sebagai simbol ajaran bersedekah untuk kaum miskin, yakni dengan mengeluarkan zakat fitrah. Leburan, maknanya adalah habis dan melebur. Maksudnya pada momen lebaran, dosa dan kesalahan kita akan melebur habis karena setiap umat Islam dituntut untuk saling memaafkan satu sama lain. Yang terakhir Laburan, berasal dari kata labur atau kapur, artinya kembali putih, kembali suci, dan bersih.

Filosofi tentang ketupat yang pertama, mencerminkan beragam kesalahan manusia. Hal ini bisa terlihat dari rumitnya bungkusan ketupat.

(Baca juga: Filosofi Payung)

Kedua, mencerminkan kesucian hati. Biasanya untuk makan ketupat, kita harus membuka anyamannya terlebih dulu. Setelah ketupat dibuka, maka akan terlihat nasi putih, hal ini mencerminkan kebersihan dan kesucian hati setelah memohon ampunan dari segala kesalahan.

Ketiga, mencerminkan kesempurnaan. Bentuk ketupat begitu sempurna dan hal ini dihubungkan dengan kemenangan umat Islam setelah sebulan lamanya berpuasa dan akhirnya menginjak Idul Fitri.

Keempat, karena ketupat biasanya dihidangkan dengan lauk yang bersantan, maka dalam pantun Jawa pun ada yang bilang “Kupat Santen“, kulo lepat nyuwun ngapunten (Saya salah mohon maaf lahir dan batin).

Nah itu tadi makna istilah Jawa dan filosofi dari ketupat, semoga dapat menambah wawasan kita semua dan semoga bermanfaat ya sahabat.

Sumber gambar: egindo.com

Penulis merupakan siswa kelas XI PK MA Unggulan Nuris yang aktif di ekstrakurikuler jurnalistik

Related Post