Jadi Bidan, Alumni Nuris Ini Mengabdi Sepenuh Hati

Lutfiana: Harapan Saya, Selalu Ingin Menolong Sesama

Pesantren Nuris-  Alumni Nuris yang satu ini merupakan salah seorang tenaga kesehatan yang luar biasa dedikasinya bagi kesehatan ibu dan anak. Ia adalah Lutfiana. Amd.Keb, alumni SMA Nuris Jember tahun 2011 ini melanjutkan pendidikannya di Akademi kebidanan (AKBID) Bina Husada Jember.

Menjadi bidan merupakan cita-citanya sejak kecil, menurutnya bekerja sebagai tenaga medis tidak semata-mata karena materi, melainkan tugas yang di emban sangat mulia yaitu menolong sesama dan mengabdi bagi negara.

(Baca juga: Jadi garda terdepan lawan covid-19, alumni Nuris ini bertugas dengan tulus)

Ketika kuliah ia pernah aktif magang di bidan praktik mandiri, karena itu merupakan salah satu persyaratan kelulusan.  Ia mengambil judul skripsi “Pertolongan Persalinan Sungsang, Bayi Asfiksia dan Komplikasi Ibu Nifas,” dan melakukan penelitian tugas akhirnya di Ambulu Jember.

Pada 30 Oktober 2015 lalu, ia resmi di wisuda dan menjadi ahli madya kebidanan (Amd.Keb), wisuda dilaksanakan di Gedung New Sari Utama Jember. Setelah lulus kuliah, Lutfi (Panggilan akrab Lutfiana) bekerja di RSUD BESUKI Situbondo, selama kurang lebih 2 tahun, dan kemudian pindah ke Klinik Bhakti Pratama Mayang, selama kurang lebih 2,5 tahun. Dan kini ia tengah mantap untuk membuka praktek mandiri di rumahnya.

Menurutnya selama kariernya sebagai bidan tentangan terberat adalah ketika pasien membutuhkan penanganan darurat, tetapi dari pihak keluarga menolak atau menyepelekan.

(Baca juga: Merasa gemes melihat kenakalan remaja, alumni Nuris ini ambil jurusan psikologi)

“Hal tersebut sering sekali saya alami. banget. Ketika bidan menyarankan pasien harus di rujuk karena butuh penanganan lebih lanjut di rumah sakit, dan kondisi sudah gawat darurat. Ternyata keluarga pasien malah menolak dengan berbagai alasan. Di situlah kadang saya merasa stress dan bingung karena pertaruhannya nyawa. Akhirnya jika memang keluarga pasien mentok menolak dan kita sudah tidak bisa berbuat apa-apa lagi, keluarga pasien terpaksa kita berikan surat penolakan untuk di tanda tangani, jadi jika sewaktu-waktu ada apa-apa dengan pasien kita tidak kena sanksi. Tetapi usaha tetap kita lakukan, dengan cara menghubungi Rt/Rw atau bahkan Kades setempat, karena terkadang mereka, orang-orang yang benar-benar awam sangat membutuhkan dukungan keras dari kerabat desa,” ungkapnya.

Lutfi juga memberikan tanggapan tentang wabah covid-19 yang sedang merajalela di seluruh dunia, khususnya Indonesia. Sebagai tenaga medis yang merupakan garda terdepan ia pun merasa takut dan was-was, namun tetap harus waspada.

“Kalau di tanya soal covid repot. Karena peraturan dengan adat sulit untuk disatukan. Seperti halnya kita sebagai tenaga medis menganjurkan untuk meniru protokol kesehatan, tapi bagaimana dengan mereka yang punya asumsi sendiri selama manghadapi pandemi. Kalau saya pribadi tak henti-hentinya memberikan pengertian bagaimana cara menghadapi situasi seperti ini, terutama bagi keluarga saya. Namun, jika memang sudah diberikan ini dan itu mereka tidaklah juga paham bahkan menolaknya ya itu hak mereka. Ya  semoga pandemi segera berakhir agar kita semua bisa hidup tenang,”

“Harapan saya kedepannya, jika seandainya nanti saya sudah saatnya pension, semoga saya masih selalu bisa menolong sesame. Karena profesi ini tidak hanya sekedar profesi/gelar melainkan sudah mendarah daging dengan diri saya. Karena menyandang tugas (sumpah) pada saat dilantik menjadi seorang bidan tidaklah segampang menyandang toga saat sarjana,” ujar wanita kelahiran Jember,  9 Mei 1992 itu berbunga-bunga, saat ini ia sedang menantikan kelahiran buah hatinya. Semoga dilancarkan hingga persalinan ya. [Red.Dev]

Bioadata

Nama : Lutfiana, Amd.Keb
Lembaga: SMA Nuris Jember 2011
Kuliah:  Akademi kebidanan (AKBID) Bina Husada Jember.
Alamat: Dusun Krajan Rt 003 Rw 015, Desa Sidomukti, Kecamatan Mayang Kabupaten Jember

Related Post