Ulama Intelektual dari Indonesia

Penulis: Roith Husein*

“Jangan berjanji jika tidak bisa menepati  tetapi berbuat baiklah kepada orang lain dengan perbuatan yang nyata tanpa mengobral janji” (Syekh Nawawi Al-Jawi Al-Banteni dalam kitab Muroqil Ubudiyah)

Kasyifatus Saja ‘ala Safinatun Najaah. Ya ! kitab yang hampir seluruh jajaran pesantren di Indonesia menjadikan kitab ini sebagai mata pelajaran wajib bagi santri santrinya. Kitab ini adalah karangan ulama yang menggemparkan tanah Arab.

Beliau memiliki nama lengkap Abu Abdul Mu’ti Muhammad bin Umar bin Arbi bin Ali Al-Tanara Al-Jawi Al-Bantani lahir di Tanara, 1813 M/ 1230 H. Beliau lebih dikenal dengan panggilan Syekh Nawawi. Ayahnya bernama Kiai Umar bin Arabi. Beliau masih memiliki sambungan nasab dengan Maulana Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati). Sejak kecil beliau hidup di lingkungan pesantren sehingga mengharuskan Syekh Nawawi untuk memperdalam ilmu agama dari sang ayahandanya sendiri. Beliau dijuluki Nawawi kedua setelah ulama Abu Zakaria Muhyuddin an-Nawawi (631 H).

(Baca juga: Al farabi tokoh muslim filsuf yang bersandang multitalenta dan bahasa)

Pada umur 15 tahun beliau menjalankan kewajibannya sebagai seorang muslim untuk menuntut ilmu dari tanah Jawa ke tanah Suci (Makkah). Beliau memperdalam ilmunya di Tanah Suci selama 30 tahun. Di sana Syekh Nawawi berguru kepada ulama-ulama terkenal lainnya, diantara guru beliau yaitu Sayid Ahmad Nahrawi, Sayyid Ahmad Dhimyati, Ahmad Zaini Dahlan, Muhammad Khatib al-Hambali. Pada tahun 1860-1970 Syekh Nawawi sibuk-sibuknya memproduksi kitab-kitab karangan beliau.

Diantara kitab karangannya adalah  Murah Labid Tafsir An-Nawawi atau lebih dikenal dengan Tafsir Munir, Qathrul Ghaits fi Syarhi Masaili Abi al-Laits, Nurudh Dhalam, Syarh ‘ala  ‘Aqidatil Awwam, Qami’uth Tugyan, syarah ‘ala Syi’bil Iman, Fat-hul Majid, Syarh Ad-Durr al-Farid fi ‘Aqaid ahl-Al-Tawhid, Tijan al-Darari fi Syarhi Risalah Al-Bajuri, Sulalamul Fudhala,  ‘ala Hidayatil Adzkiya ila Thariqil Auliya, Kasyifatus Saja, ‘ala  Safinatun Najaah fi Ushuliddin wal-Fiqh.

(Baca juga: Tiga tokoh nahdlatul ulama yang membumi di dunia sastra indonesia)

Syekh Nawawi bukanlah sembarang ulama, sehingga beliau memiliki karamah yang membuat siapapun tak bisa di nalar dengan logika. Saat itu beliau sedang perjalanan dengan seekor untanya meski sedang dalam perjalanan beliau  menyempatkan untuk menulis syarh Bidayatul Hidayah, ketika itu minyak klampu beliau habis sehingga beliau berdoa kepada Allah “Bila karanganku ini dianggap penting dan bermanfaat bagi kaum muslimin, aku mohon kepada-Mu, ya Allah SWT, berikanlah sinar agar aku bisa melanjutkan tulisanku.” Maka tak l,ama kemudian dengan pertolongan Allah yang Maha Kuasa, muncullah sinar di jempol kaki beliau sehingga beliau bisa melanjutkan hasil tulisannya.

Tak hanya aktif dalam bidang kajian kitab kuning Syekh Nawawi juga turut andil dalam perjuangan melawan kolonialisme Belanda. Pada saat itu beliau mengajak santri-santri Nusantara termasuk murid-muridnya sendiri seperti H Wasid dan KH tubagus Ismail untuk tidak mengikuti ajaran maupun adat-adat yang mereka sebar luaskan di Indonesia. Waktu meletusnya pemberontakan petani dan jumlah kemiskinan dan kelaparan di Cilegon 1888 dikarenakan ulah kolonial belanda sehingga membuat rakyat disana membentuk sebuah jaringan antar santri dan kyai untuk melawan pemerintahan kolonial belanda atas perintah Syekh Nawawi Al-Jawi.

Kakek buyut KH Ma’ruf Amin itu menikmati masa tuanya di Tanah Suci dan wafat di mekah pada 25 Syawal 1314 H. Pernah suatu ketika saat kebijakan pemerintah arab untuk menggali makam jasad yang sudah bertahun tahun lamanya. Kebijakan tersebut juga menimpa pada makam Syekh Nawawi namun hal yang tak biasa membuat heboh masyarakat sekitar. Ditemukannnya jasad yang masih utuh, hal itu membuat semua yang berada disana melapor kepada pemerintah sehingga kebijakan tersebut tidak berlaku kepada jasad Syekh Nawawi. Itulah salah satu karamah Wali Allah yang di juluki Sayyidul Hijaz. 

Sumber gambar: daerah.sindonews.com

Penulis merupakan siswa kelas X TKJ Axioo SMK Nuris Jember yang aktif di ekstrakurikuler jurnalistik

Related Post