Lima Tahun Jabat Kepala Asrama Putri, Alumni Ini Kini Berkarier di Kemensos

Arifda Rahmawati: Tetap Semangat Mengabdi, Yakinilah Barokah Itu Benar-Benar Ada

Pesantren Nuris- Alumni Nuris yang satu ini merupakan salah satu sosok legendaris, sejak lulus dari Madrasah Ibtidaiyah di Palangkaraya Kalimantan, ia sudah menjadi santri di Pesantren Nuris Jember, hingga resmi menjadi sarjana, yuk simak profil lengkapnya!

Arifda Rahmawati, merupakan alumni SMP Nuris Jember tahun 2003, dan SMA Nuris Jember tahun 2006. Tak hanya sebagai santri biasa, ketika duduk di bangku kelas 12 SMA Nuris Jember ia dipercaya untuk memimpin pesantren putri Nuris (Dalem barat) yakni pada tahun 2005.

“Pada awalnya saya tidak pernah menyangka bakalan menjabat menjadi sebagai ketua pondok. Karena bagi saya, menjabat sebagai ketua pondok adalah jabatan yang berat untuk dijalani. Selama di pesantren, yang terpikir hanya untuk ngaji dan belajar saja, yang penting taat aturan pondok serta  sami’na wa atho’na kepada pengasuh dan para guru, itu nasehat yang selalu saya ingat dari Alm. abah saya saat saya pertama kali menginjak tanah Pesantren Nuris kala itu,”

(Baca juga: Sempat menjadi kepala asrama putri dalbar pesantren nuris jember alumni ini kini jabat waka kurikulum)

“Saya tidak menyangka sama sekali bahwa saya dipilih sebagai ketua pondok oleh kiai langsung melalui hasil istikhoroh beliau bukan dari hasil pemilihan umum para santri, itu yang saya dengar dari seorang ustadz waktu itu yang menyampaikan ke saya untuk menemui kiai ke dalem. Dengan berat hati, cemas dan hati gundah saya menghadap ke kiai waktu itu, karena saya memang tidak ingin menjadi ketua pondok waktu itu. Anehnya saat itu, entah kenapa kiai seperti bisa membaca pikiran dan hati saya waktu itu, saya masih ingat sekali  dawuh beliau ke saya hingga sekarang “Nak, menjadi ketua pondok memang pekerjaan berat karena kita harus mengatasi para santri yang beraneka karakter, ini waktunya kamu belajar menjadi seorang pemimpin di sini, sebelum kamu memimpin masyarakat yang lebih besar kelak, menjadi seorang pemimpin itu impian banyak orang nak, ini kesempatan besar bagi kamu untuk mengabdi di pesantren, ngopeni para santri, yang penting ikhlas dan minta ridho Allah,  barokah itu ada nak,” Sejak itu, saya perlahan menerima dengan senang hati serta mengikrarkan jiwa dan hati saya untuk mengabdi ke pesantren selama 5 tahun, hingga saya menyelesaikan studi saya di perguruan tinggi,” ceritanya.

Setelah lulus dari SMA Nuris Jember, ia melanjutkan kuliah di Fakultas Ekonomi Universitas Jember, jurusan ilmu ekonomi studi pembangunan (IESP), sembari mengabdi dan tetap menjadi ketua asrama putri, dan mengajar di lembaga MTs Unggulan Nuris yang saat itu baru saja berdiri.  

“Menurut saya, memang agak sulit mengatur waktu kegiatan pondok dengan kegiatan kuliah, di tambah lagi  saat itu  saya juga mengajar di Lembaga Mts  UNggulan Nuris , jadi saya  memilih untuk tidak ikut organisasi di kampus.  Benar ya, Hidup itu memang sebuah pilihan, sebenarnya saya memang tertarik ikut organisasi di kampus, tapi saya lebih memprioritaskan hal yang lebih penting yaitu pesantren. Entah kenapa “sense of belonging” terhadap pesantren sangat begitu mendalam dalam diri saya. Tapi alhamdulillah semuanya bisa teratasi tanpa ada yang harus diabaikan. Kalau Lelah, itu pasti , tapi semangat untuk menjadikan pesantren itu lebih baik lagi selalu berkobar dalam diri saya. Perjalanan 5 tahun menjadi ketua pondok  tidak selalu berjalan mulus seperti yang kita harapkan. Apalagi di awal-awal baru menjabat, kita harus banyak belajar beradaptasi, kapan kita bersikap tegas dan lembut kepada para santri yang beraneka karakter, serta merombak peraturan pondok hampir secara keseluruhan waktu itu. Alhamdulillah saya dikelilingi orang-orang yang berpikiran positif dan punya visi misi yang sama untuk kemajuan pesantren waktu itu. Saya sangat berterima kasih kepada teman-teman pengurus yang turut membantu saya selama ini, saya selalu bilang ke mereka, “yakini bahwa barokah pondok itu ada, yang penting ikhlas untuk mengabdi” ujar perempuan kelahiran Palangkaraya, 5 Maret 1989 itu.

(Baca juga: Lulusan teknik elektro universitas guilin china alumni nuris ini keren banget lho)

Ia juga mengaku memiliki banyak kenangan tak terlupakan selama 5 tahun menjabat. Seperti halnya rindu akan kebersamaan, kegiatan di pesantren dan lain-lain.

“Kadang saya rindu suasana mondok bareng para santri, andai ada pintu ajaib doraemon, mungkin saya mau kembali pada masa-masa itu. Dari pondok, saya belajar memahami karakter orang lain,belajar lebih bijak saat menghadapi sebuah masalah, belajar menjadi seorang pemimpin,belajar lebih dewasa dan bersabar tentunya. Tapi daripada hal yang tidak terlupakan, mungkin cenderung ke hal yang saya rasakan kali ya hingga sekarang, Hal ini dapat dirasakan saat saya terjun ke masyarakat, karena saya bekerja sebagai pekerja sosial yang bertemu dengan banyak orang dengan berbagai lapisan sosial, melalui pengalaman saya sebagai ketua pondok, ini lebih membantu saya dalam memerankan diri sebagai seorang pemimpin/pendamping di masyarakat. Motto hidup saya cuma sederhana “khoirunnas anfauhum linnas”, memberikan manfaat bagi orang lain, sekalipun  kita tidak bisa memberi manfaat ke orang lain setidaknya jangan sampai memberi mudhorat ke orang lain,” lanjutnya.

Rifda (Panggilan akrab Arifda Rahmawati) mengambil konsentrasi ekonomi moneter untuk bahan tugas akhirnya, dimana isi skripsinya membahas tentang faktor-faktor yang mempengaruhi nilai ekspor batubara Indonesia ke Jepang dengan metode analisis regresi linier berganda. Dan berkat kerja kerasnya, ia lulus pada Desember tahun 2010.

Setelah lulus kuliah, ia memutuskan untuk berhenti jadi ketua pondok, dan memutuskan untuk hijrah lagi ke tanah kelahirannya di Palangkaraya, Kalimantan tengah. Di sana diterima bekerja di salah satu bank. Namun karena ada  suatu hal, ia harus kembali ke Jawa lagi, dan kemudian bekerja sebagai Pendamping PKH (program Keluarga Harapan) di Bondowoso, sebuah program bantuan sosial untuk masyarakat miskin (Pra sejahtera) Kementerian Sosial Republik Indonesia sejak 2016 hingga sekarang.

Tak hanya tentang dirinya, iapun memberikan pesan kepada santri yang dengan ikhlas mengabdi di Pesantren Nuris Jember.

“Bagi adik-adik santriwan santriwati yang saat ini membantu dan berjuang bersama pengasuh dan para asatidz dalam kemajuan Nuris, tetap semangat untuk mengabdi. Yakinilah Barokah itu benar-benar ada,” timpalnya menutup wawancara dengan tim website pesantrennuris.net. [Red.Dev]

Biodata
Nama: Arifda Rahmawati, S.E.
Lembaga: SMP Nuris Jember 2003, SMA Nuris Jember 2006
Kuliah: Jurusan Ekonomi Pembangunan, Universitas Jember
Karier: Pendamping PKH Bondowoso
Alamat: Perum Pancoran Residence Bondowoso
Tempat, Tangga, Lahir: Palangkaraya, 5 Maret 1989

Related Post