Sang Mata Air

Penulis: M. Irfan Maulana*

Pagi sedang berkabung
Tulang rusuk pada bergetar
Kemanakah kini para yang dipanggil cucung?
Akankah mereka hanya menghantar?

Duka lara sedang dikandung rasa
Lalu segulung kenang tawa, tinggal hiasan
Berbahagialah sang mata air sastraku
Yang kini tinggallah aku yang mengabadikanmu

(Baca juga: Hujan leba bulan juli)

Tuhan…..
Abadikanlah dia padaku
Bukan perihal namanya
Ataupun tentangnya
Tapi perihal suka dalam amalnya

Tuhan….
Rinduku kan tetap tumbuh
Walau jarakpun enggan mendekatkanku padanya

(Baca juga: Hujan dan embun)

Sapardi Djoko Damono, tentang kenang tawanya
Aku berjanji mengabdi pada sang puisi
Semoga tertanamlah bunga-bunga melati
Di samping liang lahatnya

Sumber gambar: portaljember.pikiran-rakyat.com

Penulis merupakan siswa kelas XII PK MA Unggulan Nuris yang aktif di ekstrakurikuler jurnalistik

Related Post