Salehkan Dirimu, Maka Anak Keturunan yang Saleh Untukmu

Penulis: Abd. Halim, W.H.*

Setiap orang tua pasti mendambakan anak keturunan yang baik, menyejukkan hati, ‘alim, dan bisa menyelamatkan dan mengangkat derajatnya, baik di dunia, lebih-lebih di pengadilan akhirat nanti. Bahkan orang yang buta ilmu dan dianggap rusak sekalipun (maling, perampok, mafia, dan sebangsanya) tidak mungkin menginginkan anak keturunannya jahat seperti dirinya. Ia pasti menginginkan anak cucunya lebih baik dan shalih.

Orang-orang yang saleh akan selalu diberi kesempatan dan diberi jalan takdir oleh Allah Swt. untuk senantiasa belajar ilmu agama, baik ilmu Aqîdah (Tauhid), ilmu Syarî’ah (Fikih) maupun ilmu Akhlâq (Tasawuf). Ketiganya merupakan ilmu agama[1] yang wajib dipelajari oleh setiap orang islam. Rasulullah Saw.  bersabda:

 مَنْ يُرِدِ اللهُ بِهِ خَيْرًا يُفَقِّهْهُ فِي الدِّيْنِ

Artinya, “Barang siapa yang dikehendaki baik oleh Allah, maka Dia akan menganugerahkan pemahaman Agama kepadanya.

Anak yang luar biasa iman, ilmu dan pengamalan agamanya tidak mungkin terlahir dari keluarga yang biasa-biasa saja. Dapat dipastikan bahwa para pendahulunya (kedua orang tua, kakek-nenek, buyut, dst…) merupakan orang-orang yang luar biasa (kebaikannya), baik dari segi keimanan, ilmu pengetahuan, ataupun pengamalan terhadap ilmu agamanya sehari-hari.

(baca juga: Dahsyatnya Bacaan Istighfar dan Sedekah)

Orang-orang pilihan (Salafus Shâlih, para Waliyullâh, para Nabi dan para Rasul) biasanya merupakan keturunan dari orang-orang pilihan juga. Keluarga yang baik akan melahirkan anak keturunan yang baik. Dari pohon yang baik akan menghasilkan buah yang baik. Disebutkan dalam QS. Al-A’râf (07): 58

وَٱلۡبَلَدُ ٱلطَّيِّبُ يَخۡرُجُ نَبَاتُهُۥ بِإِذۡنِ رَبِّهِۦۖ وَٱلَّذِي خَبُثَ لَا يَخۡرُجُ إِلَّا نَكِدٗاۚ كَذَٰلِكَ نُصَرِّفُ ٱلۡأٓيَٰتِ لِقَوۡمٖ يَشۡكُرُونَ

Artinya, “Dan tanah yang baik, tanaman-tanamannya tumbuh subur dengan seizin Allah; dan tanah yang tidak subur, tanaman-tanamannya hanya tumbuh merana. Demikianlah Kami mengulangi tanda-tanda kebesaran (Kami) bagi orang-orang yang bersyukur.”

Sebagian ahli Tafsir mengomentari ayat di atas, bahwa keluarga yang baik, menjalankan ajaran agama, menjaga hubungan baik dengan keluarga, tetangga, sesama dan dengan Rabbnya, akan melahirkan anak keturunan yang baik-baik pula, termasuk juga Hâfizhul Qur’ân (anak keturunan yang hafal al-Quran). Mereka (Hâfizhul Qur’an) akan mengangkat derajat kelurganya esok di akhirat. Bahkan, junjungan kita, Nabi Muhammad Saw., beliau merupakan manusia pilihan dan Nabi pilihan, Sebagaimana dalam sebuah hadis riwayat Watsilah bin al-Asqa’:

إن الله اصطفى كنانة من ولد إسماعيل واصطفى قريشا من كنانة واصطفى من قريش بني هاشم واصطفاني من بني هاشم

Artinya, “Sesunguhnya Allah memilih dari keturunan Ibrahim adalah Isma’il, Kinanah dari Bani Isma’il, memilih Quraisy dari Bani Kinanah, Memilih bani Hasyim dari Bani Quraisy, dan Dia memilihku (Nabi Muhammad) dari Bani Hasyim.”

(baca juga: Merelegikan Wisata Pantai)

Maka dari itu, selagi nafas masih di kandung badan, masih ada  kesempatan untuk berbenah diri dan memperbaiki kualitas diri. Karena kualitas anak cucu kita tergantung pada kadar keimanan, ilmu dan pengamalan ilmu yang kita miliki. Buah jatuh tidak jauh dari pohonnya.

lDisarikan dari Mau’izhah Hasanah yang disampaikan oleh Syaikhul Ma’had Nuris Jember: KH. Muhyiddin Abdusshomad pada acara Maulid Nabi Muhammad Saw. dan Tasyakuran Khatmil Qur’ân Bil Ghaîb Ananda Akhmd Zakariya Hosni di kediaman Ustadz. Sayyid Berryl Musthofa, S.H. pada hari Ahad, 08 November 2020.

kover diambil dari: islami.co

*penulis adalah khuwaidim di Program Tahfizh Pesantren Nuris Jember


[1]. Jika dikaji lebih dalam lagi, ketiga ilmu tersebut adalah pengejawantahan dari Îmân, Islâm dan Ihsân. Buah dari Ilmu Aqîdah adalah Îmân, buah dari Ilmu Syari’ah adalah Islâm, dan buah dari Ilmu Akhlâq/Tasawuf adalah Ihsân. Ketiganya tidak dapat dipisahkan dan merupakan paling pentingnya ilmu yang wajib dipelajari oleh setiap orang Islam. Ketiga ilmu tersebut disebut ilmu Agama dengan didasarkan pada sebuah hadis yang datangnya dari Sayyidina Umar R.A. dan diriwayatkan oleh Imam Muslim:

عَنْ عُمَرَ بْنِ الْخَطَّابِ رَضِيَ اللهُ عَنْهُ قَالَ : بَيْنَمَا نَحْنُ جُلُوْسٌ عِنْدَ رَسُوْلِ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ ذَاتَ يَوْمٍ إِذَ طَلَعَ عَلَيْنَا رَجُلٌ شَدِيْدُ بَيَاضِ الثِّيَابِ شَدِيْدُ سَوَادِ الشَّعْرِ, لَا يُرَى عَلَيْهِ أَثَرُ السَّفَرِ, وَلَا يَعْرِفُهُ مِنَّا أَحَدٌ, حَتَّى جَلَسَ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَأَسْنَدَ رُكْبَتَيْهِ إِلَى رُكْبَتَيْهِ وَوَضَعَ كَفَّيْهِ عَلَى فَخِذَيْهِ وَقَالَ: يَا مُحَمَّدُ أَخْبِرْنِيْ عَنِ الْإِسْلَامِ, فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ: اَلْإِسْلَامُ أَنْ تَشْهَدَ أَنْ لَاإِِلهَ إِلَّا اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُوْلُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ وَتُقِيْمَ الصَّلَاةَ وَتُؤْتِيَ الزَّكَاةَ وَتَصُوْمَ رَمَضَانَ وتَحُجَّ الْبَيْتَ إِنِ اسْتَطَعْتَ إِلَيْهِ سَبِيْلًا . قَالَ صَدَقْتَ, فَعَجِبْنَا لَهُ يَسْأَلُهَ وَيُصَدِّقُهُ, قَالَ: فَأَخْبِرْنِيْ عَنِ الْإِيْمَانِ, قَالَ : أَنْ تُؤْمِنَ بِاللهِ وَمَلَائِكَتِهِ وَكُتُبِهِ وَرُسُلِهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَتُؤْمِنَ بِالْقَدَرِ  خَيْرِهِ وَشَرِّهِ . قَالَ صَدَقْتَ. قَالَ فَأَخْبِرْنِيْ عَنِ الْإِحْسَانِ, قَالَ : أَنْ تَعْبُدَ اللهَ كَأَنَّكَ تَرَاهُ, فَإِنْ لَمْ تَكُنْ تَرَاهُ فَإِنَّهُ يَرَاكَ. قَالَ: فَأَخْبِرْنِيْ عَنِ السَّاعَةِ, قَالَ: مَا الْمَسْؤُوْلُ عَنْهَا بِأَعْلَمَ مِنَ السَّا ئِلِ. قَالَ فَأَخْبِرْنِيْ عَنْ أَمَارَاتِهَا, قَالَ أَنْ تَلِدَ الْأَمَةُ رَبَّتَهَا وَأَنْ تَرَى الْحُفَاةَ الْعُرَاةَ الْعَالَةَ رِعَاءَ الشَّاءِ يَتَطَاوَلُوْنَ فِى الْبُنْيَانِ. ثُمَّ انْطَلَقَ فَلَبِثْتُ مَلِيًّا, ثُمَّ قَالَ: يَا عُمَرُ أَتَدْرِيْ مَنِ السَّا ئِلُ؟ قُلْتُ: اللهُ وَرَسُوْلُهُ أَعْلَمُ. قَالَ: فَإِنَّهُ جِبْرِيْلُ أَتَاكُمْ يُعَلِّمُكُمْ دِيْنَكُمْ. (رَوَاهُ مُسْلِمٌ)

Artinya: Dari Umar radhiyallâhu `anhu, dia berkata: Ketika kami duduk-duduk disisi Rasulullah Saw. di suatu hari, tiba-tiba datanglah seorang laki-laki yang mengenakan baju yang sangat putih dan berambut sangat hitam, tidak tampak padanya bekas-bekas perjalanan jauh dan tidak ada seorangpun di antara kami yang mengenalnya. Hingga kemudian dia duduk di hadapan Nabi lalu menempelkan kedua lututnya kepada lututnya (Rasulullah Saw.) seraya berkata, “Ya Muhammad, beritahukan aku tentang Islam!”, Maka Nabi bersabda: “ Islam adalah engkau bersaksi bahwa tidak ada ilâh (tuhan yang disembah) selain Allah, dan bahwa Nabi Muhammad adalah utusan Allah, engkau mendirikan shalat, menunaikan zakat, puasa Ramadhan dan pergi haji jika mampu “, kemudian dia berkata, “ anda benar “. Kami semua heran, dia yang bertanya dia pula yang membenarkan. Kemudian dia bertanya lagi: “Beritahukan aku tentang Iman! “. Lalu beliau bersabda, “ Engkau beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya, rasul-rasul-Nya dan hari akhir, dan engkau beriman kepada takdir yang baik maupun yang buruk“, kemudian dia berkata, “ anda benar“. Kemudian dia berkata lagi: “Beritahukan aku tentang Ihsan! “. Lalu beliau bersabda,“ Ihsan adalah engkau beribadah kepada Allah seakan-akan engkau melihatnya, jika engkau tidak melihatnya maka Dia Maha Melihatmu”. Kemudian dia berkata, “Beritahukan aku tentang hari kiamat (kapan kejadiannya)”. Beliau bersabda,“ Yang ditanya tida lebih tahu dari yang bertanya “. Dia berkata,”Beritahukan aku tentang tanda-tandanya”!, beliau bersabda, “Jika seorang hamba melahirkan tuannya dan jika engkau melihat seorang bertelanjang kaki dan dada, miskin lagi penggembala domba, (kemudian) berlomba-lomba meninggikan bangunannya”, kemudian orang itu berlalu dan aku berdiam sebentar. Kemudian beliau (Rasulullah shallahu`alaihi wa sallam) bertanya,“Hai, Umar, tahukah engkau siapa yang bertanya?”. Aku berkata,“ Allah dan Rasul-Nya Maha Mengetahui”. Beliau bersabda, “Dia adalah Jibril yang datang kepada kalian (bermaksud) mengajarkan agama kalian”. (Riwayat Imam Muslim).

Related Post