Ibu, Manusia Hebat Sepanjang Masa

Penulis: Abd. Halim, W.H.*

Suatu ketika, ada seorang lelaki datang kepada Rasulullah Saw., dan bertanya: “Wahai Rasulullah, siapakah orang yang paling berhak aku perlakukan dengan baik?” Rasul pun menjawab, “Ibumu”. _”Lalu siapa lagi?”, “Ibumu””. “Siapa lagi?” “Ibumu”. “Siapa lagi?”, “Ayahmu”.¹

Jawaban Rasulullah Saw. dengan redaksi dialog seperti di atas memberikan pemahaman bahwa betapa istimewanya seorang ibu. Betapa mulianya seorang ibu. Betapa hebatnya seorang ibu. Meskipun sebenarnya seorang ayah pun juga istimewa, mulia dan hebat bagi anak-anaknya.

Beberapa alasan yang bisa diterima dari jawaban Nabi tersebut (“Ibumu, Ibumu, Ibumu”) adalah bahwa seorang ibu telah melewati masa-masa sulit yang luar biasa: masa mengandung, masa melahirkan dan masa menyusui. Tiga masa ini dipahami sebagai masa-masa yang sangat berat bagi seorang ibu.

Pada masa mengandung, seorang calon ibu harus membawa “beban berat” yang ada di dalam rahimnya. Ke mana pun ia pergi, si janin juga ikut menyertai. Semakin hari semakin bertambah beban beratnya. Tidak bisa “dititipkan” walau hanya sebentar. Selain juga biasanya seorang calon ibu ketika mengandung akan mengalami hal yang tidak lumrah, seperti: sering mual-mual, tidak enak makan, ngidam sesuatu yang (biasanya) langka, dan sebagainya.

(baca juga: Perempuan, Ibu, dan Kemajuan Bangsa)

Pada masa melahirkan, seorang ibu berjuang mempertaruhkan nyawanya dan nyawa si janin. Ia berusaha mengeluarkan si janin dari rahimnya dengan sekuat tenaga, akan tapi juga harus berhati-hati untuk keselamatan fisik si janin. Jika keliru cara, maka bisa-bisa nyawanya, nyawa si janin, atau bahkan juga nyawa keduanya tidak bisa terselamatkan. wal ‘iyâdzu billâh…

Pada masa menyusui, seorang ibu harus sabar dan mau berpayah-payah ketika si mungil menangis kehausan. Kapan dan di mana saja. Bahkan, kadang masih baru terlelap, tiba-tiba harus bangun lantaran tangisan si bayi.

Selain menyusui, seorang ibu lah yang paling berperan terhadap pertumbuhan dan perkembangan si mungil, baik perkembangan jasmani, terlebih perkembangan rohani. Ibu juga adalah seorang perempuan yang hebat bagi anaknya, mulai dari menyiapkan makanan, mencuci pakaian, bersih-bersih dan seterusnya. Selain itu juga, ibu tempat belajar pertama dan utama(al-Madrasatul Ûlâ) bagi anak-anaknya.

(baca juga: Salehkan Dirimu, Maka Anak Keturunanmu yang Saleh untukmu)

Dari beberapa alasan di atas, tidak salah kiranya jika kemudian Islam mengapresiasi dan menjunjung tinggi atas pribadi seorang Ibu. Al-Jannatu tahta aqdâmil ummahât (Surga di telapak kaki para ibu).

Beberapa cara memuliakan dan berbuat baik kepada seorang ibu adalah: pertama, jika beliau masih ada, maka dengan membantu aktivitas sehari-hari, membantu kebutuhan hidup, sering bersilaturahim, meminta didoakan dan mohon maaf. Silaturahim minimal dengan via hp (jika jaraknya rumah jauh), dan silaturahim ke rumahnya untuk bersua. Dan, yang paling penting adalah tidak menyakiti perasaannya, baik dengan tingkah laku maupun tutur kata.

Kedua, jika beliau sudah wafat, maka antara lain dengan cara sering mendoakan, bersedekah yang pahalanya dihadiahkan untuknya, menjaga hubungan baik sesaudara, antara kerabat dan dengan teman-temannya semasa hidupnya. Kemudian juga melestarikan kebiasaan baik yang telah diwariskan oleh beliau semasa hidup.

Selamat Hari Ibu

Madura, 22 Desember 2020

sumber kover: kompas.com

*penulis adalah Khadim di program Tahfizh MTs dan MA Unggulan Nuris, Jember

_________

¹. Diceritakan oleh Abu Hurairah dalam sebuah hadis

Related Post