Sisi Lain dari Shalat Berjamaah

Penulis: Abdullah Dardum, S. Th. I*
Tim Redaksi Majalah Nuris

Salah satu ajaran syari’at islam sangat ditekankan iyalah shalat berjamaah. Yakni pelaksanan shalat secara bersamaan, tidak secara individual atau terpisah belah. Hukum pelaksanaan berjamaah dalam lima shalat fardlu iyala sunnah muakad, yakni sunnah yang sangat dianjurkan. Jika kita mengamati hadist-hadist yang berkaitan dengan shalat berjamaah, bisa dikatakan bahwa bahwa hukum shalat berjamaah “nyaris” wajib. Bagaiman tidak, Rasulullah menerangkan bahwa hanya ada tiga hal yang dapat menjadi alasan bagi kita untuk shalat berjamaah; hujan deras, sakit dan ketiduran. Diluar itu, beliau akan sangat murka melihat umat islam menyepelekan shalat berjamaah.

Dalam kaitannya sebagai ibadah, shalat berjamaah mempumyai manfaat yang luar biasa besar. Salah satunya iyalah seperti yang telah disabdakan nabiSAW”Shalat berjamah lebih utama dibanding ahalat sendirian dengan dua puluh tujuh derajat.” Shakat dengan cara berjama’ah juga lebih mudah diterima oleh Allah SWT, karna kekuranga salah satu peserta jamaah dapat disempurnakan oleh peserta yang lain, sehingga seluruhnya dapat dinilai sebagai shalat yang sempurna.

Selain itu, shalat berjaah juga memiliki hikmah yang tidak sedikit dalam kehidupan sosial kemasyarakatan. Shalat berjamaah mengajar tentang bagaimana mestinya seorang muslim bergaul dan menjalin hubungan degan sesama dalam krhidupan ini. Shalat berjamaah merupakan manifestasi dari ittihadul muslimin (persatuan umat islam) dengan tanpa memandang derajat antara kaya dan miskin. Bersatu padu dalam komando seorang imam. Dengan berjamaah, seorang muslim dapat lebih sering  bertemu denga mislim lainnya, berbincang dan bercengkrama. Karna pada umumnya saatini, orang sering disibukkan dengan berbagai aktivitas sehari-hari, sehingga untuk bertemutetangganya sendiri saja merasa sulit sekali. Akan tetapi dengan adanya shalat berjamaah seperti shalat lima waktu ataupun shalat jum’at maka akan memberikan solusi untuk saling mengenal dan menjalin silaturahmi antar sesama, hingga rasa saling mencintai dan keakraban diantara mereka dapat tumbuh subur dan bersemi. Dan ini yang merupakan yang diajarkan dalam islam, sebagaimana firman Allah SWT “Dan sesungguhnya kami jadikan kalian dari berbagai kaum dan suku agar kalian seling mengenal.”(QS.Al-Hujarat:13).

Dari sisi pendidikan, shalat berjamaah mengajarkan sikap kedisiplinan. Hal ini bisa dilihat dari adanya kedisiplinan waktu dalam melaksanakannya. Ketika adzan berkumandang , praktis orang yang ingin melaksanakan shalat berjamaah akan bergegas menuju masjid pada waktu itu juga. Di samping itu, shalat yang di laksanakan secara berjamaah juga mendidik kita untuk menghilang kan egoisme. Sebab kita tidak mungkin mengikuti kemauman kita untuk ruku’ mendahului imam atau melakukan salam lebih dini. Akan tetapikita dituntut taat mengikuti gerag-gerik seorang imam. Dengan demikian demikian. Sering shalat berjamaah maka semakin kita untuk mengendalikan atau melunakkan sikap egoisme pada diri kita.

(Baca juga: perspektif ulama tentang cara meminang)

Dari sisi yang lain,shalat berjamaah dapat menumbuhkan perasaan sama dan derajat serta menghilangkan status sosial yang terkadang menjadisekat pembatas di umat islam. Bagaimana siburuh dapat berdiriberdampingan dengan sang presiden dalam satu barisan shalat. Ini merupakan suatu gambaran nyata bahwa dihadapan Allah, semua manusia sama, pangkat yang mereka punya di dunia tidak mempunyai arti apa-apa. Hanya keinginan dan ketaqwaan yang membuat meraka mulia di sisi Allah.”Sesungguhnya yang paling mulia diantara kalian di sisi Allah ialah orang yang paling taqwa diantara kalian.”(QS.Al –Hujurat :13)..

Dalam berjamaah, tidak ada pengistimewaan tempat bagi orang kaya, pemimpin, dan penguasa. Orang yang miskin bisa berdampingan dengan yang kaya, rakyat jelata bisa berbaur dengan penguasa, dan orang kecil bisa duduk berdampingan dengan orang yang besar. Begitu seseorang memutuskan untuk berjamaah, ia dianggap siap untuk berdiri berdampingan dengan yang lain. Siapa saja yang datang lebih awal, maka dia berhak menempati shaf terdepan tak peduli status sosial yang ia sandang, kaya atau miskinkah, pejabat ataukah rakyat jelata.

Dalam skala kecil, prinsip bermasyarakat  menurut islam tercermin dalam shalat berjamaah, dalam setiap gerakan dan tata tertibnya. Shalat berjamaah mengajarkan tentang prinsip – prinsip kepemimpinan. Hal ini tercermin dalam hubungan yang berkesinambungan antara makmum dan imam. Makmum yang baik dalam hal ini diumpamakan sebagai rakyat, harus mengikuti perintah pemimpinnya. Begitu pula sang pemimpin, ia bukan hanya diharapkan mampu memimpin rakyatnya,namun ia pun harus mampu memberikan teladan yang baik.

(Baca juga: bahaya riya’)

Seorang imam atau pemimpin harus mengerti betul apa yang dirasakan dan dikeluhkan pengikutnya. Jika dalam pelaksananannya imam melakukan kesalahan, dianjurkan bagi makmum laki – laki untuk mengingatkannya dengan cara membaca tasbih dan menepuk tangan bagi makmum wanita. Secara implisit hal ini memberikan pelajaran tentang cara amar ma’ruf nahi munkar yang tepat, yakni dengan cara yang halus atau dengan sikap sopan bukan dengan kekerasan dan tindakan anarkis.

Demikianlah sisi lain dari shalat berjamaah. Uraian di atas merupakan segelintir dari sekian banyak hikmah yang bisa kita petik dari ibadah shalat yang dilakukan secara berjamaah. Tentunya masih banyak hikmah – hikmah tersembunyi jika kita mau menggalinya secara lebih dalam lagi. Mudah – mudahan kita bisa senantiasa istiqamah dalam melaksanakan rutinitas shalat dengan berjama’ah.

Sumber gambar: bincangsyariah.com

Penulis merupakan alumni Pesantren Nurul Islam Jember

Related Post