Sekolahku Rumahku; Rumahku Sekolahku

Oleh: Sunardi, S.Pd*

Baru-baru ini Pak Menteri pendidikan menebar isu akan menerapkan sekolah full day. Beragam tanggapan masyarakat, ada yang menyambut baik ada yang menentang. Tetapi ada alasan pak menteri yang sebenarnya juga menjadi keresahan banyak orang tua. Menurut Pak Menteri, jika anak pulang sekolah lebih awal, sementara orang tua masih di tempat kerja, maka mereka tidak ada yang mengawasi. Karena itulah beliau berencana menerapkan sistem full day school. Full day school yang dimaksud bukan berarti belajar sepanjang hari, tetapi bisa diisi ekstra kurikuler, katanya.

Sumber: http://nasional.kompas.com/read/2016/08/09/08530471/.full.day.school.tak.berarti.belajar.seharian.di.sekolah.ini.penjelasan.mendikbud

Sebelum Pak Menteri menjabat jadi menteri, di Kabupaten Pasuruan, Jawa Timur, Bupati Pasuruan Irsyad Yusuf (Gus Irsyad) sudah lebih dulu mewacanakan sekolah full day, yakni mewajibkan sekolah untuk menyelenggarakan Madratsah Diniah setelah jam sekolah.

Sumber: http://www.moslemforall.com/full-day-school-di-pasuruan-untuk-madrasah-diniyah/

Jauh sebelum isu keduanya, pesantren yang keberadaannya di nusantara ini sudah lebih tua dari nama negeri ini “Indonesia”. Sebelum negeri ini merdeka, pesantren sudah menerapkan pendidikan full day, bukan hanya sampai jam lima sore, tapi belajar pagi, siang, dan malam. Di pesantren mereka tidak hanya belajar agama lewat buku, mereka juga belajar hidup: masak sendiri, mencuci sendiri, bahkan jaman dulu mereka membangun gubuknya sendiri. Ada juga yang belajar berdagang dan bertani di pesantern.

Sekolahku Rumahku

Di zaman modern yang serba sibuk seperti sekarang ini banyak orang tua jarang berada di rumah, bahkan ada yang hanya pulang tidur saja, selebihnya berada di tempat kerja. Anak-anak banyak yang dititipkan pada pembantu (baby sitter), atau pada neneknya, atau bahkan dibiarkan keluyuran. Sehingga anak kurang atau bahkan tidak terawasi sama sekali. Selain itu, ada orang tua yang tidak sibuk di luar, namun tidak semua bisa mendidik anak dengan baik, bahkan kadang memberi contoh yang tidak baik. Ini biasanya dilakukan oleh ibu muda yang menikah di usia dini, sebelum dewasa akalnya. Lebih dari itu, ada orang tua yang mengajak anaknya ke tempat perjudian.

Mengingat pentingnya pengawasan anak, dan SDM orang tua yang tak semua bisa menjadi pendidik bagi anak, sekolah full day adalah solusi. Namun, perlu juga dipertimbangkan SDM guru. Jika SDM guru rendah-entah memang kompetensinya yang rendah atau karena kelelahan bekerja sejak pagi-maka full day school tak ada gunanya, kecuali hanya akan menjadi penjara suci bagi generasi.

Rumahku Sekolahku

Sudah menjadi tanggung jawab orang tua untuk menjadikan rumah sebagai tempat belajar pertama dan utama bagi anak-anak. Di rumahlah anak belajar hidup, terutama pada ibu yang melahirkan dan menyusuinya.

Akan tetapi, di negeri ini, atau mungkin juga di negara lain, tak ada perguruan tinggi yang membuka program bidang keluarga, yang tujuannya mencetak lulusan yang siap menjadi ayah dan ibu (orang tua) profesional. Mungkin jika negara menggaji orang tua yang mau mendidik anaknya secara profesional, akan ada perguruan tinggi yang membuka program khusus pencetak calon orang tua profesional, apalagi gajinya besar, atau diangkat jadi PNS.

Pesantren merupakan lembaga pendidikan yang tidak hanya mengajar santri mengaji, tapi belajar hidup, termasuk bagaimana jadi orang tua yang baik. Sudah lengkap semua diajarkan dan dicontohkan oleh Rasulullah, tetapi (kalau saya tidak salah atau kurang pengamatan) sudah tidak sedikit pesantren yang terlalu cenderung menyiapkan peserta didiknya siap kerja, siap bersaing di dunia kerja, dan berkurang pendidikan agamanya.

Jika lembaga pendidikan yang dikelola pemerintah tak ada yang menyiapkan peserta didiknya untuk jadi orang tua yang baik dan profesional, maka pesantren seharusnya ambil peran dalam hal ini. Sehingga, para alumninya mampu menjadikan rumahnya sebagai madratsah bagi anak-anaknya. Semoga.

Jika lembaga pendidikan, rumah, dan lingkungan kondusif untuk tumbuh kembang karakter generasi, sungguh luar biasa. Ini harapan kita semua. Semoga segera terwujud.

Kepada para orang tua dan calon orang tua, saya ingin merekomendasikan untuk membaca buku Ummi Inside, buku yang berisi pengalaman dua pasangan sejati, pendidik sejati bagi putra putrinya. Menurut saya, kisahnya cukup bagus untuk jadi teladan. Begitu juga dengan buku-buku karya Ust Mohammad Fauzil Adhim. Tak kalah bagus juga buku karya Lara Fridani yang berjudul Ibu Dari Mana Aku Berasal.

*Pengurus Pesantren Nurul Islam (Nuris) Jember

Related Post