Santri Nuris Kuliah di Thailand: “Suprise Dari Allah Itu Nyata”

Oleh : Izza Nur Laila*

Saya selalu menulis segala impian dalam satu buku yang saya khususkan, kemudian memberi warna merah untuk setiap impian yang terwujud. Sudah menjadi kebiasaan saya sejak menduduki bangku MA Unggulan Nuris kelas X. Entah itu impian yang memungkinkan untuk terjadi atau bahkan terdengar sedikit konyol. Andaikan buku impian saya tidak bersifat privacy, pasti akan ada ucapan, “yah za... nggak mungkin banget lah. Ngimpi tinggi bener, entar jatuh, sakit loh!”

Yuk… senyumin para pelaku yang suka mengucapkan kalimat seperti itu. Mereka hanyalah orang-orang yang tidak percaya diri dan kurang meyakini jika Tuhannya Maha Segala.

Bagi saya, segala impian tidak ada yang tidak mungkin. Selama kita mau mencoba, percaya diri, yakin, usaha, ikhtiar, dan terus merayu kepada yang Maha Segala. Otak manusia memang tidak akan pernah sampai jika memikirkan kuasa Allah. Biarlah para manusia berkreasi dengan ocehan yang meremehkan impian kita. Toh pemegang kuasa terbesar dan teragung ya hanyalah Allah.

Di antara bejibun impian yang telah saya tulis, ada salah satu impian yang tertulis kurang lebih seperti ini, “kuliah S2 di luar Negeri, full scholarship
Dan… eng ing eng… surprise dari Allah benar-benar saya alami.

Saya menargetkan kuliah di luar Negeri itu untuk S2, tetapi Allah mewujudkannya jauh lebih cepat dari yang saya impikan. Dengan kepolosan sebagai santri, yang telah menghabiskan masa belajar Tsanawiyah dan Aliyah di Pesantren (Nurul Islam), saya memberanikan diri mengambil keputusan untuk melanjutkan study ke Negara yang menjadi rumah Buddha emas terbesar di dunia ini, “Thailand”.

Saya masih ingat benar, saat  KH. Muhyiddin Abdusshomad yang menawarkan langsung tentang scholarship ini, dan menyampaikan keinginannya bahwa beliau menginginkan santrinya juga ada yang tholabul ‘ilm di luar Negeri.

15 September 2014. Status saya yang semula hanya “santri” sedikit ada tambahan menjadi “santri perantau”.

Dari kontrak umur yang tidak pernah saya ketahui sampai batas berapa, rupanya Allah menakdirkan kisah hidup saya dalam beberapa bagian. Bagian terpenting dalam hidup saya adalah Pesantren. Semasa di Pesantren Nuris Jember, saya benar- benar bersyukur dan menikmati fasilitas yang telah Allah sediakan dalam hidup saya. Berkumpul bersama dengan Pengasuh, Pengajar yang berkualitas, dan berada dalam lingkup yang begitu tenang, suci dan damai.

Setelah 6 tahun menikmati masa masa di Pesantren, saatnya saya untuk menjalani bagian hidup selanjutnya. Hidup di Negara orang dengan status sebagai mahasiswi dari luar negeri.  Mahasiswi Indonesia di Thailand.

Berbekal pengalaman dari Pesantren Nuris Jember, memudahkan saya untuk selalu mencoba tetap kebal dengan segala hal yang terjadi. Lingkungan dan pergaulan. Dua hal penting yang sangat mempengaruhi diri seseorang.

Dalam hidup, tantangan dan ujian memang akan selalu ada. Saya yang kebetulan kebagian takdir hidup kuliah S1 di luar negeri, benar benar merasakan perbedaannya. Mulai dari menjalani proses pembelajaran yang berbeda dengan perkuliahan di Indonesia, hidup yang harus lebih serba mandiri, tegar saat rindu kampung halaman melanda, bahasa komunikasi yang mendadak jadi “campur sari (Bahasa Thailand, Melayu, Inggris, Indonesia)”, kemudian hidup satu kamar dengan non muslim, tertantang dengan tugas kuliah yang mengharuskan bolak-balik buka kamus, bagi waktu untuk mempelajari Bahasa Thailand dengan tulisannya yang sukses buat pikiran mupeng karena bentuk, jumlah huruf, nada dan tanda bacanya, cari jurus menghindar dari kegiatan atau event yang lebih bersifat “just for fun,’’  juga harus mampu mempertahankan status “santri” sekalipun di luar Negeri dan tidak lagi berada di zona aman se-aman di Pesantren, belum lagi petualangan untuk pilah-pilih cari makanan halal, masjid, pakaian muslim dan sebagainya.

Persiapan mental terutama. Dihadapkan dengan budaya, kondisi, lingkungan dan pergaulan yang serba berbanding terbalik dengan kehidupan di Negara sendiri. Saat itulah kemampuan untuk beradaptasi sangat dibutuhkan.

Ya, kuliah di luar Negeri bukan tentang “keren” seperti yang banyak orang katakan, tetapi tentang beban amanah yang berlipat dibanding mahasiswa yang kuliah di Negeri sendiri. Satu hal yang membuat saya semakin sadar. Hidup memang harus keluar dari zona nyaman. Ada saat dimana ketika manusia berada di zona yang tidak nyaman, ia akan lebih mengenal apa arti keluarga, apa itu bersyukur, apa arti dan tujuan hidup. Merantau akan mengajarkan banyak ilmu kehidupan dan pengalaman berharga. Tahun ini adalah tahun ketiga saya berada di Thailand. Negara yang memiliki nama ibu kota terpanjang di dunia, dengan total 169 huruf (bersyukurlah Indonesia hanya 7 huruf, hehe)

*Alumni MA Unggulan Nuris

rt

 

Related Post