Harga Psikologi Batik

Hatta Rajasa menyatakan “Jangan pernah menawar harga batik! Anda membeli batik itu tidak sekedar mengganti biaya kain, bahan-bahan, pewarna, malam, dan cantingnya, tetapi harus dihargai kerjanya, energi membuatnya, semangat, dan ketekunanya. Itulah yang namanya harga psikologis, harga emosional, harga yang bisa ditawar.

Pernyataan tersebut menyatakan bahwa jika membeli batik bukan semata-mata karena harga,tetapi juga harus menghargai desain batik tersebut. Oleh karena itu jangan kaget jika sering dijumpai sepotong baju batik bisa mencapai puluhan juta rupiah. Ketekunan, kesabaran, dan curahan tenaga untuk membuat sebuah motif tentu membutuhkan nilai lebih. Berkaitan dengan hal itu, jika kain batik dibeli, secara tidak langsung akan turut meningkatkan pendapatan pengrajin batik dan perekonomian bangsa.

(baca juga: Kehebatan Wanita Mar’atus Sholihah)

Selain itu, batik juga dimanfaatkan sebagai penghemat energi. Kalau selama ini diketahui bahwa untuk menghemat energi bisa dilakukan melalui cara menghemat pemakaian listrik, pemakaian BBM (Bahan Bakar Minyak), penghematan air dan sebagainya, namun ada satu cara lagi yang bisa dilakukan untuk menghemat energi melalui pakaian yang biasa dipakai.

(baca juga: Bukti Distorsi dalam Sejarah Pesawat)

Sadarkah jika batik menjadi salah satu cara menghemat energi, karena baju batik memiliki kain tipis sehingga tidak memerlukan pendingin ruangan secara berlebihan dan tidak perlu memakai jas tebal sehingga AC bisa di atur ke 25 derajat celcius saja. Selain itu, baju batik merupakan warisan budaya Indonesia yang menjadi fashion lifestyle dan mendunia.Semoga kecintaan anak bangsa terhadap batik terus meningkat

Penulis artikel di atas adalah Ahmad Zadun Naja. Penulis merupakan siswa MA Unggulan Nuris kelas X PK A.

Related Post