Penulis: Muhammad Rifki Muchlisin*
KH. Ridwan Abdullah adalah seorang ulama’ yang menemukan lambang Nahdlatul Ulama’, beliau lahir di Kampung Carikan Gang l, Kelurahan Alun-Alun Contong, Kecamatan Bubutan Surabaya pada 1 Januari 1884.
Setelah tamat dari Sekolah Dasar Belanda, beliau melanjutkan pendidikan dengan cara nyantri di beberapa pesantren yang terletak di Jawa dan Madura, di antaranya : Pondok Buntet Cirebon, Pondok Siwalan Panji Buduran Sidoarjo, dan di Pondok Pesantren Kademangan Bangkalan Madura. Pada tahun 1901, Kiai Ridwan Abdullah mengembara ke tanah suci Makkah dan bermukim selama kurang lebih 3 tahun.
(Baca juga:tokoh islam indonesia, pendakwah, dosen serta penulis)
Dan di tahun 1911, beliau kembali lagi ke tanah suci Makkah dan menetap selama 1 tahun. Beliau wafat pada usia ke-78 tepat pada tahun 1962, dan dimakamkan di pemakaman Tembok Surabaya.
Bukan hanya kealimannya saja yang terkenal, namun, beliau juga memiliki keahlian khusus di bidang seni lukis dan kaligrafi. Beliau berkarya dengan membangun Masjid Kemayoran Surabaya, dan mendapat kepercayaan para ulama’ untuk membuat karya gemilangnya, satu-satunya karya gemilang beliau yang fenomenal dan melegenda sampai sekarang adalah lambang organisasi islam terbesar di nusantara yaitu Nahdlatul Ulama’. Awal mula dikenal lambang NU sendiri terjadi pada Muktamar NU ke-2 yang diselenggarakan di Surabaya tanggal 9 Oktober 1927.
(Baca juga:bapak aljabar dunia)
Konon, sebelum membuat lambang NU, beliau salat istikharah terlebih dahulu, untuk meminta petunjuk dari Allah SWT. Hasilnya, ketika KH. Ridwan Abdullah tidur, beliau bermimpi melihat gambar di langit yang begitu jernih, dan gambar itulah yang dijadikan sebagai lambang Nahdlatul Ulama’ sampai sekaranG.
Kyai Ridwan tidak memiliki pesantren, beliau pendakwah dan pengajar yang tidak menetap, pindah dari satu tempat ke tempat lain, dari satu desa ke desa lain, dari satu kampung ke kampung lain. Beliau sangat dekat dengan KH. Wahab Hasbullah, dan menjadi pendamping utamanya bersama Kiai Wahab, Kiai Alwi,dan Kiai Mas Mansur saat mendirikan Nahdlatul Wathan, jauh sebelum NU lahir, beliau juga sangat aktif mengajar di Madrasah Nahdlatul Wathan.
Penulis merupakan siswa kelas X PK MA Unggulan Nuris yang aktif di ekstrakurikuler jurnalistik