Pesantren Nuris Jember dan Komitmen ke-NU-an

Penulis: M. Izzul Aroby*

Usia Nahdlatul ‘Ulama’ menapak angka 95 tahun. Usia yang matang dengan segala pencapaian yang telah diraih, membantu memerdekakan negeri, mengawal berjalannya negara hingga turut serta dalam mencerdaskan kehidupan dengan berbagai usaha di bidang pendidikan. Pendek kata, NU dengan segala komponen pendukungnya berkontribusi besar dalam membangun masyarakat Indonesia.

Salah satu struktur penyangga NU adalah pondok pesantren. Telah terlahir ratusan bahkan  jutaan kader hebat alumni pesantren yang berkiprah diberbagai bidang, bidang per-kiai-an sampai permerintahan. Pesantren Nuris Jember adalah salah satu pesantren yang menjadi basis NU di Jember, dikenal sebagai pusat pengemblengan kader NU dan kajian ke Aswajaan.

Sebelum melangkah jauh, mari kita telisik kisah berdirinya pesantren di Kelurahan Antirogo tersebut. Pesantren Nuris Jember didirikan oleh KH. Muhyiddin Abdusshomad, Rois Syuriah PCNU Jember dan terhitung keponakan KH. Raden As’ad Samsul Arifin (salah satu deklarator NU).

Darah kental NU diramu dengan keilmuan mumpuni yang didapat dari Pesantren Raudhatul Ulum Sumberweringin dan Sidogiri Pasuruan menjadi modal awal yang mumpuni untuk menjadikan Pesantren Nuris Jember sebagai salah satu kiblat ke-NU-an dan ke Aswajaan di daerah Karesidenan Besuki. Keterangan tersebut menunjukkan bahwa pendiri pesantren tidak diragukan lagi ke-NU-annya.

(baca juga: Kyai Dawuh, Santri Unjuk Jari)

Arah gerak Pesantren Nuris Jember tidak terlepas dari usaha untuk membumikan ajaran Ahlussunah Wal Jama’ah Al-Nahdliyyah. Selain terdapat MTs dan MA Unggulan Nuris yang salah satu kurikulum andalannya adalah kajian amaliyah dan dalil-dalil Aswaja menggunakan metode kitab kuning. Bahkan, saat ini telah berdiri Ma’had Aly Nurul Islam Jember yang siap mencetak kader dan da’i yang unggul di penguasaan bidang akidah ahlussunah wal jama’ah dan filsafat Islam.

Para alumni pesantren yang menempuh pendidikan di perguruan tinggi terwadahi dalam organisasi IMAN yang salah satu tugasnya menjadi juru dakwah Aswaja di perguruan tinggi. Selain itu, para mahasiswa alumni Pesantren Nuris Jember bergabung dengan organisasi afiliasi NU semacam IPNU-IPPNU dan PMII.

Sisi gerakan politik, Pesantren Nuris Jember sangat kuat memegang sikap politik kebangsaan yang berorientasi pada kemaslahatan umat, tidak pernah merongrong ideologi negara dan aktif berperan dalam sosial kemasyarakat dengan berbagai program kemanusiaan dan lingkungan.

Amaliah keseharian di Pesantren Nuris Jember juga sangat kental dengan tradisi NU, tahlil dan sholawat bersama saban malam Jumat dan Rotibul Haddad setiap bakda asar. Saat berkunjung ke Pesantren Nuris Jember, kita akan disuguhkan pemandangan santri yang dengan percaya diri memakai akribut ke-NU-an, mulai dari peci berlambang NU hingga baju yang terdapat tulisan Nahdlatul Ulama.

Keterangan di atas menunjukkan bahwa la raiba fih (tidak ada keraguan) Pesantren Nuris Jember akan selalu dan tetap berjuang bersisian bersama NU untuk membangun agama dan negara. Akhir kata, Selamat Milad NU yang ke-95, we love you.[]

*Penulis adalah alumni MA Unggulan Nuris tahun 2017

Related Post