Persemaian bibit-bibit santri merupakan hal yang tidak bisa ditawar-tawar lagi. Sebab, semakin lama orang yang benar-benar paham soal agama atau ulama semakin berkurang karena dimakan usia. Nah, keberadaan santri diharapkan dapat menjadi pemegang tongkat estafet kepemimpinan para ulama di masa yang akan datang.
Demikian dikemukakan Rais ‘Aam PBNU KH Ma’ruf Amin di tengah para santri Pondok Pesantren Nuris, Antirogo, Jember, Sabtu (19/12). Menurut Kiai Ma’ruf, dalam beberapa tahun terakhir ini, para ulama kharismatik satu per satu meninggal dunia. Oleh karena itu, perlu penerus perjuangannya.
“Sudah saatnya regenerasi ulama dilakukan. Dan santri nanti diharapkan akan menjadi pemimpin yang dapat meneruskan dakwah dan perjuangan para ulama,” ucapnya.
Kiai Ma’ruf menambahkan, salah satu tugas santri atau ulama adalah memberikan penjelasan yang benar soal agama. Lebih-lebih saat ini muncul kelompok-kelompok yang sangat tekstual dalam memahami isi Al-Qur’an di satu sisi. Mereka beribadah dan bermuamalah hanya berlandaskan Al-Qur’an. Yang tidak ada dalam Al-Qur’an dianggap bid’ah. Sedangkandi sisi lain, juga muncul kelompok yang sangat sekuler dalam beragama. Mereka memahami Al-Qur’an untuk dipaksa-paksakan sesuai dengan kehendak mereka.
“Nah, tugas para santri adalah memberikan penjelasan yang benar dalam beragama. Tidak radikal, tapi tidak juga sekuler. Namun tidak keluar dari bingkai Al-Qur’an dan Sunnah,” ujarnya.
Sementara pengasuh Pondok Pesantren Nuris, Antirogo, Jember, KH Muhyiddin Abdusshomad mengatakan bahwa NU adalah pesantren besar dengan jumlah santri mencapai jutaan orang. Basis NU adalah pesantren-pesantren dari Sabang sampai Merauke. “Kalau setiap pesantren punya kiai, maka pengasuh pesantren besar itu adalah Rais (‘Aam) Syuriyah PBNU, yaitu KH Ma’ruf Amin,” jelasnya.
Usai menemui santri, KH Ma’ruf Amin bertemu dengan para pengurus PCNU Jember dan sejumlah Ketua MWCNU Jember di kediaman KH Muhyiddin. “Beliau (Kiai Ma’ruf) hanya silaturahim biasa ke Nuris, sekalian kita undang para pengurus NU,” ujar putra Kiai Muhyiddin, Gus Robith Qashidi. (Aryudi/Mahbib, NU ONLINE)