Jember, NU Online
Pesantren Nurul Islam (Nuris) kelurahan Antirogo kecamatan Sumbersari, Jember memulai rintisan menuju dunia internasional. Pihak pesantren melakukan tukar-menukar santri dengan santri Madrasah Darul Qur’an al-Karim, Madrasah Islamiyah Narathiwat, Propinsi Narathiwat, dan Smanmit Witya School, Propinsi Pattani serta beberapa pesantren yang memiliki lembaga formal.
<>
Menurut pengasuh pesantren Nuris Robith Qoshidi, kegiatan yang dikemas dalam program Summer Camp itu, akan direalisasikan tahun depan.
“Insya Allah tahun depan kita laksanakan. Penandatanganan kesepahamannya sudah kita lakukan beberapa waktu lalu di Thailand,” ujar Robith di kompleks pesantren Nuris, Rabu (29/4).
Robith menambahkan, program Summer Camp tersebut akan berlangsung selama satu bulan di Indonesia dan satu bulan di Thailand dengan melibatkan masing-masing 20 santri. Para santri Thailand akan belajar di Nuris selama satu bulan. Sebaliknya santri Nuris akan belajar di Thailand dengan durasi waktu yang sama.
Titik tekan tukar-menukar santri ini adalah pendalamannya pada Aswaja, Bahasa Arab, Bahasa Inggris, dan metode-metode tahfidz al-Qur’an dan tukar-menukar informasi seputar paham Aswaja.
“Jadi, Islam di Thailand itu banyak kesamaan dengan Islam di Indonesia. Mereka banyak juga yang menganut paham Aswaja, sehingga kita perlu berbagi untuk saling memperkuat guna pengembangan dalam skala yang lebih besar. Tsanawiyah dan Aliyah di sini, ada pelajaran khusus memperdalam kajian Aswaja,” tutur alumni Universitas Al-Azhar, Cairo.
Ke depan, Robith bercita-cita menjalin kerja sama dengan Malaysia dan negara-regara rumpun Melayu lainnya. Sebab, menurutnya, negara-negara seperti Singapura, Brunei Darussalam, Filipina, dan sebagainya itu memunyai banyak kesamaan dengan kultur budaya Islam di Indonesia.
“Banyak bukti Thailand memiliki sejarah Islam yang erat dengan Jawa. Ada masjid namanya masjid Gresik. Masjid tua ini usianya ratusan tahun, bisa dicari di google. Dan disinyalir orang Jawa yang membangun dan menyebarkan Islam di daerah itu. Masjid Wadi Husain yang usianya ratusan tahun juga konstruksinya sama seperti masjid Demak, dengan kayu yang ukirannya khas Jawa,” ucapnya. (Aryudi A Razaq/Alhafiz K)