Ustadz Kondang Pengusir Jin itu Alumni Pesantren Nuris Jember
Nama saya Abdur Rouf, lahir di desa Mumbul Sari Kecamatan Mumbul Sari Jember. Masuk di Pondok Pesantren Nurul Islam (NURIS) Jember pada tahun 1996. Pada tahun itu pula awal saya duduk di bangku SMU NURIS JEMBER (sekarang SMA NURIS JEMBER). Saat itu pondok Pesantren NURIS Jember belum maju seperti saat ini. Pondok Putra Nuris Jember hanya terdiri dari 2 Blok yaitu Blok A terdiri dari 7 kamar, dan blok B juga terdiri dari 7 kamar.
(Baca Juga: Hujjah Aswaja: Hikmah Sunnahnya Adzan Untuk Bayi Yang Baru Lahir)
Kurang lebih 9 tahun saya mengabdi di Pondok Pesantren Nuris Jember, mulai tahun 1996 sampai dengan 2004. Selama berada di Pesantren Nuris tidak banyak yang saya lakukan selain hanya mengerjakan dan melaksanakan apa yang menjadi perintah (Pakonan) Kyai. Yang saya ingat selama 9 tahun berada di pesantren, kurang lebih hanya 1 tahun saya tidur di kamar (kotakan) pesantren. Selebihnya tiap malam saya menemani kyai sambil mijit Kyai. Dan itu saya kerjakan hampir setiap malam.
Mencuci baju (rasokan) Kyai, mengepel “Dalem” (Rumahnya Kyai), membantu memasak di dapur “dalem”, dan juga menemani Kyai di waktu malam sambil mijit Beliau adalah pekerjaan rutin saya selama berada di Pesantren Nuris. Pernah juga membantu menjaga toko NURIS di Arjasa, menjaga penggilingan padi (Seleb) di daerah Jambuan dan itu saya lakukan dengan menaiki sepeda ontel dari pesantren NURIS ke Jambuan. Itulah yang saya lakukan selama berada di pesantren NURIS, dengan berusaha tidak meninggalkan kegiatan akademik di pesantren NURIS.
Ajaibnya, Banyak hal yang terjadi baik selama saya berada di pesantren NURIS sampai saya hidup di masyarakat. Banyak hal yang terjadi di luar nalar saya. Saya sendiri kerap kali bingung, heran, karena saya anggap semua itu di luar kemampuan saya.
Di antara kejadian yang saya alami di pesantren NURIS yang menurut saya tidak masuk akal, antaranya: Pada tahun 1997 saya terpilih sebagai ketua OSIS SMU NURIS sekaligus Ketua IPNU Komisariat Nuris. Pada tahun 2000 ditunjuk sebagai ketua umum Pondok Pesantren Nurul Islam (NURIS) yang pada saat itu memiliki tanggung jawab mengurusi pondok putra dan pondok putri.
Yang membuat takjub lagi, waktu saya resmi keluar dari pesantren NURIS tahun 2004 pulang ke desa istri saya tepatnya di desa Curahtakir banyak anak yang ingin mengaji atau menimba ilmu pada saya. Hahaha… (saya pingin tertawa dulu). Tidak hanya itu, saat ini saya masih aktif sebagai ketua NU Ranting Curahtakir, Ketua BPD Curahtakir, Ketua Fastra Aji Curahtakir, Guru PAI SDN Curahtakir, dan juga masih aktif memimpin kelompok tahlilan, Yasinan. Dan yang mengherankan lagi saya itu bisa mengusir jin atau menyembuhkan orang kerasukan… ha…ha…ha…
Mungkin ini segelintir kisah saya selama berada di pesantren NURIS dan sepulangnya dari pesantren NURIS untuk hidup di masyarakat Curahtakir Tempurejo Jember. Semoga menginspirasi untuk selalu takdlim pada guru dan selama di pesantren jangan hanya cari sertifikat ijazah, tapi cari barokah. Semoga Bermanfaat.
(Baca Juga: (Hujjah Aswaja: Pengobatan Alternatif Menggunakan Do’a)