Ternyata…

Karya : Lu’lu’ Kamilatul H. (Kelas XII IPA MA)

Namaku Lu’lu’ Kamilatul Hasanah, teman-temanku biasanya panggil aku Mila, kamu bisa panggil aku Acami, dulu aku memberi nama sendiri dengan nama yang menurutku unique yaitu Melodi Prima Putri Tiara Rahayu. Pasti temen-temenku akan bersorak “huuuuu” ketika ku sebut nama itu, tapi mungkin itu hanya guyonan anak pondok. Aku memang bukan anak yang unik jika dilihat dari segi muka atau apa. Tapi aku suka sekali dengan hal yang unik, sebagian barangku adalah barang yang unik.

Hingga pada suatu sore,

“wiiihhhhhhh,,,,,, awas artis kangean mau lewat e,,,,,,” celetuk teman-temanku yang sedang makan bareng  di pojok  Mushalla bawah  ketika melihat aku keluar kamar dengan style baju ala Melayu.Semua bajuku memang kebanyakan style Melayu karena ibuku kerja di Malaysia. Aku tidak pernah beli baju sendiri semua hal yang berbau aku ibu yang beli. Sering ibu marah jika aku beli sesuatu tanpa izin karena aku yakin jika aku izin ibu tidak akan ngizinin.

Setelah itu “He,,he,,he,,,,” aku hanya tersenyum mendengar lelucon mereka, kemudian langsung duduk  gabung makan untuk makan sore  bersama mereka yang sudah nungguin dari tadi.

“awas e,,,,,” teriak fina salah satu temenku.

“ha,,,ha,,,ha,,,” yang lainyya hanya respond dengan tertawa. Aku turut nyengir.

Lalu “makasih ya udah diambilin nasi” dan  langsung aku melahapnya.

Mungkin menurut mereka aku terlalu aneh atau apalah yang ada di pikiran mereka. Ya, aku memang  anak yang aneh dan termasuk siswa pendiam dibanding dengan teman-temanku yang lain yang selalu ceria, yang humoris humoris, yang bisa menciptakan suasana tidak membosankan atau krik krik kalau bahasa santrinya, yang tidak kudet seperti aku anak kangean yang kudet dan tidak tahu menahu tentang hal yang modern.seperti waktu itu di Sekolah, entah apa yang dibahas oleh anak-anak aku lupa dan aku bertanya tak tahu.

“ya ampun, kamu tidak tahu,,,,? Reng dimma ben Mil tak tao ngak jie?” tanyanya kepadaku seperti ngece, lantas aku merasa tersinggung dengan ucapan si body berisi itu. karena kejadian ini tidak hanya sekali dua kali dia lakukan sama aku.

Dia memang terlihat tidak menyukaiku, entah apa salahku? Mungkin dia Cuma mau buat aku malu di depan teman-teman kelasku. Aku dan dia memang pernah dekat. Tapi hanya sebentar, ya, mungkin dia masih punya rasa benci terhadapku. Tapi entah apa alasannya.? Dasar GJ “Gak Jelas

###

Suasana kelas makin rame dengan anak-anak yang masih ngebully aku. Aku yang masih polos merasa terpojok sungguh dengan keadaan seperti ini, hampir aja aku menangis. Tapi untungnya, aku masih kuat. Walau sebenarnya aku mengumpat benci dan dendam di dalam hati kepada si tubuh berisi.

“terus e, bully sampai dia nangis!” selorohnya dengan nada yang sungguh  membuat telingaku panas, ingin rasanya aku bilang “Asit,,, Anjing jelek” tapi berat rasanya aku melontarkan kata-kata yang jarang bahkan hampir tidak pernah aku katakan sama orang lain.

“berarti di Kangean itu kudet banget ya?” timpal si cantik kepadaku diiringi tawa lepas teman-teman sekelas dan itu semakin membuat aku ingin teriak. Tapi kupaksa untuk tetap menjawab dan berusaha tegar di depan mereka yang tak puas-puasnya terus mengucilkan aku seakan-akan aku tidak merasa terkucilkan.

“ya Allah semoga aku kuat” desahku dalam hati “awas kau jelek, tunggu pembalasanku.” Aku diam mebiarkan mereka terus melontarkan pertanyaan yang “uuuhhhhh” membuat aku.

“sudah,,,, puas nanyaknya?” tanyaku dengan suara parau hampir nangis “ok, aku jawab”

“ha,,,ha,,,ha,, gak usah nangis mil,” ejek si hitam manis

ya allah sugguh aku mangkel” curhatku pada tuhan lewat hati, berharap tuhan mendengar dan menolongku.

“ih,,, siapa juga yang mau nangis jek Cuma kayak gitu” ucapku dengan logat madura ke Indonesiaan. Ku lirik dengan sinis dia si tubuh berisi. Dia menatapku dengan senyuman puas. Mungkin sudah merasa puas bisa membuat aku hampir nangis di depan anak-anak. Awalnya, aku berusaha membela keadaan yang ada di Kangean. Tapi, akhirnya aku mengalah.

“ok, kalian tau,,,? Di sana gak ada apa-apa, jangankan mall, pasar aja gak punya” jawabku dengan ketus.

“ha,,ha,,,ha,,,” tawa anak-anak. “terus,, terus,,,?”

“malah gak ada air, aku gak pernah mandi kalau di Kangean makanya aku item gini,” jawabku seakan-akan nyata, padahal ya, gak segitunya juga.

“di sana gak ada Hp, Komputer, Listrik bahkan tanahpun gak ada,” tambahku dengan bangga walau itu sungguh rekayasa.

“terus gimana kalau malam hari,,,?” tanyanya kepo.

“Ya kayak orang buta itu wes, meraba-raba tembok”

“emang di Kangean ada tembok?” si jelek nanya dengan gobloknya.

“o ya deg gak ada tembok lupa aku” jawabku dengan nada meyakinkan. “dasar goblok,,,,,, kalau gak ada tembok aku tinggal dimana?” umpatku dalam hati.

###

Aku berdiri mencoba untuk menghindar dari keadaan kelas yang terkutuk itu.

“sudah introgasinya,,,? Aku mau ke kamar mandi,” sambil ku lirik si tubuh berisi dengan tatapan penuh dendam dan musuh. “awas kau jelek,,,” kataku. Sejak hari itu, sungguh dendam mulai memuncak.

“bilang aja kalau mau nangis ke kamar mandi, ha,,,ha,,,ha,,”  seloroh si anjing jelek. Ku balas dengan senyuman yang kupaksa kelihatan ikhlas.

“can been ra la!” jawabku.

“e,,, Mila ngosok e,,,,,,,”

###

Awan hitam sudah bergelayut dan gerimis sore mulai membasahi rumput-rumput di taman pondok dalbar. Aku hanya bisa terdiam bersama sejuknya udara yang turun dibawa oleh semilir angin yang menggetarkan dedaunan dan rerumputan.

“mil,,,, gak mau makan kamu,,,,? Ayo ngambil nasi!” teriak teman-temanku sambil menghampiri aku yang lagi duduk di depan pintu, arah mataku hanya mengikuti langkah para santri lain yang melakukan aktivitasnya masing-masing yang lagi nyetrika, ngambil nasi, mau mandi, yang lagi lari-larian seperti anak kecil. Bayagan buruk yang tadi pagi terjadi padaku membuat aku males untuk beraktivitas, bayangan itu yerus menggangguku, ku tatap terus kamar si tubuh berisi yang ada pas di depan kamarku, aku mengumpat kesal “dasar,,,,, jelek”.

“ia,,, sana wes kalian makan, aku gak laper” ucapku dengan lirih.

“arapa ben mil,,?”

“arapa,,? Njek, tang gigi komat pole sakek” jawabku bohong sembari memegang pipi kananku yang memang pernah bengkak karena ulah kenakalan ulat-ulat nakal.

“beh, duli tedung dessak mil” katanya penuh perhatian. “siiiieeeeh

“ya, nanti dah, sana wes makan” suruhku, tidak bermaksud ngusir

“ya,, aku makan duluan ya, cepet sembuh ya, da,,da” kata si gendut teman deketku, Vivi.

Aku belum cerita kepadanya tentang  apa yang sudah terjadi padaku tadi pagi karena tadi pagi Vivi gak masuk sekolah karena sakit,aku belum cerita  tentang dia yang menjadikan aku korban keduanya setelah dia juga pernah menjadikan Vivi korbannya. Entah bagaimana jika dengan Vivi yang jelas dia juga pernah membuat Vivi benci.

Tiba-tiba,

Vivi turun tangga menuju mushalla bawah “ayo makan mil!, tak ambilin nasi kamu” teriaknya sama aku yang masih setia duduk di ambang pintu.

“huuu,,,, Vi, aku kenyang koh”

“gak tau pokoknya harus makan, tak ngargai ngkok ben ji mil” sahutnya dengan ekspresi agak  marah padaku.

“huhhhh,,,,,,,”

“Majuk mil,,,” dia memaksaku dan terpaksa aku beranjak dari dudukku

“ayo,,”jawabku dengan malas. dia tersenyum.

###

Jam 08.30, pulang diniyah, seperti biasa aku akan belajar bersama teman-teman persiapan untuk UN (Ujian Nasional) nanti. Tapi tidak kusangka, tiba-tiba,,,,,,

“hay aku datang,,,,,,” sapaku dengan gembira.

Suasana hening tak ada respon untuk sapaanku. Mereka cuek, biasanya mereka akan menyambut kedatanganku dengan gurauan.

Kubuka buku detik-detik dan mulai mengerjakan soal-soal yang aku tahu.

Tapi,,,,,,,,,,,,,,,,,,, “eh,,, no 5 ni gimana, pake rumus apa,,,?” tanyaku pada semuanya. Namun tetap tak ada respon sediktpun dari mereka.

“Vi, yang no 5 gimana?” tanyaku sama Vivi.

“gak tau” jawabnya dengan ketus. Kemudian si tubuh berisi muncul dengan mengapit buku detik-detik UN, mungkin mau bergabung dengan kami. Tapi kedatangan dia membuat aku iri, anak-anak lebih merespon si berisi dari pada aku.

“sini sof,” teriak Vivi padanya.

Lo, kok tumben Vivi seramah itu sama si tubuh berisi? Kenapa dia malah cuek sama aku?” tanyaku dalam hati.

Tiba-tiba si tubuh berisi langsung duduk dan bergabung dengan kami, aku cuek tak bersuara juga tak tahu mau ngomong apa?.

Si tubuh berisi menatapku dan, “beh mak bede riah neng ennak” sambil menunjuk aku.

“emang kenapa? Buknnya aku memang terus disini” tukasku. Tapi anak-anak malah diam tak merespon, “aduh anak-anak nih kenapa sih?” biskku dalam hati.

Lama-lama aku merasa bosan, semuanya diam tak bersuara semuanya cuek sama aku. “aku ke kamar dulu yah anak-anak” aku mencoba mencairkan suasana. Tapi mereka tambah diam seribu bahasa, aku langsung berdiri dan membawa bukuku. “anak-anak nih, kenapa sih ma aku? Aku salah apa sih ma mereka?” gerutuku mau menangis.

Di kamar aku hanya bisa merenung menahan air mata yang hamper jatuh.

###

10.10 pm. Di Mushalla Bawah. Aku tidur di antara santri lain yang sudah membeber kasur lantai mereka, sebisa mungkin untuk ku pejamkan mata ini. Namun hasilnya aku tetap tidak bisa tidur.

Tepat jam 11.00, suasana semkin sepi. “ibu aku takut.” Biasanya, aku berbagi cerita sebelum tidur bersama Vivi dan kawan-kawanku yang lain.

11.30. akhirnya, aku bisa tidur.

12.02. Aku gak tahu bagaimana mereka merencanakan semuanya. Tiba-tiba,,,,,,,,,,,,,,, “dar,,,,,” mereka mengejutkanku. “mil,,,, ayo bangun,,,,,,” paksa Vivi sambil menarik tanganku.

“apa sih Vi?”

“ayo ikut,,,,,” Vivi memaksaku.

Awalnya, aku tidak mau. Tapi Vivi terus memaksaku. Aku ingat sikapnya tadi kepadaku, “kenapa Vivi, bukannya dia cuek tadi?

“mau ngapain si Vi? Malam dah, ngantuk aku”

Vivi tetap memaksaku, “ayo mil! Aku ju pipis, ayo ikut aku ke kamar mandi”. Mau tidak mau aku terpaksa bangun.

“Vi, aku nunggu sini ya,” sambil menyenderkan tubuhbku ke tembok kamar mandi no 1.

Tiba-tiba,,,,,,,,, lampu mati. “akkkhhhhhhh” aku teriak sekencang-kencangnya sambil memanggil Vivi “Vi ayo cepetan,,,! aku takut”. Tapi Vivi tak menyahut.

“Vi, dimana kamu, aku takut Vi,” aku menangis sambil meraba tembok mencari jalan pergi ke Mushalla. Tak jauh aku melangkah.

Tiba-tiba,,,,,,,,,,,,,,

“Happy birthday Mila,,,,,,, happy birthday,,,, happy birthday,,,,, happy birthday Mila,,,,,,,”

Teman-temanku yang biasanya makan bareng di pojok Mushalla muncul bersama Vivi dan si tubuh berisi muncul membawa snake yang sudah di susun menjadi cake.

“Mil,, selamat ulang tahun ya,,,, maaf waktu itu aku gak bermaksud membuat kamu malu dan hampir nangis, aku tahu ulang tahunmu tanggal 25 juni. Tapi, sebelum tanggal itu kita sudah pulang, jadi kita semua pingin ngerayain ulang tahunmu sekarang. Sekali lagi maaf ya,,,,” “ya Allah,,,” aku menangis terharu dan kupeluk dia dan teman-teman lainnya.

“selamat ulang tahun ya mil,,,,,,, maaf yang tadi itu, kita sudah buat kamu nangis” kata Vivi. “selamat ulang tahun ya,,,,,, mila” teriak yang lainnya.

“makaih ya,,,,, teman-teman,,,, kalian sudah ingat hari lahirku, aku kira kalian akan jauh dari aku, soalnya semalam kalian cuek banget,,,”

“ha,,,ha,,,,ha,,, maaf ya kita emang sengaja,” aku si hitam manis.

“dan maaf ya sof, aku sudah manggil kamu yang enggak-enggak, aku bilang kamu yang jelek-jelek, aku bilang kamu si jelek dan lain-lain, maaf ya,,,,”

“ya gak papa, lagian kan sekarang kita udah bareng-bareng lagi,” sahut Sofi

ya Allah aku sudah menganggap dia jelek dan sebagainya, aku bilang dia Anjing, brengsek huhhh pokok yang jelek-jelek dah, ternyata dialah orang yang merencanakan hari ini dan dialah orang pertama yang ingat akan hari spesialku,” sesalku dalam hati.

###

Di Mushalla Bawah kita tertawa bersama walau angin malam membuat panas mataku. Tapi tak membuat aku ngantuk. Kue-kue terbang ke mulut kita, kita saling suap, suasana tak lagi sepi.

“hussstttt,,, jangan rame, banyak yang tidur,” tegur kakak kelasku yang terganggu karena kita.

“ha,.,ha,,,ha,,,,ha,,,” kita tertawa lagi. “ayo tidur e,,,,,,,”

21 februari 2017

Related Post