Nurfata: Catatan Harlah NU ke-93 dan Spirit Kebangsaan Santri
Penulis: Ali Maulana Akbar*
Catatan Yogyakarta, 01 Februari 2019: ini menjadi momen yang sangat menggembirakan bagi para santri dan kaum Nahdliyyin, pasalnya tepat 93 tahun silam yaitu 31 Januari 1926 Organisasi ala Ahlussunah wal Jamaah terbesar di Indonesia didirikan. Tak lepas dari itu semua, sosok Hadrotusyekh KH. Hasyim Asyari menjadi nahkoda pertama pada organisasi Nahdlatul Ulama ini. Menjadi Rois Aam PBNU (Pengurus Besar Nahdlatul Ulama) sangatlah berat karena menjadi salah satu titik tolak ukur sebagai rujukan para penderek Nahdlatul Ulama.
Untuk meneguhkan rasa kecintaan terhadap ulama serta ketakdiman kami sebagai santri, Nuris Family in Yogyakarta atau dikenal dengan Nurfata ini menyempatkan momen baik tersebut dengan melaksanakan ziarah ke makam Almagfurlah KH. Ali Maksum Krapyak Yogyakarta. Kyai Ali sapaan akrabnya, merupakan ulama yang sangat berjasa di Nahdlatul Ulama. Beliau menjadi Rois Aam PBNU periode keempat (1981 – 1984) yakni menggantikan Almagfurlah KH. Bisri Samsuri Jombang.
(baca juga: Jogja Kota Istimewa, Nurfata Wadahnya, Alumni Nuris Makin Eksis di Tengah Kota Pelajar)
Selain pernah menjadi Rois Aam, beliau juga merupakan perintis pesantren Al Qur’an di Indonesia. Makam KH. Ali Maksum terletak di kompleks pemakaman Dongkelan, 2 kilometer dari Ponpes Al Munawwir. Selain makam Kiyai Ali, di sana terdapat makam Almagfurlah KH. Munawwir pendiri Pondok Pesantren Krapyak atau Mertua dari Kiyai Ali sendiri, serta makam para dzurriyah KH Munawwir.
Dengan berziarah kepada Kiyai Ali, semakin bertambah kecintaan kami terhadap ulama-ulama NU, bisa mengikuti suri tauladan baik yang dicontohkan semasa hidupnya, terutama pengabdiannya terhadap masyarakat, NU, serta bangsa Indonesia. Semoga menjadikan spirit kepada besar keluarga Nurfata dan umumnya para santri muda penerus bangs. Barokallah.. Amin…
*penulis adalah alumni MA Unggulan Nuris lulusan tahun 2016, kini sedang melanjutkan studi sarjana di UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta