penulis: Tasya D. Amalia
Air bertebaran di udara, kaki berhenti berlari pada alas. Satu tersenyum terpaku menatap satu. KPK degup jantung beraksi, sigma berulang kali. Bibir merah kelu. Satu tak ingin bernegasi bersama musuh hingga harus jauh dari satu.
Di antara hati disjungsi nafsu. Satu ingin berfungsi untuk satu. Hanya untuk satu, takkan pernah berelasi. Satu tambah satu, mencari sisi miring penyatu. Ketika senja berlabuh satu beranjak pada asal. Satu celingukan mencari untuk bertemu satu. Melewati persamaan kuadrat hidup mencari koefisien satu
(baca juga: Ilusi Burung Besi dan Nasib Tuti di Arab Saudi)
Pergulatan dengan eliminasi musuh tak henti dilakukan. Tak lupa subtitusi pantang mundur pada f(x) hati yang rapuh. Walau harus pada koordinat kartesius tetap bermaksud menemukan absis. Berjuang hingga dapat terdefinisi. Satu kembali tersenyum berdiri tegak menghadap satu
Berkata mantap, “Satu tambah satu, maukah kau bersamaku?”
Jum’at, 08/12/17; 08.15
PAS “ Senibudaya”_ 15 menit sebelum istirahat.
penulis adalah hafizah 15 Juz duduk di kelas XII IPA 1 SMA Nuris Jember, peraih juara cerpen mitologi nasional, juara ceris Nasional Kemenag RI dll.