Syair Tafakur
Karya: Ahmad Maulana Ainul Yaqin*
Dalam langkah namaMu tersebut. Mengharap luntur dosa yang cemarut. Rintangan dunia seolah kabut. Tapi mengapa fi’il ku tak patut
Dunia memanglah rezeki. Ditujukan agar jadi yang sejati. Demi mendapat derajat tinggi. Mengapa salatku tak lagi peduli
Dibuat agama bukan untuk diukur. Akal akan luntur beserta kufur. Sudahlah kejam peringatan kubur. Tapi masih saja hidupku hancur
(baca juga: Lukisan Mimpi)
Beribu tera nikmat tiada tara. Tanpa lelah Tuhan beri hamba. Tapi dunia tetaplah dunia. Para manusia bangga tergoda
Siapalah aku hanyalah degil. Nafsu jahat selalu diambil. Tak lagi takut Tuhan yang adil. Jadilah aku neraka jahil
Apalah daya hamba mencari citra. Berdalih nafsu jadi kaya raya. Menyiksa rakyat dengan dusta. Hanya untuk capai kemuliaan hina
Dunia adalah permainan. Tapi aku tiada mau dipermainkan. Maka ibadah ditegakkan. Dengan jenius memilih teman
(baca juga: Memeluk Hujan)
Di mana akan datangnya rahmat. Di sanalah turunnya inayat. Tuk kebahagiaan dunia akhirat. Tapi masih banyak yang ingkar nikmat
Meski preman jadi karibku. Tapi ingat tetap Tuhan tujuanku. Meski syaitan jadi sahabatku. Tapi ingat tetap Tuhan kembaliku
Dengan Alkitab Tuhan mengatur. Agar kita elok dalam bertutur. Agama datang bukan tuk menghambur. Justru menuntun hamba yang kufur
Jember, 29 Agustus 2018
Syair ini menjadi finalis dalam Festival Literasi Siswa Mizan tahun 2018.
*penulis adalah alumni MA Unggulan Nuris lulusan tahun 2019