Ibuku, Wonder Women
Penulis: Achmad Faizal*
Jikalau Gus Mus menyebut ibu adalah segalanya. D. Zawawi Imron menyatakan ibu lebih dari pahlawan. Tak heran, kekasihMu, Muhammad, menyebut ibu tiga kali. Menegaskan perintah untukmu: anak-anak Adam. Patuhlah kau kepada ibu, sosok lembut yang kuat
Telah diturunkan kepada Lukmanul Hakim. Bagaimana kesehajaan akhlakul karimah ditunjukkan abadi di kalam Tuhan. Berbakti kepada orangtua, khususnya ibu. Dan sebuah penghormatan tinggi tentang surga yang bersemayam di telapak kakinya
Tak perlu kau cari surga jauh-jauh, dia bersemayam di rumahmu. Seperti lautan teduh mencuci lumut diri, kata Zawawi. Manis sekali puisimu menggambarkan sosok ibu sebagai goa pertapaan itu. Aku iri padamu duhai penyair pujaanku. Aku seolah kehabisan kata melukiskan ibu. Kau terlalu perkasa dalam sejarah hidupku
(baca juga: Bianglala untuk Ibu)
di sepanjang perjalanan waktu, ibu menggema lewat nada satir Iwan Fals. dan aku terenyuh pada senandung Bunda dari Melly Goeslaw. hatiku terketuk-ketuk, apa yang dapat kusajikan atas perjuanganmu, Ibu. sudah aku coba menulis tentangmu, kuracik tangga nada. namun tak mampu kulanjutkan menjadi apa-apa.
(baca juga: Celengan Rindu untuk Ibu)
kudengar lagi, Pasha Ungu mendentingkan Doa untuk Ibu yang syahdu. dan aku semakin menangis mengenangmu, ibu, suara Farhan dan Haddad Alwi menyentuh palung jiwaku. seperti mengisi ruang-ruang kosong dalam dahagaku yang rindu kasihmu. kau tak pernah tuntas untuk dikenang, dikisahkan, dinyanyikan…beruntung aku pernah dikenalkan irama kalbu dari Mochtar di masa kecilku, Kasih Ibu. yang meresap dalam ruhku, yang mengalirkan nafas kehidupan. hingga kini, masih tetap tak mampu kusebut spesifik bagaimana sosokmu. ah, ibu kau benar-benar wonder women…
*penyuka sastra, guru bahasa dan sastra Indonesia di MA Unggulan Nuris