Pramoedya Ananta Toer: Beresolusi Mencapai Prestasi

Penulis: Muhammad Qorib Hamdani*

Pram, itulah sapaan akrab dari Pramoedya Ananta Toer yang berkelahiran 6 Februari 1925. Novelis ini merupakan putra sulung pak Mastoer. Menurut A. Teteuw, Pram adalah salah satu penulis terpenting pada zamannya (1946-1956), baik dari segi luasnya lapangan yang diliputi oleh beberapa karya kreatifnya maupun dari segi nilai karya itu sendiri.

(Baca juga: Habiburrahman el shirazy tokoh islam menjadi inspirasi pemuda Indonesia)

Dalam ranah pendidikan, Pram di sekolahnya tak begitu cemerlang, tiga kali ia tidak naik kelas di Sekolah Dasar, bahkan ayahnya menganggap dirinya sebagai anak bodoh. Hingga akhirnya setelah lulus Sekolah Dasar, Pram kecil langsung dididik oleh ayahnya sendiri dengan latihan yang begitu keras.

Tidak sampai disitu saja, Pram melanjutkan pendidikannya di sekolah teknik radio atau telegram (Radio Vakschool) di Surabaya atas biaya dari ibunya. Dengan biaya yang sangat miris, Pram hampir gagal di ujian prakteknya.

(Baca juga: Mbah Moen: KH Maimun Zubair Ulama Tersohor Dari Sarang)

Ketika itu, tanpa mempunyai peralatan, ia tetap mengikuti ujian dengan berpura-pura sibuk di samping murid yang terpandai, walau begitu secara umum nilai Pram cukup baik. Pada masa pendudukan Jepang di Rembang, Pram akhirnya pindah ke Jakarta.

Pram termasuk pengarang yang memiliki bakat alam. Semua history hidupnya, ia eksplor melalui tulisan secara real dengan menggunakan bahasa yang sederhana, bersahaja, tetapi sangat plastis. Mengenai karya yang dikarangnya, Pram menghasilkan lebih dari 50 karya dan diterjemahkan dalam 41 bahasa asing.

Penulis merupakan siswa kelas XI PK MA Unggulan Nuris yang aktif di ekstrakurikuler jurnalistik

Related Post