Ritual Ganti Kalender
Penulis: Achmad Faizal*
Di mana waktu bergulir, dan angka-angka kalender merapuh. Perlahan lepas, gugur bersama kenangan yang bergelayut pada reranting penanggalan. Bergetar dihentak suara terompet dan dentum kembang api
Di tanah ini ada banyak sejarah terserak dan berdebu. Kan kuterima angka berguguran itu sebagai museum rasa. Yang setiap tanggalnya menyusun cerita-cerita. Kadang habis diterbangkan angin kalut sebelum bilangan itu utuh menjadi aksara
(baca juga: Ibuku, Wonder Woman)
Oh, angka-angka yang menimbun gedebuk raga sebentuk hari. Menjelma pagi, siang, senja, dan malam itu. Berkelindan merupa bulan-bulan dan menggenap tahunan. Di mana kau pendam rahasia-rahasia lontar hikayat kita. Atau kiranya kukais sisa dera-dera yang remang dapat diterka
Adakah suatu wacana selain sekadar ritual ganti kalender. Apa, apa, yang kita cukupi di masa yang semakin menuju sepi di antara bingar teknologi. Aku memilih menepi dan mencoba pergi, sejauh lorong waktu memberiku ruang beku ini. Bergeliat, menuju inayat dari jinayah pada sela napas-napas yang meresidu
Jember-Tiris, 05 Januari 2020
*Penulis adalah staf pengajar Bahasa dan Sastra Indonesia di MA Unggulan Nuris