Penulis: M. Izzul Aroby*
Pernahkah kamu mendengar teman bercerita tentang sesuatu hal namun engkau sebagai pendengar merasa tidak faham tentang apa yang diceritakan? Atau dirimu pernah merasa jengkel ketika temenmu tidak faham apa yang kamu katakana?
Berbicara merupakan salah satu sarana untuk menyampaikan informasi. Penyampaian informasi yang tidak terstruktur menyebabkan salah tangkap bagi pendengar yang berujung pada tidak sesuainya intruksi yang telah diberikan.
Oh Su Hyang, seorang praktisi komunikasi dari Korea Selatan dalam bukunya Berbicara Itu Ada Seninya memberikan empat cara untuk melatih logika berbicara sehingga informasi yang disampaikan menjadi jelas dan sesuai apa yang diingankan oleh kedua komunikator. Berikut ini adalah tips-tipsnya:
(baca juga: Mengajak Remaja Mencintai Alquran Lewat Buku)
Pertama, berikan asalan yang tepat untuk argumenmu
Ada dua calon mahasiswi ingin melanjutkan studi perguruan tinggi keluar kota, keduanya meminta izin kedua orang tua. Mahasiswa yang pertama meminta izin bahwa dia ingin kuliah di luar kota, sembari mengulang-ulang permintaannya pada setiap pertemuan keluarga. Kemungkinan besar orang tua mahasiswi ini berat melepas putri terkasihnya.
Mahasiswa kedua mengemukakan keinginannya kepada orang tua di kala anggota keluarga berkumpul malam. Dia berkata bahwa dengan berkuliah di luar daerah maka akan banyak pengalaman, teman dan relasi yang didapat. Dia mengemukakan bahwa tujuan utamanya kuliah adalah mencari ilmu untuk membangun desanya di masa akan datang. Orang tua mahasiswa pasti akan berpikir ulang untuk tidak menyetujui keinginan putrinya
Perbedaan antara mahasiswa satu dan dua adalah mengemukakan pendapat di waktu yang tepat dengan disertai argumen yang tepat. Maka pemilihan argumen ketika berkomunikasi menjadi sesutau hal yang wajib untuk disiapkan sebelum berbicara.
Kedua, hindari Lompatan logika
Aku sore tadi bermain bola di lapangan indoor, sedangkan di luar terjadi hujan lebat disertai angin kencang, pada pertandingan itu aku mencetak 3 gol. Pemilihan diksi seperti kalimat di atas adalah kurang tepat. Hubungan bermain futsal di lapangan indoor dengan hujan lebat di luar adalah kurang relevan.
Lawan bicara ketika mendengar kalimat yang demikian menjadikan mereka bingung dan informasi yang didapat menjadi bias.
(baca juga: Bedah Buku Trilogi Mahaguru Bulan Di Atas Ka’bah)
Ketiga, konsisten dalam berargumen
Pesantren memiliki tradisi diskusi yang masyhur dengan sebutan Bahstul Masail. Peserta bahstul masail kokoh mempertahankan argumen yang diusung walau diserang oleh lawannya berkali-kali. Peserta bahstul masail yang plin-plan akan ditinggalkan pendapatnya dan bisa jadi menjadi bahan tertawaan peserta lain. Maka konsisten dalam berargumen sangat penting sekali.
Keempat, Gunakan kata sederhana
Barangkali seseorang ingin menunjukkan kualitas intektualnya sering menyelipkan istilah bahasa Inggris atau istilah ilmiah dalam setiap pembicaraannya. Hal ini tidak masalah apabila lawan bicara adalah orang yang mempunyai hubungan dengan bidang tersebut, semisal akademisi. Hal tersebut akan bermasalah jika pendengar merupakan orang awam. Dipastikan informasi tidak tersampaikan secara maksimal. Sederhanya komunikator yang baik harus mengetahui kapasitas lawan bicara.
*penulis adalah alumni MA Unggulan Nuris lulusan tahun 2017 yang kini sedang melanjutkan studi di Polije