Judul buku : Kau, Aku, dan Sepucuk Angpau MerahPenulis : Darwis Tere Liye
Penerbit : PT Gramedia Pustaka Umum Jakarta
Tahun terbit : Januari 2012
Tebal buku : 512 halaman
Peresensi : Nailu Qotrin Nikma*
Sinopsis
Novel ini bercerita tentang kisah seorang anak laki – laki berumur 6 tahun yang penasaran tentang seberapa panjang sungai Kapuas itu. Anak itu memang cerdas dan kritis. Cerita ini berlatar di pinggiran Sungai Kapuas, Pontianak, Kalimantan Barat.
Anak itu, bernama Borno, hingga umurnya yang kedua belas tahun, ayahnya kecelakaan saat sedang mengemudikan sepit (perahu yang ditempeli motor sehingga dapat melaju kencang), kabarnya bahwa ayahnya tersengat ubur – ubur dan harus segera dilarikan ke rumah sakit. Sahabat orangtuanya itu ikut ke rumah sakit, di sana Borno terus menangis, hingga akhirnya Ayah Borno menginginkan jantungnya didonorkan kepada orang lain. Borno kecil tidak mengerti dengan itu semua.
(Baca juga: Buku tentang cara berbisnis ala Rasulullah)
Setelah beranjak dewasa, Borno bekerja serabutan ia tidak pernah pilah-pilah dalam bekerja, apapaun itu ia lakoni mulai dari bekerja di pabrik karet, bekerja sebagai tukang karcis di kapal Feri, hingga akhirnya memutuskan untuk bekerja sebagai pengemudi sepit, seperti ayahnya dulu dan kawan-kawan ayahnya. Setelah melalui berbagai proses, akhirnya Borno resmi menjadi pengemudi sepit, dan pada hari pertama dia membawa penumpang dengan sepit, dia melihat seorang gadis keturunan cina, anggun, wajahnya sendu menawan, dan dia begitu tertarik dengan wanita itu.
Hingga saat menepi ke dermaga kayu, dia melihat sebuah amplop angpau merah, dia mengira amplop itu milik gadis cantik itu. Hingga dia meminta pendapat Andi, sahabatnya tentang hal ini. Akhirnya setelah beberapa hari dia bertemu kembali dengan gadis itu, dan ternyata gadis itu sedang membagi – bagikan angpau yang sama kepda orang-orang, karena sebentar lagi imlek dan Cap Go Meh. Maka, Borno menyimpan kembali angpau itu.
(Baca juga: Buku Tentang Cara Jago Bermain Rubik)
Semakin hari Borno tertarik dengan gadis itu, namun tidak berani untuk berkata sesuatu padanya. Hingga Borno tahu bahwa gadis itu selalu pergi jam 7.15 untuk magang di sebuah sekolah SD. Maka, dengan perhitungan yang tepat, Borno selalu sengaja diam di antrian sepit nomor 13, agar gadis itu tepat menaiki sepitnya. Dan ternyata, taktik Borno itu tepat, hingga akhirnya dia tahu siapa nama gadis itu, yaitu Mei.
Kelebihan
Cover novel ini sangatlah menarik, cerita di dalamnya juga sangat menarik, dengan alur yang tak biasa dapat mengajak pembaca mengarungi kisah lain di aliran sungai Kapuas. Bahasa yang digunakan juga ringan dan mudah dipahami.
Kekurangan
Kekuarangan dari novel ini dibagian endingnya walaupun berakhir bahagia tetapi masih belum jelas apakah Papa Mei sudah merestui hubungan Mei dengan Borno. Namun secara keseluruhan novel ini sangatlah menarik.
Penulis merupakan siswa kelas XI IPA SMA Nuris Jember yang aktif di ekstrakurikuler jurnalistik