Benang Takdir

Penulis: M Irfan Maulana*

Aku pernah melaju di ruang yang kosong
Hampa juga fana. Mungkin Tuhan baik hati
Tanpa adanya mata dan telinga
Aku terseret entah kemana

(Baca juga: obituari)

Mataku sayu, telingaku dungu
Hatiku sendu. Tuhan, baik hati
Setapak langkah, setitik arah
Dan akhirnya menengadah
Pada Sang Tuhan Maha Marah

Aku ikuti garis langkahku
Tanpa tahu kemana aku menuju
Sungguh Tuhan baik hati
Memberi warna pada ruangku yang hampa
Dengan sedikit tawa dan
sisanya hanya luka

(Baca juga: salah)

Aku mengenang ruang itu
ruang kosong, hampa dan fana
sungguh Tuhan Maha Baik Hati
mentakdirku agar membuka mata
walau hanya sebenang takdir

Aku pernah melaju di ruang yang kosong
Hampa juga fana. Mungkin Tuhan baik hati
Tanpa adanya mata dan telinga
Aku terseret entah kemana

Mataku sayu, telingaku dungu
Hatiku sendu. Tuhan, baik hati
Setapak langkah, setitik arah
Dan akhirnya menengadah
Pada Sang Tuhan Maha Marah

Aku ikuti garis langkahku
Tanpa tahu kemana aku menuju
Sungguh Tuhan baik hati
Memberi warna pada ruangku yang hampa
Dengan sedikit tawa dan
sisanya hanya luka

Aku mengenang ruang itu
ruang kosong, hampa dan fana
sungguh Tuhan Maha Baik Hati
mentakdirku agar membuka mata
walau hanya sebenang takdir

Sumber gambar: guikuzo.com

*Penulis merupakan siswa kelas XII PK 1 MA Unggulan Nuris yang aktif di ekstrakurikuler jurnalistik

Related Post