Penulis: Lubna Rahman*
Bumi bersenandung sendu
Terlarang dalam sembilu
Menatap keadilan di ambang kepunahan
Tikus-tikus kota merantai kuasa
Harta rakyat menjadi camilan
Menapak jejak tanpa peduli ringisan dan asa
Merajakan uang dan harta
(baca juga: Memeluk Hujan)
Sang pembela kebenaran tak sekedar bergeming
Tak sekedar membual
Ocehan semilir angin diabaikan
Menebasnya dengan bukti kesungguhan
Akhlakul karimah digenggam
Ilmu bukan sekedar temaram
Keadilan tidak akan mengelam
Wangi semerbak menyeruak darinya
Kebohongan tak mampu berkutik
Kamakmuran menetap pada ibu pertiwi
*penulis adalah seorang perempuan dari tiga bersaudara yang lahir pada tanggal 14 Juni 2003 di Probolinggo, ia bertempat tinggal dikota Probolinggo, dan merupakan alumni MA Unggulan Nuris Jember tahun 2021