Deklarasi Senja

Penulis: Alaina Nafila*

Senja telah mengisahkan jutaan misteri. Menyaksikan tawa duka insan yang tak mungkin biasa tuk dipungkiri. Cahaya perlahan lenyap dari singgasananya, menjemput sekenario Tuhan esok pagi. Seseorang yang lagi asing di kalangan santri karena sifatnya dan sosial tinggi yang ia miliki mampu memagnet  temannya untuk berkomukasi. ”Allahuakbar Allahuakbar………..”.

Azan magrib berkumandang para santri putri PP. Qur’ani bergegas pergi ke musala putri. Lain halnya dengan Nadia Naura Kusuma panggil saja Naura, ia masi sibuk dengan kebiasaan santri ya, antre. Suara keramaian santri saat mengantre memenuhi setiap sudut kamar mandi, hingga iqomah yang membisukan mereka. ”Naura….ke musalanya tunggu aku….” Teriak sahabatku dari salah satu sudut kamar mandi saat aku berlalu, kuhanya tersenyum geli mendengarnya.

Isya melangkahkan diri, para santri perlahan memenuhi kelas diniah malamnya. Aku berjalan seorang diri hanya ditemani sandal yang kutunggangi, dan alat tulis untuk mengukir ilmu. Malam pekat itu melihat setiap pijakan kakiku, tiba-tiba sentuhan tangan tangan menyambarku. Aku berteriak histeris, tangan itu tetap mempererat pegangannya. Tanpa kusadari keringat mulai membasahi pelipisku, ku pejamkan mata. “Naura ……” suara itu menyadarkanku. Kuhembuskan nafas kesalku… “ maudy…….” Kuberteriak dan si cewek ngeselin itu berlalu mendahuluiku. Malam itu mewariskan kebahagian untukku yang aku tak terpikir apa yang akan terjadi esok .

**

Aku tiba di ruangan pengukir ilmu, ruangan penuh malaikat itu menemani tuannya merangkai khayalan masa depan. Tak lama kududukkan diri ustazah Aisyah, pengajar ku memasuki kelasku.

“Assalamuaikum wr.wb…” suara lemah lembut itu mengawali pertemuan malam ini. 
”Waalaikum salam wr.wb…”dg serempak para santri menjawab salam.      “Langsung pelajaran ya..”uutazah free.. “ kata salah seorang di antara kami dan akhirnya kata permintaan itu  saling bersahutan.
”Oh, jadi sisitemnya kalian saat ini sistem kecapekan gitu, perlu di-service ulang nih hati.. “ logat bahasa ustazah memecah tawa di antara kami.
“ha ha ha…” serempak tawa ini meluncur memenuhi tiap sudut kelas.
“Lo… tawa cewek emang gitu .. tah..”ustadzah mengangkat sebelah alisnya. Suara gemuruh perlahan hening.
“Nak “.. 1 kata simpel itu mengubah suasana kelas 180 derajat. Hanya terdengar teriakan hewan kecil yang mungkin lagi nonton bareng film horror.

“Proses dalam menuntut itu, ada berbagai  rasa yang terselip di diri kalaian. Mulai dari bosan, lelah, ngantuk dan berbagai rasa lainnya. Semua hal itu sudah menjadi kodrat penuntut ilmu. Sukses tidaknya kalian adalah bagaimana sikap kalian dalam mengatasi jutaan rasa itu. Jjangan kau angankan secercah harapan kesuksesan itu hinggap di akhir perjalanan hidupmu. Jika kamu tidak mau kata susah itu mampir di fenomena kehidupanmu”. Nasiahat ustzah Aisyah melemahkan egoku.

Setetes darah pengkhianat jatuh, menghampiri lengan jubahku.dengan sigap kuhapus bekas darah di hidungku dengan telapak tangan kosong. ”Ustazah … “ kataku lirih. Serempak teman temanku menoleh ke arahku. Untung saja hidungku, kututup dengan telapak tangan satunya yang bebas dari bercak darah. Mungkin teman-teman mengira aku hanya flu tak tertolong.

“iya ada apa..”
“izin ke kmar mandi”
“ silahkan..”

Aku bergegas pergi ke kamar mandi. Kubersihkan hidungku yang telah berhenti menjatukkan darah dusta. ”Tak hanya saat ini .. kau jatuh.. membuat panik diriku .“ Kataku lirih sambil mengusap hidungku yang basah terkena air.  

**

Malam menyimpulkan senyumnya membawa pergi kisah-kisah yang telah terjadi 10:00, detik dengan lihainya mengubah keramaian menjadi keheningan. Seorang santri menghampiriku. “ Ra.. dipanggil ke kantor kepesantrenan.” katanya tergesa-gesa..

“Lo.. emanganya aku kenapa?”
“Entah lah..”

Aku langsung bergegas pergi, kulihat kantor kepesantrenan seperti ruangan tak berpenghuni sunyi nan sepi.
”Masuk,” suara itu mengagetkanku.

Assalamualaikum..” perlahan kududuk di ruangan itu yg tampak membuat kuragu.

Waalaikum salam..   ia bangkit dari duduknya menyambutku dengan tatapan yang tak ramah . “Ra.. jangan Kau jadikan pesantren ini tempat melampiaskan semua  amarahmu dan menjalankan semua rencana bejatmu itu..” suara itu menusuk hati membuat bingung otakku. Entah rencana bejat  apa yang aku jalankan dalam hatiku berbicara. Tapi tak sanggup kuungkapkan. Aku hanya terdiam kaku dalam suasana yang semakin memanas itu. Kucoba beranikan diri untuk berbicara.

Tapi ustazah Sa…!!! Serangkai kalimat yang kuingin ucapkan terpotong arena gelas yang di hadapanya, iya pecahkan dengan sekejap. Tetesan air mata itu lolos dari perangkapnya.ku liat tak jauh dari sana Maudy , sahabatku, tersenyum sinis padaku.

“Ra.. bangun kamu kenapa?”
Suara itu menyadarkanku ..”Asataghfirullah.. ucapku lirih..
“Kamu kenapa ?”
“Gak apa-apa, cuma mimpi buruk aja”
“Sekarang masih jam 12:00 tidur lagi dah”
“Iya..”

Kuperlahan pejamkan mata, tetapi ada hal aneh mengganjal di pikiranku. Ya maudi .. jam 12 masih belum memejamkan mata? Pertanyaan itu ku simpan untuk pertanyaan esok.

**

Mentari mempersembahkan diri, perlahan  menerangi bumi. Aku masih termenung di bangku sekolah memikirkan hal yang terjadi semalam dan pertanyaan yang masih mengganjal dalam pikiran.

“Eh.. Maudy kamu tadi malam kok belum tidur, padahal sudah jam 12?” Tanyaku menyelidik.
Maudy memalingkan wajahnya, “Gak ada ,cuma lagi bejalar aja.. “ jawabnya.
“Oh..”

Aku berpikir keras pasti Maudy menyembunyikan sesuatu dariku. Entah apakah itu tidak ada hak aku mengetahui latar belakang Maudy sesungguhnya. Kataku dalam hati. Yang aku tahu hanya ayahnya meninggal saat ia SD. Saat ini ia hanya tinggal bersama ibunya seorang. Entah apa yang membuat ayahnya meninggal aku tak sampai hati bertanya tentang masalalunya. Lamunanku bubar saat guru matematikaku menghampiriku.

“Naura lagi lamunin apa? Kayaknya serius banget. Ayo kerjakan dulu pending nanti aja acara ngeklamunnya.”                                                                                                     

“Oh, maaf Bu“ jawabku kaku.

Jam matematika berlalu, saat pergantian mata pelajaran aku keluar ke kamar mandi dengan Maudy. Kutelusuri jalan  arah kamar mandi sekolahku tanpa kusadari di balik tembok besar, pembatas area putri dan putra ada sebuah bola nyasar dan berakhir  menghantam kepalaku. Sontak .. aku menjerit  histeris..

“Maaf ..” salah seorang dari mereka mengucapkan kata simpel itu.. “ dasar…”
“Ra kamu gak apa-apa? tanya Maudy khawatir.
“Gak apa-apa apanya … dasaar tu cowok .. nendang bola gak santaian. Gerutuku sambil mengelus kepala yang mulai agak pusing.

Usai dari kamar mandi suasana kelasku tampak tak berpenghuni. Ku dan Maudy masuk dan ternyata.

Asstaghfirullah, aku dan Maudy serempak menyebutkan kalimat itu.

Ya Allah pantesan sepi eh.. ternyata pada tepar semua .. penghuninya… lanjut Maudy.

Aku kencani tempat duduk sekolahku, kuletakkan kepla yang agak pusing karena hantaman bola sialan itu di atas bangku. “Ehh.. Ra.”
“Hmm..”
“Gimana kalau seandainya yang ngehantam bola itu nanti jatuh hati ke kamu. Kan so sweet, cinta bersemi di hantaman bola pertama”                           

“Astaghfirullah.. gak ah. Apanya cinta bersemi di hantaman bola pertama emang ada hantaman bola untuk kedua kalinya, lagi pula gak mungkinlah dia, aku jatuh  hati sama dia. Ogah” Kataku panjang lebar kali tinggi.
“Apanya gak mungkin”

Kalau dia adek kelas.. gak ah aku gak mau sama brondong” jawabku sebal karena Maudy tetap aja masih ngotot.
Kalau seandainya seangkatan kalau gak kakak kelalas.. mau kamu?” goda Maudy.
“Tetap tidak Maudy”
Tawa Maudy pecah karena aku mulai sebal. “Naura cantik, sampai kapan kamu jutek gini sama laki-lak, padalah banyak yang udah ngirim surat ke kamu.”
“Maudy.. sudah aku katakan berkali-kali aku masih menuntut ilmu. Aku gak mau masa depanku hancur karena laki-laki garis bawah laki-laki.

“Iya aku tau Ra.. tapi setidaknya kamu suka gitu dikit. timbang kamu dikira gak normal gitu sama anak-anak?”

“Hadeh.. udahlah ah.. aku sekarang lagi nyantri, aku gak mau hafalanku pudar gara-gara mikirin hal sepele ginian.”
Aku teringat laki-laki yang pernah ke rumah. Dia anak teman ayah. Katanya sih juga merangkai masa depan di tempat yang sama. Entahlah.. bukan urusan ku ja .. mikirin dia..

(baca juga: Pusaran Udara Kehidupan)

**

Hari telah melangkah jauh  memaniku menuntut ilmu di pesantren ini.2 thn berlalu.. waktu ku di pondok .. hamper habis. Karena sebentar lagi selendang klas tiga akan ku pakai. Waktu yg selalu aku tunggu dimana waktu itu, aku lepaskan segala rindu ,pilu .. ya. Waktu diman 2 malaikat penjaga ku di nunia hingga akhiat akn mengunjungiku.suara sound yang tersebar di tiap wilayah kamr menyebut namaku, saat ku masih bersenda gurau di kamar mandi saat antri .rasa bahagia tiada tara itu menghipnotis ku hingga aku lupa kalau aku belum mandi.”uppss!!!!

“ra.. “ aku mencari asal suara itu..ku temukan disana ada dua malaikat yg di utus tuhan untuk ku . aku menghamburkan kerinduran.. aku memeluk mama dan mecuri ciuman di pipi tirusnya.

Cuma mama aja .. yg di kangenin.. kalimat papa nenampakkan rasa cemburunya..

Oh.. maaf aku letjen.. kepolian .. semabiri ku cium dan peluk .. laki-laki ini.

Kebiasaan ayah terus dilakukan saat menjengukku . ya.. mencubit pipi imut ku. Ku tumpahklan rasa kebahagiaan .. di waktu ini juga. Entah tak berfikiran .. untuk menyisakan separuh kebahagian untuk esok.

“ma..

Ya..

Kenapa hidungku sering menjatuhkan darah ,dan aku sering pingsan tiba tiba  .. apalagi pingsannya ngeseelin ma..” mama dan ayah serempak mengangkat sebelah alisnya serempak ..masak pingsannya .. gak konfirmasi dulu sama aku.. lanjutku.. polos..

Ayah dan mama .. saling adu tatapan .. entah apa yang ia pikirkan  tetapi tak lama kenudian ayah dan mama tertawa.. membuatku .. bingung.

Naura satu satunay malaikat yang mama miliki .. masak ada . pingsang konfirmasi dulu.. itu naura kecapekan aja.. udah gak usah mikirinang macem-macem.. naura sehat

“Kok.. ucap mama sembari di susul anggukan dari ayah.”

**

Detik terus melangkah melewati 1/3 malam yang menyimpan ribuan rahasia . aku terbangun untuk mendayu ayat rahmat saat insan merangkai alam .assalamualaikum wr.wb….kalimat salam mengakhiri rakaat terakhirku. Kesunyian malam yang detik rangkai menemaniku di masjid pesantren. Ku raih kitab suci pedoman hati, kuhafalkan tiap tiap sajak tuhan yang di rahmati. Alhamdulillah ..engkau takdirkan aku untuk memberi mahkota terindah di hari akhir untuk 2 malaikat penjagaku.aku mulai lantunkan ayat demi ayat .. hingga saat ku mampir di ayat 26 qs. At-taubah air mataku lolos dr singgasananya. Ku teringat semua nikmat Allah yang telah beliau wariaskan untukku. Ya..Allah..aku takut aku salah melangkahkan kaki .aku takut kau tak sayang lagi pada ku .dulu hingga kini kau hadirkan semua keinginanku dan saat ini aku takut azab menghiasi lhari hariku.tangisku membasahi selembar kertas al-qur’anku hingga secercah darah dusta itu kembali jatuh. deggg, pandanganku buram .. semua terasa kabur dan dalam hitungan detik semua menjadi gelap.

**

Pagi perlahan menggoyak pekatnya malam dengan membawa rasa skenario rahasia Tuhan. Ra bangun.. bau minyak kayu putih yang menyadarkanku. Aku menyipitkan mata, melihat sekitar cahaya telah menampakkan diri.

“Ra kamu kenapa sih..??.. tatapan iba  seorang sahabat perlahan menghilangkan rasa pusingku.

“Gak apa-apa”

Apanya gak apa-apa .. kamu pingsannya gak nanggung..sih.kata Maudy yang mulai terlihat sebal kaarena aku gak jawab jujur..

Ya allah .. mana aku tau, kalau mau pingsan..

Sd.. sekarang km srapan , trus istiraat yg cukup nanti mamamu mau menjenguk mu .. saran maudy ..  mau tak mau aku arus mengiyakan.

Oklah ..

Maudy menyimpulkan senyumnya yg manis sambil berlalu. Tepat aku di baringkan , aku melihat kertas jatuh dari tas sekolah maudy. Aku rai kertas itu ..aku kaget bukan kepalang.disana tertera sebaris nama lengkapku “ nadia naura kusuma “ rasa penasaranku semakin tinggi, ku perlahan buka kertas itu  yg mulai lusu .

Doc: 12 januari 2006

Secercah cahaya dating
Menyelinap dalam ruang
Seketika rasa itu datang
Mengukir jutaan kenangan.

                                  Aka

Aku berpikir sejenak surat ini hadir setahun silam .diman saat itu aku terantam bola.fikiranku menelaa tahun lalu hingga aku terlelap dalam tdurku.

**

Tangisan dan keramaian itu membangunkan tidurku.maudy..  kenapa Vena menangis.. tamnya ku lirih…menyadarkan Maudy yang sejak tadi posisinya membelakangi posisiku.

Naura..suara lema lembut itu memanggilku.
Iya ustadza..aku memperbaiki letak duduk ku .
Nanti stela badannya kembali fit.. ktemui sya di kantor pesantrenannan.
Iya ustdazah.. jwabku tanpa perlu piker panjang . krna kepalaku masi agak pusing

Waktu bewrlalu sikap teman kamr ku tak seramah dulu.aku berjalan diantara mereka .ku rasa ada yg aneh.aku menjelajai tiap tangga pesantren untuk mempati janjiku dg ustadzah.

Assalamualaikum..
Walaikum salam..
Nak sini masuk..
“Iya ustzah” kuperbaiki dudukku di depan ustazah.
“Nak apa benar kamu mencuri uang Vena?” Kalimat itu meluncur tanpa pikir panjang.
“Astagfirullah ustazah.. saya tidak melakukan hal keji itu ustazah apakah ada bukti tentang hal ini.” Kucoba beranikan diri untuk berkata..

Tadi hanya km yg berada di kamar. Dan semua santri ;lainnya sedang sekolah.. teamn teman kamu semuanya mengira kamu yang melakuka hal ini..kalimat itu meski di lontarkan dengan nada rendah tetapi berhasil menyayat hati. Air mataku jatuh tak terhitung berapa jumlah tetesannya..

Tapi ustdza percaya dengan hal yang di katakan teman teman saya.. ucapku lirih karena tak mampu menaan tangis yang terus kluar.

Tidak..  jwab ustazah cepat. Saya tak tahu bagaimana kepribadian kamu Naura .. jadi jagan kawatir saya akan menyelesaikan semua ini.. jawab ustazah yang perlahan menenanggkan hatiku

**

Detik menjemput menut untuk menemui waktu mengiasi angin yang berembus duka. Daun gugur tak berkata. Aku bersimpuh di taman pesantren ditemani Maudy yang selalu hadir untukku.

“Maudy kataku lirih”
“Ya.. ada apa?”
“Jangan pergi”

Iya Naura. Aku sahabatmu .. aku tak sampai hati meninggalkanmu. Kau keluarga keduaku..

“Naura gak usah dipikirin lagi. Ingat kebenaran akan selalu menang meskipun seseorang lihai menyembunyikan kesaalhan

Aku tersenyumm.. Tuhan selalu sayang padaku. Memberi cobaan sesuai dengan kekuatan hambanya.

**

Aku kembali ke kamar, terdengar dari luar kamar teman teman ku sedang asik bersenda gurau entah apa yang ia bicarakan dalam ruangan itu

Assalamualikum, ku perlaan membuka pintu serempak pandangan itu meluncur untuk ku.sejeap itu juga sura senda gurau itu lenyap. Tatapan yang mereka berikan mengandung jutaan kebencian. kutertunduk lesu tanpa kusadari dara dusta itu jatu menghiasi kulith idung bawaku. Naura hidungmu berdarah teriak Nabila. deg, semua kembali lenyap dari pandanganku

**

“Naura mama di sini .. suara lembut itu menyadarkanku. Tangan pucatku meraih tangan iba seorang ibu. Mama sudah izin k pengurus sekarang Naura istirahat dulu ya.. di rumah, lupakan masalah di pondok” pinta mama pada ku.

“Tapi Ma.. Naura sehat aja kok. Nanti malam Naura mau nyelesain hafalan Qur’an Naura”
“Naura utamakan kesehatanmu ”

Kluar dari area pesantren mobil yang ku kendarai melaju cepat ke ara yang tak asing bagiku, tapi itu bukan ruma kecilku meklainkan ruma sakit kakekku, rumah sakit Kusuma Bakti.

Ayo turun..

Aku hanya menganggukkan kepala ..lantas mengikuti langka mamaku. mama membawaku ke ruangan kakek.

Assalamualikum..

Waalakum salam, kuraih tangan paruh baya itu kucurahkan semua rasa rinduku.
“Naura ..sehat..?” tanyanya.
“hmm..alhamdulillah ..tapi kek Naura sering pingsan”
“ok, cucu kakek gak kan kenapa-kenapa”

Usai kakek memeriksa stamina tubuhku.. naura disini dulu ya.. kakek sama mama masih mau keluar sebertar..lanjut mama..
“Ok Ma”

Aku duduk di ruangan yang serba putih itu tak sengaja ku lihat ada sebuah amplop tergeletak di meja itu.awalnya aku biasa aja.. tapi setelah kulihat ulang disaa tertera namaku.. ku coba raih kertas itu tetapi..

“Naura .. ayo pulang dulu.. istirat di rumah aja”
Mama mengagetkanku.. tanpa pikir panjang aku mengikuti langkah mama untuk kembali ke rumah.

**

Ayah.. di pondok Naura .. sering dapat surat. .. kumulai bercerita .. usai makan malam.

“Lo.. gawat nih” ucap ayah . lantas aku dan mama serempak mengangkat sebelah alis..

“Lo kok gawat” tanyaku penasaran

“Siapa pun laki-laki yang mencoba dekatin kamu .. itu kasus bagi ayah.”

Aku tak bias menahan tawa.. aku dan mamaa serempak melepaskan tawa .. malam itu menjadi saksi.. kebahagianku bersama keluarga mampu di ukir di atas batu dalam lautan.

Ayah.. darah di hidungku … kataku lirih..

Ayah kaget bukan kepalang tanpa pikir panjang mama dan ayah membaawa ku ke rumah sakit kakek. Ku tiba dengan darah yang tak sempat berhenti walau satu detik.dengan sigap perawat membawaku ke ruang yang serba putir dan alat yang cukup membuat ku panik. Saat itu juga .. pandangan ku pada ayah dan mama hilang.. semua hilang.

**

Silvi .. saat waktu tewrakhir ku dengn cucu kesayanganku .. ku tidak akan sia siakan meskli sedetik. Karena leukemia naura sudah sangat parah… dan tinggal menghitung hari kita akan berpisah dengannya  karena dia akn menemui neneknya di sana.. ucap kakek yang menusuk belahan hatiku. Terdengar suara isak tangisan mama yang tak hentinya membasahi pipinya.

Mama.. suara lirih ku mengagetkan mereka… mengapa mama gak jujur sama naura .. tangisku pecah,semua khayalanku perlahan runtuh imajinasi yang kurangkai berubbah menjadi sobekan kertas yang lusuh. Aku berlari dengan sisa nafasku ini menjahuh dari mereka. .. kutumpahkan semua isak tangisku.. semua orang belalu melihatku dengan prihatin .. seseorang membantuku untuk berdiri tapi ku tangkis ajaknnya itu.. kumenangis sejadi jadinya .. hingga semuanya lenyap dari pandanganku.

“Naura… ayo bangun Naura kuat” suara isak tangis itu mengundangku untuk kembali bernafas meskipun tak sempat ku berkata apa apa..karena alat bantu pernafasanku menyulitkanku untuk berkomunikasi.

“Naura.. mama selalu di sini untuk Naura.. dan ayah akan selalu jaga Naura juga”

Ku tak mampu berucap, ucapan kakekku masih terngiang-ngiang di otakku seola olah sisa hidupku saart ini hanya terbaring menati senyum ayah dan mama yang selalu hadir, tak jauh dari mama ada seorang yang menarik perhatianku .. dia teman smpku dulu, anak teman ayah yang katanya juga meraih ilmu di tempat yang sama denganku.. mama menoleh ke arahnya .. memberi isyarat bahwa dia harus di sini.

“Naura.. km akan sehat.. kamu tadi berlari dan pingsan untung ada aka menolongmu..

“Aka”.. nama yang tak asing bagiku. Nama yang pernah menyelipkan surat untukku yang baru ku baca setel;ah setahumn berlalu.. ya aku ingat akan teman SM-ku yang satu organisasi denganku. Dan dia yang menolongku tapi segera kutepis tangannya, kuhanya bisa menyimpulkan senyum untuknya..

Ra.. sama aka dulu ya.. mam mau keluar sebentar .. ucapan mama menepis lamunanku.aku hanya mampu mengangguk ..mam bangkit dan berlalu dari hadapanku.

Aka mendekat menlemparkan senyuman yg tak asing bagiku. Karena dulu kita pernah merangkai masa depan bersama.aka bercerita semua kisah kisah yang pernah kita lalui dan ia jg minta maaf atas apaa yg dulu ia lakukan untukku. Ya menghantam kepalaku dengan bola sialan..perlahan semua beban fikiranku hilang .. karwena canda tawa yang ia hasilkan membuatku melupakan semuanya.

**

Kuterlelep dalam tidur.. hingga ku merasa aneh dalam badanku. Kuperlahan buka mataku yang tadinya terpejam. Ku kaget bukan kepalang.. sahabatku hadir bukan menjengukku, melainkan ia melepaskan pembantu alat nafasku .. nafasku tak terkontol sesak dada membuatku tak sanggup berkata. Ku mencari apa yang tadinya menemaniku hingga kau terlelap, tapi di sekitarku tidak ada seorang pun.

Naura hanya sahabatku.. kamu sakitya.. suara itu yang dulunya melindungiku saat ini ia ingin menghancurkanku.

Naura kebahagianmu sudah cukup sampai di sini saja, ayahmu akan merasakan hal yang sama denganku. kehilangan seorang malaikat,. ayahku terbunuh saat menolong ayahmu dari perampok, dan mengapa dengan bodohnya ayahku menolong sahabatnya tanpa memikirkan dirinya sendiri. Ia menangis.. .. sesak di dadaku .. tak mampu kutahan lagi.. alat pernapasan itu ia singkirkan jauh dariku.

“Maudy!” Suara lirihku mengundangnya ia tertawa..

Apa sayang.. ajalmu akan berakhir jadi jangan merengek begitu. Ia melepaskan semua alat yang membantuku untuk bertahan.. hingga “ dorr”….. suara itu menghatam tubuh Maudy dan pandanganku gelap.

*Penulis adalah alumni MA Unggulan Nuris Jember tahun 2020, pecinta sastra

Related Post