Meraih Keberkahan Hidup dengan Berbakti kepada Orang Tua

Kedua: Jasa-jasa Ayah

أَبُوْكَ يَــــطْلُبُ لَــكَ الْمَعِيْشَةْ            كَسَــاكَ أَطْعَمَكَ بِــــالْبَشَاشَةْ

Ayah bekerja untuk mencari nafkah

demi keluarga tanpa kenal lelah

عَلَّمَكَ اْلأَحْـــكَامَ وَاْلآدَابَـــــا             وَمَــــــا أَتَيْتَ لَهُمَا ثَوَابًـــــا 

Mengajarimu ilmu dan tata krama

 selamanya kau tak mampu membalasnya

فَاقْنَعْ بِــــمَا أَتَاكَ مِن هِبَـــاتِ            تَظْفَرْ بِعِلْمِ مُوْجِبِ النَّجَـــــاةِ

Maka cukupkan apa yang diberikan

cara ini sungguh sangat menguntungkan

Syarah:

Demi anak, ayah rela mengorbankan waktu, tenaga, dan pikirannya, hanya untuk mencari ‘sesuap’ nasi setiap hari, supaya sang anak dan ibu hidup sehat dan layak. Memberikan sandang, pangan, dan papan memadai. Mengajarkan pada anaknya hukum Islam dan tata krama, tanpa pernah minta ongkos kepada anaknya. Allah Swt berfirman:

…وَعَلَى الْمَوْلُوْدِ لَهُ رِزْقُهُنَّ وَكِسْوَتُهُنَّ بِالْمَعْرُوْفِ-لاَ تُكَلَّفُ نَفْسٌ إِلاَّ وُسْعَهَا-وَلاَ تُضَآرَّ وَالِدَةٌ بِوَلَدِهَا وَلاَ مَوْلُوْدٌ لَهُ بِوَلَدِهِ… (سورة البقرة: 233)

…dan kewajiban ayah (ialah) memberi makan dan pakaian kepada para ibu dengan cara ma’ruf. Seseorang tidak dibebani melainkan menurut kadar kesanggupannya. Janganlah seorang ibu menderita kesengsaraan karena anaknya dan (janganlah) seorang ayah (menderita kesengsaraan) karena anaknya… (Qs. Al-Baqarah: 233)

Sungguh jauh dari kesopanan apabila seorang anak selalu tidak puas dengan pemberian orang tuanya, yang mungkin masih kurang sempurna. Sebenarnya, yang harus dilakukan oleh sang anak cukup sederhana: ia hanya perlu merasa cukup dengan segala yang sudah diberikan oleh orang tuanya. Jika ini dilaksanakan, ia akan mendapatkan keselamatan, baik di Dunia maupun di Akhirat kelak.

(baca juga: Hujah Aswaja: Menolak Tudingan Wahabi, Berdiri untuk Menghormat Seseorang adalah Perbuatan Syirik)

Demikianlah sebagian jasa kedua orang tua kepada anaknya. Maksud dari mengungkapkan jasa-jasa ibu dan ayah ini, ialah supaya anak tahu kenapa ia harus berterima kasih dan berbakti kepada kedua orangtuanya. Firman Allah Swt:

وَوَصَّيْنَا اْلإِنْسٰـنَ بِوَالِدَيْهِ-حَمَلَتْهُ أُمُّهُ وَهْنًا عَلَى وَهْنٍ وَفِصَالُهُ فِى عَامَيْنِ-أَنِ اشْكُرْ لِى وَلِوَالِدَيْكَ؛ إِلَيَّ الْمَصِيْرُ (سورة لقمان: 14)

Dan Kami perintahkan kepada manusia (untuk berbuat baik) kepada dua orang ibu- bapaknya—ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah-letih yang bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam dua tahun—berterimakasihlah kepadaKu dan kepada ibu-bapakmu; hanya kepadaKulah kembalimu (Qs. Luqmân: 14)

Begitu besar jasa-jasa kedua orang tua, hingga Allah Swt memposisikan bersyukur pada kedua orang tua itu sesudah bersyukur padaNya. Penegasan ini dilakukan karena pada umumnya manusia suka lupa untuk berterimakasih dan berbakti kepada kedua orang tua.

Sudah tentu, bahwa rasa syukur tersebut tidak hanya pengakuan dalam hati, atau hanya ucapan terima kasih semata, tetapi harus tampak dalam tindakan sehari-hari. Dalam hal ini Islam mewujudkannya dalam kewajiban seorang anak kepada orangtuanya.[AF.Editor]

*terjemahan Kitab Tarbiyatus Shibyan oleh KH. Muhyiddin Abdusshomad, Syaikhul Ma’had Pesantren Nuris Jember

Related Post