Penulis: Nafisa Nada Sarifah*
Menjelang adzan di pangkuan seorang perempuan.
1// Jangan berisik, karena gaduh membuat runtuh dari naungan tabah yang terlanjur resah.
Apakah aku pencegah gegabah?
Kakek-kakek berjanggut di sini mengangguk pasrah
Aku diam, hinggap pada ketiak carik-carik kuning
Memperhatikannya yang terkantuk-kantuk menghampiriku
Dengan halaman yang semakin tua bangka
(baca juga: Muara Sunyi Ilahi, Saja-Sajak Santri)
2// Jangan bicara, karena gibah mengakibatkanya lelah mencicipi lezatnya ilmu
Apakah aku pengawal pencegah sesal?
Teman-temanku yang gundul di sini mengiyakan secara masal
Aku masih terdiam bersandar di ketiak carik-carik kuning
Melihatnya yang berbisik-bisik mempertua lafadz-lafadz yang masih berkumis tipis
3// Jangan berleha-leha, karena malas adalah sumber malapetaka yang tak terduga
Barangkali ia kenyang oleh ilmu hebat lima sempurna
Aku tidak akan lagi banyak bertanya
Tetap diam dan tidak kemana-mana pada ketiak carik-carik kuning ini
Menjadi pencegah gegabah,
pencegah sesal ataupun,
pencegah hinggapnya rayap-rayap bebal
rakus yang merusak sebagian dari ilmu.
والحمد لله على التمام, وصلى الله على سيدنا محمد أفضل
الرسل الكرام
Alhamdulillah, dengan memuji Allah akhirnya selesailah kitab ini, semoga sholawat dan salam selalu mengalir kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW. Rosul yang paling mulia dan paling utama.
(Kitab Ta’lim Muta’allim)
Jember
*penulis adalah siswa kelas 9H MTs Unggulan Nuris