Penulis: Rijal Fikri*
Sejarah Indonesia, Sejarah Perlawanan Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki sejarah panjang dalam usaha untuk mencapai kemerdekaannya. Terbukti, jauh sebelum adanya proklamasi kemerdekaan RI tanggal 17 Agustus 1945, Indonesia merupakan salah satu bangsa terbelakang dan terjajah. Bahkan menjadi area perebutan kekuasaan. Itu terbukti dari pergantian penjajahan oleh bangsa Eropa mulai dari Spanyol, Portugis, Inggris hingga penjajah terlama di bumi Nusantara ini, Belanda.
Bahkan setelah Belanda pergi pun bangsa ini masih dijajah oleh negeri dengan sebutan Negeri Matahari terbit atau Negeri Samurai dengan mengklaim diri bahwasanya mereka adalah saudara tua. Dalam kondisi terjajah, bukan berarti bangsa Indonesia ini diam. Teringat untaian kata seorang jurnalis yang hilang pada tragedi 1998, Wiji Thukul yaitu “ Hanya ada satu kata untuk menghilangkan kesewenang-wenangan. Lawaan !!!!”. Karena itulah yang dilakukan oleh seluruh rakyat Indonesia pada waktu itu meski nyawa harus menjadi harga atas kemerdekaan bangsa ini. Semoga generasi muda paham akan hal ini.
Di sini saya hanya akan membahas pergolakan masa kebangkitan Nasional mulai dari tahun 1900-1942. Pada masa ini adalah masa kesadaran gerakan kebangkitan nasional rakyat Indonesia dalam melawan penjajah kerajaan Protestan Belanda. Mereka bukan hanya menjajah dan mengeksploitasi kekayaan alam yang ada di Indonesia, namun lebih dari hal itu, yakni melakukan Kristenisasi terhadap rakyat pribumi Indonesia.
Sebagai respon dari gerakan Kristenisasi tersebut, juga sistem tanam paksa, maka para Pribumi melakukan kerjasama dengan perkumpulan orang-orang China. Perjanjian tersebut adalah perjanjian perdagangan yang disebut dengan KONGSHIN dalam bidang ekonomi dan perdagangan. Di sinilah embrio awal munculnya organisasi Islam pertama yaitu Sjarekat Dagang Islam yang di pelopori oleh Hadji Samanhoedi di Surakarta.
Baru pada tahun 1908 di serahkan ke Hadji Oemar Said Tjokroaminoto yang pada fase tersebut mendapatkan izin mendirikan organisasi dari Pemerintah Kerajaan Protestan Belanda pada tahun 1912 M. Setelah munculnya Sjarekat Islam, muncullah banyak organisasi baik organisasi ke-Islam-an maupun organisasi nasionalis banyak bermunculan, di antaranya : 1. Boedi Oetomo pada tahun 1908 M didirikan di Yogyakarta oleh Dr. Soetomo. 2. Pembangkit kesadaran ekonomi nasional, melalui Sjarekat Dagang Islam di Surakarta yang di pimpin oleh Hadji Samanhoedi, 16 Oktober 1905. Yang di tandingi oleh Tirto Adhi Soerjo dengan Sjarekat Dagang Islamiyahnya yang didirikan di Bogor pada 05 April 1909 M.
(Baca juga: prasasti-batu-gong-peninggalan-sejarah-kerajaan-majapahit-di-jember)
Kemudian 3. Pembangkit kesadaran pers Nasional melalui Taman Pewarta, 1902-1915 M. Di tandingi oleh Tirto Adhi Soerjo pula dengan media cetaknya, Medan Prijaji 1909-1911, Soenda Berita 1903- 1904 dan Poetri Hindia 1909-1911 M. 4. Pembangkit kesadaran berpolitik melalui National Congres Central Sjarekat Islam di Bandung, 17-24 Juni 1916, yang di pimpin oleh Hadji Oemar Said Tjokroaminoto, Abdoel Moeis dan Wignjadisastra. 5. Persjarekatan Moehammadiyah oleh Kh. Ahmad Dahlan 1330 H / 08 November 1912 M di Jogjakarta.
Berikutnya 6. Taswiroel Afkar pada tahun1332 H / 1914 M dan Nahdlatoel Wathan, 1334 H / 1996 M oleh KH. Wahab Hasboellah dan KH. Mas Mansoer di Surabaya, Jawa Timur. 7. Persjarekatan Oelama, 1333 H / 1915 M oleh KH. Abdoel Halim di Maja, Jawa Barat. Kemudian bersama KH. Achmad Saenoesi di kembangkan menjadi Persatoean Oemat Islam. 8. Matlaoel Anwar, 1334 H / 1996 M oleh KH. Jasin di Menes, Banten.
Setelah didirikannya Nahdlathoel Oelama’ nantinya di sebut Matlaoel Anwar lil NO ( NU ). 9. Persatoean Islam, 1341 H / 1923 M, oleh KH. Moehammmad Junus, KH. Zam-zam, KH. Tojib bin H. Samsoedin. Dengan guru utama Toean A. Hasan di Bandun, Jawa Barat. 10. Nahdlathoel Oelama’, 1334 H / 31 Januari 1926, oleh Hadratussyaikh KH. Hasyim Asy’ari di Surabaya, Jawa Timur. 11. Pergerakan Tarbijah Islam, 1346 H / 1928 M, oleh Sjeh Soelaiman Ar-Rasoeli di Minangkabau, Sumatera Barat. 12. Djam’iatul Washjilijah, 1348 H/ 1930 M, oleh Sjeh Mohammad Junus dan Sjeh Dja’far Hasan di Medan, Sumatera Utara. 13. Nahdlathoel Wathan, 1352 H/ 1934 M , oleh KH. Moehammad Zainoeddin Abdoel Madjid di Pancor, Lombok. Selain munculnya gerakan kebangkitan Nasional, Pendidikan dan Sosial, segenap Ulama’, Para Santri dan para Pejuang Pribumi juga menyadari perlunya kesadaran berpolitik sebagai wadah aspirasi dan segera sebagai salah satu jalan atau upaya untuk mewujudkan kemerdekaan Republik Indonesia waktu itu.
Maka dari itu di bentuklah wadah politik atau partai politik sebagai sarana dan prasarananya, di antaranya : a. Partai Sjarikat Islam pada tahun 1923 di Madiun. b. Sarekat Rakjat pada tahun 1924 di Semarang ( PKI yang merubah namanya agar lebih mudah di terima oleh rakyat, pelopornya adalah Samaoen dan Darsono yang dulunya adalah anggota di Sjarikat Islam ). c. Jong Islamietien Bond ( JIB ), berdiri pada tahun 1925 oleh Tri Koro Dharmo di Jogjakarta yang kemudian di konter oleh Boedi Oetomo.
Ada lagi d. Perhimpoenan Indonesia pada tahun 1925 M oleh Dr. Soekiman Wirjosandjojo. e. Perserikatan Nasional Indonesia pada tahun 1925 M oleh Ir. Soekarno di Blitar, Jawa Timur. f. Permoefakatan Perhimpoenan2 Politik Kebangsaan Indonesia ( PPKI) oleh Partai Sjarikat Islam Indonesia dan Ir. Soekarno pada akhir Desember 1927. g. Comite Persatoean Indonesia pada tahun 1344 H / 1926 M. h. National Indonesische Padvinderij pada tahun 1345 / 1926 M. i. Partai Islam Indnesia ( PARRI ) pada tahun 1351 H / 1932 M. j. Partai Islam Indonesia ( PII ) pada tahun 1357 H/ 1938 M.
Selain gerakan-gerakan nasional dalam bentuk di atas, para ulama’ juga membentuk gerakan pemersatu di antara semua gerakan islam di atas yaitu Madjlis Islam A’la Indonesia ( MIAI ) yang didirikan pada tahun 1356 H / 1937 M, juga Madjlis Oelama’ Indonesia ( MOI / MUI ) di Jogjakarta sebagai tindak lanjut dari National Congres Partai Sjarikat Islam Indonesia pada 26 – 29 Januari 1928 M, Kamis Pon, Ahad Legi, tanggal 02-05 Sya’ban 1346 H. Selain itu juga didirikan Gaboengan Gerakan Politik Indonesia ( GAPI ) yang di pimpin oleh Abikoesno Tjokrosoerjo dari Partai Sjarikat Islam Indonesia pada Mei 1939 M dan menyelenggarakan Kongres Rakjat Indonesia 23 – 25 Desember 1939.
Dari beberapa keterangan di atas sangat jelas bahwasanya kemerdekaan Repoeblik Indonesia tidak bisa di lepaskan dari perjuangan ulama’, santri dan para pejuang pribumi lain yang selama ini memang kurang di terangkan di dalam buku-buku sejarah tentang kemerdekaan Repoeblik Indonesia. Perjuangan kemerdekaan bukan berarti hanya bermula pada kisaran tahun 1900 – 1942, namun jauh sebelum itu juga sudah ada perlawanan dari para pendahulu kita semisal Pangeran Diponegoro, Imam Bonjol dll.
Masa antara tahu 1900 – 1942 adalah masa kebangkitan dan gerakan nasional secara besar-besaran untuk mewujudkan cita-cita bangsa Indonesia selama berabad-abad agar terepas dari penjajah Kerajaan Protestan Belanda. Mereka bukan hanya mengeksploitasi kekayaan alam yang ada di bumi Nusantara, bahkan mencoba melakukan Kristenisasi terhadap rakyat pribumi meskipun hasilnya nihil. Ketika arah melintang dan tak tahu kemana rakyat akan melangkah, muncullah para tokoh-tokoh perjuangan, ulama’ dan para santri menjawab tantangan dari para penjajah untuk mewujudkan kemerdekaan yang sesungguhnya secara de facto and de jure.
Perjuangan bukan hanya dilakukan secara fisik dan kekuatan saja, tetapi juga melalui gerakan sosial untuk saling bahu membahu agar terwujud kemerdekaan di masa mendatang untuk anak cucu kelak nantinya dengan mengesampingkan perbedaan dan membangun kesamaan dalam perbedaan yang menyejukkan. Bhinneka Tunggal Ika adalah manifestasi dari semua hal tersebut.
*Di cuplik dari Buku Api Sejarah karya Ahmad Mansyur Suryanegara oleh : Moh. Rijal Fikri Muzakki Alumni MA “ Unggulan” NURIS 2014 Mahasiswa di Jurusan Filsafat Agama Fak.Ushuluddin dan Pemikran Islam di UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Kader di PMII Rayon Pembebasan.
Penulis merupakan alumni MA Unggulan Nuris