Aku Hitung Mundur Ya 3…2…1…Yang Nggak Sembunyi Jadi

Penulis: Tazyinatul Ilmiah*

 “Aku hitung mundur yaa 3…2…1…yang nggak sembunyi jadi”   ucap Surya pada kami berempat

Semua anak  berlari secepat mungkin untuk menghindari mata Surya,mereka  menyusuri semak-semak belukar mencari tempat persembunyian yang sangat aman,sekarang mereka tak memikirkan satu sama lain yang mereka pikirkan hanyalah adalah bagaimana mereka  bisa bersembunyi dari mata Surya.Sepuluh menit berlalu tapi tak ada yang menggantikan Surya untuk berhitung

“Galih…..Satria….. Wisnu….Lingga kalian dimana ayo keluar Surya capek” rengek surya pada kami berempat,tak ada yang menjawab rengekan Surya mereka berpikir jika meraka menjawab rengekan Surya maka mereka akan menggantikan Surya untuk berhitung.

“Ayo semua balik mangganya udah nunggu di gubuk loh” Teriak Surya pada kami semua.

Semuanya tau bahwa itu hanyalah tipuan Surya agar ada yang menggantikannya untuk berhitung mundur,tapi masih saja ada yang percaya salah satu dari kami keluar yaitu Wisnu si rakus yang selalu tergoda dengan segala macam makanan

“Wisnu… akhirnya kita ganti berhitung aku pintar ternyata hahaha” ucap Surya seraya tertawa terbahak-bahak

“Surya!! jangan curang dong lihat wisnu jadi ganti berhitung kan” omel Wisnu pada Surya yang hanya menanggapi dengan tawa terbahak-bahaknya.

“Biarin salahnya siapa Wisnu percaya sama surya yang pintar ini” ucap Surya dengan berkacak pinggang

“baiklah-baiklah Wisnu yang gantikan Surya berhitung mundur sekarang” teriak Wisnu pada kami semuanya

“jangan ngintip loh Wisnu aku belum sembunyi” teriak Surya pada wisnu yang sedang menutup mata rapat-rapat dan bersiap untuk menghitung mundur.

“iya Wisnu nggak liat Wisnu kan jujur nggak kayak Surya” teriak Wisnu dengan mata yang setia terpejam

“Iya-iya,terserah Wisnu”

“ayo cepat sembunyi,aku hitung mundur yaa 3…2…1…yang nggak sembunyi jadi.

Teriak Wisnu dengan sangat keras agar semuanya bisa mendengar bahwa yang menghitung sekarang bukanlah Surya lagi tapi digantikan oleh Wisnu.

Wisnu mulai mencari kesemak-semak namun tak ada siapa pun,seraya mencari mereka berempat Wisnu juga berjaga-jaga jangan sampai ada yang mendekati pos dimana tempat yang ia gunakan untuk berhitung barusan.

“Ayo kemana kalian semua kan ku cari kalian sekalipun kedalam lubang semut….

ehh nggak mungkin deh kayaknya pasti Lingga nggak mungkin mau deh,kalaupun mau pasti  dimarahi papanya” teriak Wisnu seraya mengejek Lingga yang bercap anak papa

10 menit berlalu Wisnu masih mencari keberadaan teman-temannya agar dapat menggantikannya untuk berhitung.”baiklah tunggu aku ya teman-teman aku akan datang menemui kalian” ucap Wisnu dengan berteriak.

Terlihat wisnu mencari kesana-kemari berlarian memasuki semak-semak belukar untuk mencari keberadaan temannya,tapi nihil iya tak menemukannya.

(baca juga: Enumerasi Dosaku dan Ampunan-Mu)

Wisnu terduduk dibawah pohon besar dimana tempat ia untuk berhitung mundur ia merasa aneh ia terus memandangi gerobak tua tak terpakai di tengah-tengah pepohonan rimbun,ia terheran mengapa tanpa angin tanpa hujan gerobak itu bergerak bergoyang seperti penyanyi di televisi “apakah itu hantu?tapi mana ada hantu di siang hari,tapi sepertinya Wisnu harus mengeceknya deh” ucap Wisnu seraya berjalan pelan dan hati-hati bagai seorang pencuri yang habis mengambil uang di lemari.

satu…..dua….tiga….

hitung Wisnu dalam hati sampai pada hitungan ketiga Wisnu berteriak dengan sangat kencang “kebakaran tolong kebakaran!!!” teriak Wisnu dengan jingkrak-jingkrak tak jelas untuk mendukung ulah cerdiknya.

“HA…..kebakaran……tolong-tolong!!!” teriak seorang anak di dalam gerobak lusuh itu

“hahaha Galih jadi… Galih jadi….. “ ucapku pada Galih yang menjadi sasaran empukku

“huh baiklah”

“aku hitung mundur yaa 3…2…1…yang nggak sembunyi jadi.” ucap Galih pada semuanya

“baiklah aku akan memecahkan rekor dengan bertajub ‘orang pertama yang menemukan persembunyian Lingga’” ucap Galih dengan penuh keyakinan dalam hati.

Tanpa mereka semua sadari terdapat sepasang mata yang iri melihat betapa serunya mereka tertawa,bercengkrama,dan bercanda riang tanpa memikirkan apapun.

Berbeda dengan Galih sepertinya ia mempunyai recananya sendiri bukannya mencari Lingga ia malah terdiam terduduk seraya merogoh salah satu kantung celananya dan ternyata isinya adalah es lilin yang ia pegang dengan dilapisi baju disekeliling es itu.Galih sepertinya merasakan kehadiran seseorang didekatnya,

tanpa aba-aba Galih menoleh ke belakang dengan tangan mencekal anak itu Galih sedikit tersentak ternyata anak yang ia cekal tangannya adalah anak yang ingin dia temukan

“yeahh……pokok Lingga jaga loh “ucap Galih pada lingga

Lingga tak menjawab ia hanya melihat kegiatan apa yang sedang Galih lakukan,setelah melihat Galih pergi menjauh,seharusnya ia berhitung mundur……

sepuluh menit berlalu….

tetapi anak itu masih belum berkutik dari posisi semulanya dimana ia terduduk dengan berpangku tangan seperti tak mempunyai gairah untuk berhitung mundur

lima belas menit berlalu……

masih tetap seperti sediakala ia tak berhitung entah kenapa sepertinya ia sangat malas hanya berhitung mundur tuk pertanda mulainya permainan

Dua puluh menit berlalu dengan sangat singkat

Terlihat dari kejauhan terdapat seorang anak yang berlari  menuju kearah Lingga

sepertinya dia sangat terburu-buru sambil berteriak nama Lingga sedangkan Lingga sendiri hanya menoleh dengan raut wajah yang bingung

“kenapa nggak berhitung mundur?yang lainnya udah nunggu dicari kasian mereka.”tanya anak itu yang tak lain adalah Galih

masih tetap dengan tatapan yang sama ‘datar’ tanpa ekspresi,Lingga menoleh dengan mulut yang masih tertutup rapat.

“APAKAH KAMU TIDAK BISA BERHITUNG MUNDUR?”sekali lagi tanya Galih  dengan nada yang sedikit melengking

Lingga hanya terdiam kaku tanpa berniat menjawab ataupun menganggugkan kepalanya

“APAKAH KAMU TIDAK BISA MENDENGAR?”

“ATAUKAH KAMU TIDAK BISA BERBICARA?”tanya Galih tanpa jeda.

(baca juga: Senandung Senja di Negeri Kalangkabut)

Lingga mulai terduduk entah apa yang ia pikirkan bukannya mencoba menjawab  tapi ia malah bermain batu dan menggoreskannya pada alas  entah apa yang sedang ia torehkan pada alas yang selalu tertindih itu.

“aku sama yang lainnya pergi dulu Lingg dan jangan lupa lingg belajar berhitung mundur haha…..” ucap Galih pada Lingga

sepertinya Lingga sedang tak memperdulikan apa yang Galih sarankan ia hanya sibuk menuliskan apa yang ada di pikirannya setelah selesai menuliskan semuanya ia pergi tuk kembali kerumahnya.

Ternyata Galih kembali lagi untuk mengambil kelereng yang sempat ia bawa dan ia taruh di dekat pohon yang menjadi pos untuk berhitung mundur barusan.

“huh untung nggak hilang,apa ini? bukankah ini tulisannya Lingga?”

 “INI ADALAH BAHASA IBUKU DAN AKU MERINDUKANNYA !!”

 *penulis adalah alumnus SMA Nuris Jember tahun 2023

 

Related Post