Bedah Buku MA Unggulan Nuris: Elegi Lintang, Asap Kopi Bromo, dan Bunga Edelweis

Judul Buku                : Elegi Lintang, Asap Kopi Bromo, dan Bunga Edelweis

Judul Karya              : 41 Rupa Rubah

Penulis                      : Iffa Nurul H

Penerbit                    : AE Publishing

Tahun terbit              : Cetakan Pertama, Maret 2021

Jumlah Halaman      : 6 halaman

ISBN                          : 978-623-306-284-8

Peresensi                  : Putri Utami Octaviya, S.Pd

Sinopsis:

Perbedaan yang ada di Indonesia pun tertuang dalam antologi cerpen hasil karya terbaik siswa-siswi MA Unggulan Nuris Jember yang berhasil dilombakan. Tema yang disuguhkan di dalamnya sangat beragam. Berawal dari keberagaman itulah, para siswa atau santri berani menuangkan kisah mereka dalam sebuah karya. Mulai dari kisah di pesantren, meneladani kisah nabi, perbedaan ideologi di Indonesia, serta berbagai imajinasi kehidupa di masa yang akan datang tersaji dengan indah dalam antologi ini.

41 Rupa Rubah masuk ke dalam salah satu karya antologi berjudul Elegi Lintang, Asap Kopi Bromo, dan Bunga Edelweis. Terlahir dari jemari dan khayalan imaji gadis mungil bernama Iffa Nurul, salah satu siswi penghuni MA Unggulan Nuris Jember. Penulis menggambarkan kisah dengan menggunakan sudut pandang orang pertama. Tokoh “aku” yang diberi nama “Rehan” dikisahkan sebagai lelaki remaja yang hidup di kampung penuh dengan rutinitas seorang ibu-ibu pada umumnya. Yaaaaa kondisi dimana mereka sering kali mereview kehidupan orang lain. Menurutnya hal itu terlalu klise, para ibu-ibu mengadakan acara gosip ketika memilih sayur, menyapu halaman atau bahkan ketika menunggu nasi tanak. Di antara mereka ada yang masih menggendong sekaligus menyusui anaknya. Melibatkan anak itu di dalam percakapan yang tiada hentinya, miris.

(Baca juga: Bedah Buku Karya Santri SMA Nuris Jember : Komedi Putar)

Gunawan yang merupakan tetangganya menjadi hot news ibu-ibu kampung. Gunawan ditangkap dua hari lalu karena menyebarkan hoax tentang kampungnya. Mirisnya, ia ditangkap setelah diamuk masa oleh warga sekitar. Para warga sekitar emosi karena dibilang terjangkit covid oleh Gunawan. Padahal, ditengah-tengah pandemi covid seperti ini dia terus menghimbau warga untuk tetap menggunakan masker. Warga di sini bandel, ngeyel dengan protokol kesehatan. Hal itulah yang disampaikan Gunawan dalam blognya. Rehan telah membaca blog yang dikatakan hoax itu. Sepertinya ada beberapa kalimat yang perlu warga pahami lagi sehingga menimbulkan kesalahpahaman.

Kini Gunawan masih menjalani pemeriksaan polisi. Dalam waktu belakangan ini ibu-ibu terus saja membicarakannya tanpa henti. Sampai-sampai telinga Rehan panas mendengarkan hal itu-itu saja. Hingga pada suatu hari, di saat semua ibu-ibu berkumpul membahas Gunawan. Ada tiga mobil putih bertulis ambulans, satu lagi bertuliskan polisi. Para ibu-ibu menghentikan acara gosip menggosip. Mereka semakin terdiam setelah melihat banyak petugas yang mengenakan busana serba putih tertutup, mirip astronot turun dari mobil ambulans. Pemeriksaan dimulai. 41 dinyatakan reaktif dari hasil pemeriksaan. Gunawan bebas, polisi menyatakannya tak bersalah

Kelebihan:

Hal yang diangkat dalam buku ini sangat relate dengan dunia peribu-ibuan. Di mana pun, yang namanya ibu-ibu akan selalu melakukan acara gosip menggosip tanpa mengerti keakuratan dari bahan beritanya. Sang penulis sangat handal dalam mengukir cerita ini. Menggunakan tata bahasa yang sangat lihai hingga pembaca juga merasakan emosi pada konflik yang disajikan. Gaya bahasanya pun juga cukup banyak yang menarik.

Kekurangan:

Hanya satu kekurangan dalam cerpen ini, yaitu bagian penyelesaian konflik yang terlalu cepat. Sehingga pembaca merasa kurang puas dalam menikmati alur cerita.

Related Post