Judul Buku : Alif Ba’ Ta’ dan Konferensi Meja Bualan
Judul Karya : Biluh Tafakur
Penulis : Alvira Fedora
Penerbit : AE Publishing
Tahun terbit : Cetakan Pertama, Maret 2021
Halaman Karya : 8
ISBN : 978-623-306-531-3
Peresensi : Putri Utami Octaviya, S.Pd
Sinopsis:
Cerita pendek berjudul Biluh Tafakur karya Alvira Fedora menyuguhkan sebuah kisah yang penuh makna tentang kehidupan di pondok pesantren pada masa pandemi Covid-19. Dengan latar belakang suasana pesantren yang kental dengan nilai-nilai religius dan tradisi, penulis berhasil menggambarkan tantangan yang dihadapi oleh santri dan pengasuh pesantren selama masa-masa sulit ini. Pandemi, yang memaksa banyak aspek kehidupan berubah drastis, memberikan nuansa baru dalam interaksi sosial, pembelajaran, dan ibadah di lingkungan pesantren. Dalam ccerpen ini, pembaca akan dibawa untuk merasakan bagaimana kehidupan keagamaan tetap dijaga, meskipun dunia luar tengah dilanda krisis. Konflik internal dan eksternal yang dihadapi para tokoh mencerminkan ketangguhan dan kedewasaan yang terbentuk melalui ujian berat, baik dalam konteks kesehatan, hubungan antarsantri, maupun cara mereka beradaptasi dengan teknologi yang sebelumnya asing di lingkungan pesantren.
Di tengah pandemi Covid-19, sebuah pondok pesantren yang terletak di sebuah wilayah menjadi tempat berlindung bagi para santri yang terjebak di dalamnya. Dengan kebijakan pembelajaran daring yang membuat sebagian besar santri tidak dapat pulang ke rumah, mereka harus beradaptasi dengan cara hidup baru. Di sinilah, kisah tentang seorang santri bernama Hamim bermula.
Tak disangka sebelumnya, musibah akan menimpa hidupnya saat di pondok. Sebuah virus baru yang dijuluki corona atau COVID-19. Virus mematikan ini sangat mudah menyebar dari media udara dan kontak langsung melalui kulit. Sunggah sangat cepat bagai kilat yang menyambar pepohonan. Pemerintahpun memberlakukan kebijakan untuk jaga jarak, tidak keluar rumah dan juga pola hidup yang sehat.
(Baca juga: Resensi Karya Sastra SMA Nuris Jember : Pamit)
Tak hanya pemerintah, bahkan Kiai pun juga turun tangan langsung dalam memberikan wejangan kepada para santrinya. Beliau menyampaikan beberapa peraturan baru dalam pondok pesantrennya. Pertama, tidak diperkenankan perbetu orang tua ketika pengiriman. Kedua, para santri tidak diperkenankan pulang dlaam keadaan apapun kecuali sangat mendesak seperti kepaten. Itulah peraturan terbaru dari Kiai yang akan diterapkan mulai saat ini.untuk mengantisipasi kebosanan para santri, akan ada kegiatan-kegiatan tambahan di dalam pondok. Pastinya kegiatan ini sangat menarik dan mengurangi kebosanan selama masai covid.
Di balik ceramah Kiai, ada satu santrinya bernama Hamim yang mempunyai rencana terlarang. Ia tak suka dengan peraturan baru dari Kiai. Karena telah lama ia merencanakan untuk bertemu sang kekasih dan mengucapkan untaikan kata romantis di hari lahir sang kekasih. Alasan yang sangat kuat telah ia rencanakan. Pastinya dengan alasan itu ia diperbolehkan pulang. Tak pikir panjang dengan dampak yang akan terjadi kedepannya. Ia tetap melangkah pulang dengan alasan ibunya telah tiada. Sungguh perilaku tak tak patut untuk ditiru.
Setelah izin beberapa hari, kemudian ia kembali ke pondok. Kepulangannya kepondok membuat dirinya menyadari ada hal-hal aneh yang telah terjadi ditubuhnya.ia mulai merasakan gejala-gejala covid menggerogoti tubuhnya. Mulai dari meriang, demam tinggi, hingga tak bisa merasakan rasa makanan dan minuman. Dari situlah ia menjahi teman-temannya. Ia sangat takut kalau dirinya membawa penyakit mematikan itu dan menularkan kepada teman-temannya. Berhari-hari ia mengucilkan diri. Bahkan pada kegiatan-kegiatan pondok. Ia selalu menjauh dari kumpulan orang-orang.
Hingga suatu hari, teman dekatnya yang bernama Alif dan Alam menyadari gelagat aneh Hamim. Karena mereka tak bisa memecahkan masalah itu akhirnya disampaikanlah kepada Ustad Rizky. Akhirnya Hamim di ajak bicara empat mata dengan Ustad Rizky. Dalam obrolannya, sungguh membutuhkan waktu yang lama hingga akhirnya Hamim mengakui perbuatan senonohnya. Kebohongan yang ia lakukan semata mata untuk menemui sang kekasih hingga akhirnya ia merasa bahwa dirinya terpapar covid.
Dari penjelasan yang diutarakan Hamim mampu menemukan jalan keluar. Tentunya terdapat beberapa persyaratan dari Ustad Rizky agar Hamim merasakan jera dan bisa dipastikan akan sehat kembali. Salah satu syaratnya adalah ia harus menghubungi Ibunya dan meminta maaf atas perbuatan yang dilakukan. Setelah itu ia melakukan syarat berikutnya untuk bertobat dan menjalankan rutinitas kehidupan dipondok dengan selayaknya.
Kelebihan:
Cerpen ini menyampaikan pesan moral yang sangat mendalam. Proses pertobatan sering kali melibatkan perubahan besar dalam diri tokoh utama, seperti perbaikan akhlak, kedekatan dengan agama, dan perubahan cara pandang terhadap kehidupan. Hal ini dapat memberikan inspirasi bagi pembaca untuk merenung dan memperbaiki diri.
Kelemahan:
Isi dari cerpen ini terlalu klise atau terlalu mudah ditebak. Misalnya, ada kecenderungan untuk menggambarkan proses pertobatan yang terlalu instan atau sempurna, tanpa menggali lebih dalam tentang tantangan dan realitas sulitnya perjalanan spiritual.